Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 04 September 2014

Loving You (Part 6)

Loving You


part 6
Title         : Loving You
 
Author      : Lilian Nay Clouds
 
Lenght      : Chaptered
 
Cast          : Nara
                  Yesung                 
                          Leeteuk


 maaf ya lama tidak update... ada yang mau kasih saran endingnya gimana? oh iya buat The Man maaf ya belum bisa dupulikasikan. ada masalah dikit. ok langsung saja. selamat membaca. AWAS TYPO BERTEBARAN


PART 6


            Jika saja Yesung tidak menyimpan perasaannya sejak dulu, jika saja Yesung jujur dari awal., tidak menjadi namja paling pengecut, semua ini tidak akan terjadi. Nara tidak akan mengacuhkannya. Nara akan terus mencintainya, berbuat baik padanya. Tapi akhirnya ini yang ia dapatkan, hanya penyesalan. Kenapa dulu ia sangat bodoh.
Ok, tidak perlu menyesalinya. Toh semua sudah terjadi. Sekarang, yang Yesung harus pikirkan adalah bagaimana agar ia mendapatkan Nara kembali. Entah apapun caranya, ia akan berusaha. Walau ia tau akan sulit melakukan itu.
Seperti saat ini, Yesung hanya diam melihat benda persegi panjang yang sedang ia pegang. Tidak ada balasan. Ia menghela nafas –lagi. Ahh, ia harus bersabar. Mungkin Nara sedang sibuk jadi tidak membalas pesannya ataupun mengangkat telpon darinya. Atau juga memang Nara yang tidak mau.
Kalau begitu apa yang bisa ia lakukan? Pergi ke rumah Nara di Gwancheon?
Tidak
Perjalanan 2 jam lebih. Dan tentu saja jika Yesung di sana, ia lupa untuk pulang.
Dan,..Pasti Appanya akan marah besar. Satu bulan ini ia tidak bisa pergi kemana mana. Ia mengikuti pelatihan untuk menjadi karyawan di perusahaan Appanya- Y Style
Yesung tersenyum meremehkan saat mengingatnya. Yang benar saja, ia juga wajib mengikuti pelatihan bodoh ini. Lagi pula walau tanpa masuk pelatihan dan seleksi, ia tetap akan menjadi presiden direktur perusahaan itu. Memegang kendali semuanya. Tapi perintah Appa tidak bisa dibantah. Sial.. dan membuatnya tidak bisa menemui Nara.
Ia harus bersabar. Tinggal beberapa hari lagi ia bisa bebas. Ia akan langsung pulang dan menemui wanit pujaan hatinya. Semoga saja ia tidak di usir lagi, mengingat terakhir ia bertemu dengan Nara dan ia disuruh pulang dan… ah Yesung tidak mau memikirkannya lagi.
“hay Yesung-ah”
Yesung menoleh ke sumber suara. Donghae dan Eunhyuk sedang menghampirinya. Yesung menyipitkan matanya karena merasa aneh dengan Eunhyuk dan Donghae yang tiba tiba dengan sukarela datang. cihh, pasti mereka berdua ada maunya.
“wae” jawab Yesung ketus.
“Ommo, kau galak sekali” cecar Donghae tidak terima karena kedatangannya tidak disambut dengan baik. Tapi beberapa detik kemudian Donghae tersenyum lalu ia duduk di sebelah Yesung. Mengambil kaleng minum di sampingnya lalu meneguknya habis. Yesung berdecak kesal. Tidak sopan, seenaknya saja meneguk habis minuman Yesung. Sadarlah, Yesung kadang juga seperti itukan. Apa mereka tidak punya uang? Hey, lihatlah kedtiga namja itu. Mereka bukan namja biasa. Bisa dibilang namja dengan kekayaan yang tidak main main. Tapi itulah kebiasaan mereka, tentu saja malas hanya untuk membeli sebuah kaleng soda.
“bagaimana kabarmu hyung, apakah menyenangkan?” kata Eunhyuk semangat. Sedikit mengejek sih. Ia mengamati kanan dan kiri. Lalu tersenyum dengan tempat yang jauh dari rumah Yesung yang super mewah. Tempat itu sangat biasa. Ia tak yakin jika Yesung akan betah di sana jika bukan paksaan dari Appanya.
“ada apa dengamu hah? Tak biasanya kau memanggilku hyung, Ckk. Kau mau mengejekku? Pulang saja sana. menyebalkan”
“hya, aku hanya ingin bersikap baik” protes Eunhyul sebal. Menyebalkan sekali sih namja yang satu ini.
“hey, kita hanya ingin melihat keadaanmu. Kau tau kita baru saja pulang dari dari rumah Nara” timpal Donghae membuat Yesung membulatkan matanya. Ke rumah Nara? yang benar saja. Memangnya ada apa? Menggoda Nara. Buang jauh jauh pikiran negatifmu itu Yesung.
“kenapa? Hya, kalian tidak macam macamkan?”
“hanya main apa tidak boleh? lagian ternyata Nara orangnya cantik, manis, pintar, single dan….”
“HYAAA” teriak Yesung tidak terima. Ia melotot ke arah Donghae. Bukannya takut Donghae malah tertawa melihat ekspresi wajah Yesung. Sangat lucu. Dasar berlebihan. Donghae hanya memujinya kan?
“apa tidak terima”
“sial, apa yang kalian lakukan di sana hah”
“ommo hyung, santai saja. Kita hanya main saja”
“iya, dan sepertinya aku tertarik pada Nara dan..”
“Akan ku bunuh kau Lee Donghae” potong Yesung yang sudah terlihat emosi.
Eunhyuk dan Donghae tertawa bersama. Menggoda Yesung seperti ini, hiburan tersendiri bagi mereka. Apalagi mengingat saat mereka ke rumah Nara dan Nara menceritakan tentang apa yang dilakukan Yesung di rumahnya. Tentu saja mereka langsung tertawa terbahak bahak. Seorang Kim Jong Woon dengan sifat tidak terduga. Menggunakan alasan sakit agar Nara menyuapinya. Saat Yesung  ingin ikut Nara bekerja bilang sehat, dan saat Nara menyuruhnya pulang Yesung beralasan sakit lagi. Alasan yang sangat sangat tidak mutu. Berapa umur Yesung sebenarnya? Bodoh, anak kecil saja mungkin tidak akan melakukan itu.
“ow, Yesung-ah, kau akan membunuhku? Seharusnya kau berterimakasih padaku, mungkin setelah ini Nara bisa memaafkanmu”
“apa?”
“ya, karena aku dan Eunhyuk sudah mengatakan semua tentangmu saat kau seperti mayat hidup saat Nara pergi, dan tentang betapa pengecutnya seorang Kim Jong Woon” Donghae mengatakan itu dengan nada menekan seakan menegaskan bahwa kata katanya sangat benar tentang mendiskripsikan sifat Yesung.
“Ya, bahkan saat kau sengaja mengalah saat tantangan itu, karena dari awal memang kau menginginkan menjadi namjachingunya”
“M-mwo?”
Yesung langsung membulatkan matanya tidak terima. Teman temannya benar benar membuatnya tidak punya muka. Yang benar saja. Wajah Yesung langsung memerah melihat Eunhyuk dan Donghae malah tertawa dengan keras. double sial.
“sial”


*******************************

Beberapa hari berlalu. Yesung sudah selesai dari masa pelatihan. Ia sangat lega, pelatihan menyebalkan itu sudah lewat. Sekarang ia punya 2 hari libur. Siapa saja tau Yesung akan memanfaatkan waktu itu untuk pergi ke Gwancheon. Kalian tau menemui siapa?
Tentu saja Park Nara.
Entah apa yang membuat Yesung sangat tergila gila dengan yeoja itu.
Namja itu- Yesung, sedang tersenyum sambil memegang setir mobilnya. Sepertinya hari ini akan sangat menyenangkan. Tentu saja pemikirannya seperti itu. Ia sedang berada di perjalanan ke rumah Nara. Ia bahkan sekarang sedang merencanakan apa saja yang ingin ia lakukan bersama Nara. emm, berusaha meminta maaf lagi? Tentu saja. ah, sudah satu bulan ini ia tidak bertemu dengan Nara. bagaimana keadaannya ya sekarang? Ckk, lagi lagi Yesung tersenyum memikirkan jika Nara sedang merindukannya. Yang benar saja. apakah yang dipikirkannya itu benar?
Yesung berbelok ke gang. Ia mengerutkan dahinya ketika melihat banyak orang yang berada di sana. berpakaian kebanyakan berwarna hitam. Keadaan itu sedikit membuat khawatir. Apa yang terjadi sebenarnya. Bukan Nara kan? Tidak tidak. Tidak mungkin. Yesung langsung memarkirkan mobilnya di kanan jalan.
Dengan cepat ia keluar dari mobil. Melihat banyak orang berada di depan rumah Nara membuat Yesung semakin panik. Ia berlari kecil mendekati kerumunan orang orang itu.
“permisi, kenapa sangat ramai, ada apa?” tanya Yesung pada namja yang baru keluar dari rumah Nara. Bukannya menjawab, namja itu malah menatap Yesung dengan seksama, menyipitkan matanya. Seperti pernah melihat Yesung.
“hey, aku bisa menjawabnya tidak?” Yesung sedikit kesal, karena namja itu tidak lekas menjawabnya. Ia berani karena sepertinya namja itu lebih muda darinya. Namja itu taka lain adalah Dongwoon.
“bukankah kau Yesung” Yesung menyipitkan matanya. Kenapa orang ini bisa tau?  “masuklah, Nara sedang berduka. Eommanya tiada”
“MWOO??”
DEG. Ia salah dengarkan? Iyakan? Siapa saja sarkanlah Yesung dari keterkejutannya.
Yesung dengan cepat berlari masuk tanpa menghiraukan tatapan banyak orang yang tengah heran melihatnya. ia tidak peduli dengan pakaiannya yang sebenarnya tidak pantas karena sedang terjadi duka di sini.
Yesung terus mencari Nara. bertanya pada orang yang di dekatnya. Yesung berhenti saat melihat Leeteuk yang tengah memeluk Nara. Nara menangis dalam diam. Begitupun Leeteuk, wajahnya tampak sembab dan sangat kelelahan. Yesung sempat melihat Ayah Nara baru saja duduk bersama mereka menenangkan Nara, tapi sudah beranjak entah kemana. Saat Teuk melihat Yesung, Leeteuk langsung memberi kode agar duduk di sebelahnya.
Nara mendongakkan wajahnya,
Saat itu juga Yesung merasakan perih di hatinya. Ia tidak tega melihat keadaann Nara yang sangat menyedihkan. Ia bahkan tidak tau harus berbuat apa. Ia bodoh, sangat bodoh. kenapa ia bisa tidak tau jika ibu Nara pergi dari dunia ini. Bahkan tadi ia sempat memikirkan hari ini akan sangat menyenangkan bisa melepas kerinduannnya pada Nara. tapii…
Nara mengalihkan pandangannya tak peduli dengan kehadiaran Yesung. Tapi Ini bukan saatnya Yesung kecewa karena Nara tidak menanggapinya. Yesung sangat mengerti keadaan Nara. Bagaimanapun, Nara sangat menyayangi Eommanya. Bahkan ia sendiri tidak mau meninggalkan Eommanya walau punya pilihan hidup dengan nyaman jika tinggal bersama Appanya. Yesung sangat tau itu, ia yakin Nara sangat merasa kehilangan.
“aku lelah, Oppa. Sangat lelah” lirih Nara sambil memejamkan matanya. Dari malam Nara tidak tidur. Hanya diam. apalagi yang bisa Yesung lakukan. Ya Tuhan. Yesung sunggguh sangat menyesal ia tidak bisa melakukan apa apa. Hanya bisa melihat keadaan Nara yang kacau.
“tidurlah” jawab Leeteuk dengan lirih juga. Leeteuk, keadaannya juga tak kalah menyedihkan dibandingkan Nara. ia sangat terpukul saat mendengarkan jika Eommanya ternyata sudah menderita sakit kanker sudah sejak lama, dan ia baru tau minggu kemarin saat keadaan Eommanya sangat parah.
Yesung bahkan juga sangat menyesal karena bahkan ia tidak tau apapun. Ia tida menduga akan seperti ini. Eomma Nara, Yesung bahkan hanya satu kali bertemu dengannya.
Hening
Leeteuk membenarkan posisi Nara agar nyaman. Nara tertidur pulas. Sangat menyedihkan melihat penampilan kacau Nara. Yesung dengan cepat mengambil alih. Ia menggendong Nara dan membawanya ke kamar. Tak ada perlawanan, tentu saja karena Nara sudah tidur, walau ia masih bisa merasakan jika ia sedang digendong. Yesung tidak mau Leeteuk kelelahan jika terus menjaga Nara. Leeteuk hanya diam saja. Ia mengikuti Yesung di belakang.
Yesung meletakkan Nara di ranjang dan menyelimutinya. Mengelus rambut Nara lembut. Ia berbalik melihat Leeteuk yang duduk di tepi ranjang.
“aku turut berduka cita, aku.. aku benar benar tidak tau” kata Yesung hati hati. Leeteuk tak menanggapi. Ia hanya melihat Nara lalu mengelus lembut kepala Nara.
“kau istirahatlah” Yesung.
Teuk menghela nafasnya pelan lalu menatap Yesung.
“aku akan menjaganya, Nara belum istirahat dari kemarin” jawab leeteuk.
“aku akan menjaganya, kau juga harus istirahat”
“…”
Tidak ada jawaban. Mata Teuk berkaca kaca lagi. Ia menundukkan kepalanya. Menangis dalam diam. Tak tahan melihatnya, Yesung mendekatinya lalu mengelus pundak Teuk.
“aku bukan anak yang baik, aku bahkan tidak tau jika ibuku sakit”
“arra, kau tidak boleh terus terusan seperti ini, Eommonim  akan sedih, kau istirahat. Aku akan menjaga Nara”..”kau, kau adalah namja yang kuat Teukie”


*******************



Waktu berjalan terasa sangat lambat. Yeoja itu masih sama seperti hari hari sebelumnya. Menghabiskan waktu dikamar dalam diam. hanya keluar jika ada perlu. Kadang tidak mau makan, tidak mau keluar. Entahlah apa yang ia pikirkan. Yang jelas ia masih merasa bersedih atas kehilangan Eommanya yang sangat ia cintai.
Sudah beberapa minggu yang lalu yeoja itu – Nara, tidak lagi tinggal di Gwancheon, melainkann di Seoul bersama Appa, Eomma tirinya dan Oppanya. Walaupun awalnya ia sangat menolak keras tinggal dengan Appanya. Tapi leeteuk berhasil membujuknya.
Beberapa hari ini Nara sudah lebih baik dibandingkan saat pertama kali tinggal. Dulu bahkan ia tidak mau keluar dari kamarnya, ia hanya keluar mengambil makanan dan membawanya di kamar. Lebih parahnya, tak sekalipun ia menyapa Appanya. Appanya sampai kualahan dengan tingkah Nara, ia tidak tau harus bagaiamana lagi. Nara memang masih asing dengan rumah lamanya itu. Tapi sekarang Nara sudah lebih baik, ia mau kelaur dari kamar saat ada temannya yang menjenguk, atau mulai membantu Eommanya membersihkan rumah dan memasak. Ternyata selama ini Nara salah menilai Eomma tirinya, Eommanya itu ternyata sangat sangat baik dan perhatian. Ia jadi tau kenapa Leeteuk betah tinggal bersama Appa. Tapi untuk bersikap biasa pada Appanya, ia butuh waktu lagi. Ia masih membenci Appanya.
Nara kini duduk di tepi kolam ikan kecil di belakang rumah. Ia mencelupkan tangannya, sedikit tersenyum saat melihat ikan ikan itu kabur. Tapi setelah itu senyumnya hilang saat menyadari ada orang lain. Nara langsung menoleh ke arah orang itu.
“Hya” panggil Nara. Orang yang tak lain adalah Yesung dengan cepat langsung meletakkan ponselnya yang baru saja dipakainya untuk mengambil gambar Nara ke dalam sakunya. Ketahuan. Ok. Tatapan Nara langsung berubah menjadii dingin. Yesung yang tertangkap basah hanya bisa nyengir kuda tanpa merasa bersalah.
“anyeong” sapa Yesung sok manis sambil mengangkat tangannya. Ia masih saja tersenyum. Bukannya menjawab, Nara malah berdecak sebal. Selalu saja, Yesung akan datang jika ia sedang bosan. Ehh, bukannya ia seharusnya senang ya? Ya, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, tentu saja Nara sangat senang. Lagi pula ia tidak mungkin bisa mengusir Yesung. Appanya bahkan sangat sangat menghormati Yesung, tentu saja karena Yesung anak dari bosnya. Bisa apa Nara? Posisi Yesung memang sangat menguntungkan.
Yesung lalu duduk di sebelah Nara, ia mengelus lembut rambut Nara seperti biasa. Dan seperti biasa juga, Nara selalu menghindar. Menepis tangan itu dengan keras.
“yak, berhenti berbuat seperti itu” protes Nara.
“eh, kenapa? Aku suka”
Ya, harus ekstra sabar menghadapi Yesung. Nara tak mau berdebat lagi. Hari demi hari, Yesung semakin berani saja. tidak seperti dulu yang hanya diam dan berkata hanya secukupnya. Jangan bahas itu, Nara jadi teringat tadi Yesung sempat mengambil gambarnya kan? Tangan Nara langsung mengambil ponsel Yesung di saku kemejanya.
“Hey” Yesung mencoba mengambil kembali ponselnya, tapi tidak terjangkau karena Nara membalikkan tubuhnya.
“diam saja, jika tidak aku akan melemparnya ke air”
Dan berhasil. Yesung berhenti dari kegiatannya. Membiarkan Nara melakukan apapun pada ponselnya. mata Nara langsung melotot saat membuka galeri photo ponsel Yesung. Ia menemukan banyak fotonya. Bahkan ia tidak tau kapan foto foto itu diambil. Terakhir adalah fotonya yang diambil tadi.
Nara menoleh ke arah Yesung. Mata mereka bertemu sekilas sebelum Nara mengalihkan pandangannya. Entah kenapa tiba tiba jantungnya berdebar sangat kencang saat tatapan mereka bertemu. Apa sebenarnya yang ia rasakan? Ya jujur saja Nara sangat senang ada Yesung yang selalu menemaninya. Tapi, Yesung dulu… kenapa harus dulu? Bukankah Yesung sekarang tidak lagi seperti dulu.
“jangan menghapusnya” kata Yesung lirih tapi masih di dengar oleh Nara.
“tapi ini fotoku dan kau tidak…..”
“jika aku bilang dulu, kau pasti tidak akan mengijinkan aku menyimpan fotomu kan?” potong Yesung cepat. Ada benarnya perkataan Yesung. Ia pasti akan menolaknya mentah mentah. “Lagi pula, kau terlihat cantik, karena aku yang mengambil gambarnya” lanjut Yesung dengan nada datar tapi sukses membuat Nara mengedipkan matanya cepat. Ulang ‘terlihat cantik karena Yesung yang mengambil gambar’
“kau.. kau pikir jika bukan kau yang mengambil gambar, aku terlihat jelek begitu. Aish.. jinja..”
“bukankah kau memang jelek”
“Yak…”
Sebelum Nara melayangkan protesnya Yesung menempatkan jari telunjukknya pada bibir Nara. Pertanda Nara harus diam. dan bodohnya, Nara langsung diam begitu saja. Nara memaki dirinya sendiri, kenapa ia bisa langsung menurut. Sial.
“mau ikut bersamaku?” tanya Yesung lembut. Sepertinya Yesung tidak akan memperpanjang debatnya. Ini yang membuat Yesung senang. Setidaknya ia dan Nara tidak lagi canggung, walau banyak perdebatan tapi Yesung lebih suka Nara seperti ini, seperti dulu saat masih menjadi yeojacingunya. Nara akan bicara apapun tentang apa yang ia laukan.
Nara masih diam, seakan meminta penjelasan. Mereka mau kemana?
“kau butuh refresing Nara-ya. Ayo kita pergi”
Nara menghela nafasnya. Lalu menggeleng.
“aku tidak mau” ucapnya lemah. Tiba tiba saja ia teringat ibunya. Andai saja Eommanya masih hidup, ia akan dengan senang hati mengajak ibunya untuk berlibur. Tapi sekarang. Tidak.
Yesung yang melihat Nara tidak bersemangat langsung berdecak ringan. Ia sudah berulang ulang mengajak Nara, menghiburnya. Tapi tidak akan lama, Nara akan kembali menjadi Nara yang pendiam dan tidak peduli dengan sekitarnya. Teringat ibunya. Huh.
“apa yang sebenarnya ada di pikiranmu, kau tidak mau meneruskan kuliahmu, kau ingin seperti ini terus menerus”
“maybe”
“hey,,,,…” Lagi lagi Yesung harus memotong perkataannya, lalu menghelas nafasnya agar bisa bersabar menghadapi sikap Nara “Ra-ya, jika kau seperti ini..”
“aku juga tidak mau seperti ini. Tapi.. tapi aku masih teringat Eomma. Aku belum bisa membahagiakannya, aku bukan anak yang baik” Nara memotong perkataan Yesung. Ia sedikit menundukkan kepalanya.
Yesung yang melihatnya juga diam. ia jadi teringat Leeteuk. Teuk juga pernah bilang seperti itu padanya. Tapi jika seperti ini terus tidak baik untuk Nara kan? Ia akan mencoba semampunya agar Nara kembali.
“ikut aku. Kau akan tau sesuatu yang belum kau ketahui. Apa aku harus memaksamu Ra-ya?”
Nara tersenyum meremehkan. Yesung tetaplah Yesung, Namja yang mau menang sendiri dan pemaksa. Apa ia harus menurutinya?


*****************************


Yesung terus menggenggam tangan Nara. Yesung tidak peduli dengan orang orang yang tengah menatap mereka dengan peduh rasa penasaran. Nara hanya bisa pasrah. Ia dari tadi hanya bisa menunduk. Sia sia saja usahanya untuk melepaskan tangannya yang dipegang Yesung. Tak bisakah Yesung tak memperlakukan dirinya seperti ini. Ia sangat malu jadi bahan perhatian. Apalagi kini Nara dan Yesung berada di perusahaan ayah Yesung. Tentu saja banyak karyawan yang langsung menunduk hormat pada Yesung walau Yesung tak menanggapinya.
Nara baru kali ini masuk di perusahaan yang besar, mewah dan tertata rapi. Pantas kan jika Yesung sombong, karena memang ada yang disombongkan. Eh, tapi bukankah Yesung tidak sombong? Dia bahkan tidak pernah membicarakan jika ia sekaya ini. Sungguh, Nara tidak tau jika seorang Kim Jong Woon ternyata lebih kaya dari yang ia kira.
Sampailah mereka pada sebuah ruangan. Tidak seperti yang dilewatinya tadi, ruangan itu tidak banyak orang. Mungkin hanya 6-8 yang bekerja di ruangan itu. Saat Yesung berhenti, Nara ikut berhenti. Ia mendongakkan kepalanya. Mereka belum sampai ruangan itu, tapi berdiri di kaca besar yang membatasi antar ruang. Sehingga tidak ada yang melihat mereka karena kaca tidak terlihat dari dalam ruangan. Nara melihat Leeteuk di sana. Nara akan melangkahkan kakinya, berencana menghampiri Leeteuk, tapi dicegah oleh Yesung.
“diam saja dan lihatlah” lirih Yesung.
Nara menuruti perintahnya. Ia melihat Leeteuk. Ada sesuatu yang aneh. Leeteuk tampak sangat berbeda. Matanya berkantung, wajahnya pucat. Bahkan sekarang Leeteuk meletakkan kepalanya pada sandaran kursi.
“ap-apa yang terjadi?”
“Leeteuk, dia pikir dirinya lah yang paling bersalah atas meninggal Eommonim. Dia sangat menyesal karena ia tidak bersama Eommanya saat Eommanya masih hidup. Semenjak Eomma kalian meninggal, Leeteuk banyak berubah. Ia sering menyendiri, tak seceria dulu. Tapi di depan semua orangg ia terlihat kuat. Kupikir kalian sama saja, tapi,..”
Yesung menatap Nara dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. Sedangkan Nara masih setia mendengar kaliamat yang akan Yesung ucapkan.
“tapi, ternyata kalian tidak sama. Leeteuk tetap berjuang agar ia sukses, karena Eommanya yang menginginkan itu. Tapi kau, kau malah akan semakin membuat Eommonim sedih jika melihatmu begini. Tidak punya semangat hidup, tidak peduli dengan sekitarnya. Leeteuk bahkan terlihat sangat kuat ceria di luar sana. Apa kau tidak…”
Yesung menghentikan kalimatnya saat melihatN menundukkan kepalanya. Ia sedikit bergetar. Menangis. Tidak, Yesung menjelaskan semua ini untuk menambah semangat Nara, bukan malah membuat Nara semakin bersedih. Apakah caranya salah?
“mian, aku.. aku tidak bermaksud membuatmu bersedih Ra-ya”
Yesung menyentuh dagu Nara. membuatnya mendonggakan kepalanya. Hatinya bergetar saat melihat air mata nara yang terus menetes. Ini semua ulahnya, ia yang membuat Nara bersedih. Kenyataan itu sungguh membuatnya perih. Ia tidak tega melihat Nara seperti ini. Perlahan Yesung menghapus air mata Nara. Tapi detik berikutnya Nara sedikit menjauh lalu meghapus kasar air matanya.
“bolehkah aku masuk?”


SKIP


Leeteuk, Yesung dan Nara kini berada di sebuah restaurant di dekat kantor. Tadi Nara masuk dan langsung mengajak Leeteuk makan. Tidak ada yang berbeda, Nara tidak bilang apapun dan seperti tidak terjadi apa-apa. Leeteuk malah senang karena Nara kini mau keluar dengan wajah yang lebih cerah. Ia harus berterimakasih kepada Yesung. Haruskah?
Di meja sudahh terdapat makanan yang mereka pesan. Nara mengambil nasi miliknya kepada Leeteuk.
“makanlah Oppa, aku tidak mungkin habis” kata Nara. teuk menghela nafasnya. Lihatlah, adiknya hanya makan sedikit tanpa nasi pula. Yesung yang melihatnya hanya diam. ia tidak mungkin mengganggu moment kakak adik itu kan?
“aniya, kau harus makan yang banyak Ra-ya. Kau selalu saja makan hanya sedikit” Leeteuk mengembalikan mangkuk nasi itu pada Nara.
“tapi Oppa, aku…”
“makanlah,” kata Leeteuk dan Yesung hampir bersamaan. Nara merasa sangat ciut di sini. ia serasa dibentak oleh dua namja sekaligus. Nara pun hanya bisa diam. Tidak berani menjawab. sedangkan Leeteuk dan Yesung saling bertatapan.
“haey, kenapa kau mengikutiku” Leeteuk tidak terima.
“aku tidak mengikutimu, aku hanya menyuruh Nara makan” balas Yesung tak kalah ketus dari Teuk. Sepertinya mereka berdua dari dulu  jika bertemu selalu seperti ini.
“hya, kau tidak berhak’
“kau pikir kau berhak”
“tentu saja aku berhak, aku Oppanya, dan kau.. kau siapa?”
“tentu saja ak… aku……”
Skak
Yesung kalah. Apa yang harus ia jawab. Memangnya siapa dia? Yesung mengalihkan pandangannya. Ia yakin pasti sekarang Leeteuk tengah menyeringai ingin menertawakannya. Ya, tentu saja Leeteuk merasa menang. Ckk, baru saja Yesung memuji muji Leeteuk di depan Nara, tapi apa yang ia dapatkan. Sial. Bahkan di sini juga ada Nara.
“hey, kenapa kalian yang ribut. Yesung adalah temanku, Oppa” Nara menengahi. Mendengar itu, ingin sekali Yesung menyanggahnya. Tidak, ia bukan teman Nara. Bukan.
Leeteuk tersenyum mengejek sambil menatapYesung. Menepuk pundak Yesung tapi langsung ditepis Yesung merasa ini tidak benar.
“kau hanya temannya –B-O-S” Leeteuk sedikit menekan kata bos, membuat Yesung semakin geram. “sepertinya kau tidak terima ya, oh aku lupa jika jabatanmu masih di bawahku” lagi lagi Yesung mendapat ejekan dari Teuk.
“sial, kau bilang apa, jika aku sudah menjadi C…...”
“HYAAA, kalian menganggu makanku” potong Nara. Sepertinya memang Yesung harus ektra bersabar. Mendengar Nara sedikit berteriak, Teuk dan Yesung pun diam dan melanjutkan makan mereka.

****************************


“Appa” Yesung menundukkan sedikit kepalanya menyapa Appanya yang duduk di kursi kerjanya.
“duduklah”
Yesung pun duduk di depan Appanya. Yesung melirik Leeteuk yang juga ada di ruangan Ayahnya. Yah, Yesung harus akui kehebatan Leeteuk. Leeteuk bahkan sudah menjadi kepala menajer pemasaran dalam waktu belum ada satu tahun. Sepertinya Leeteuk lebih hebat dari Ayahnya, malah sekarang ayahnya dipindah tugaskan ke cabang perusahaan milik Ahjussi Yesung.
“kenapa kau melihatnya seperti itu?” tanya Appa membuat Yesung mengalihkan pendangannya. Ia tersenyum kikuk. Tentu saja tidak enak.
“ahh, hanya saja tidak biasanya dia di ruangan Appa”
“itu, aku hanya bertanya pada Leeteuk, ternyata yang mendapat beasiswa dari perusahaan kita adalah adiknya. Leeteuk pintar, Appa yakin adiknya juga begitu”
“n..ne?” Yesung sedikit terkejut. Sepertinya baru minggu kemarin Nara masih tidak mau keluar dari rumahnya, dan sekarang Nara sudah bisa mendapatkan beasiswa? Ia bahkan sangat yakin banyak sekali peminat untuk mendapatkan beasiswa dari perusahaan ayahnya, karena setelah itu akan bekerja di perusahaan tanpa susah susah mencari pekerjaan di luar sana. Daebak, Nara berhasil. “Hya, kau tak pernah bilang padaku” kata Yesung sambil menunjuk wajah leeteuk.
Leeteuk hanya diam. Jika saja tidak ada Kim sajangnim, pasti Leeteuk akan menjawab dengan ketusnya, ‘memangnya kau siapa?’
“memangnya kenapa Leeteuk harus memberitahumu?” Appa penasaran.
Diam.
“a..i…itu..” gagap. Yesung hanya bisa mengelus leher belakangnya tidak tau harus menjawab apa. Leeteuk tentu saja menahan tawanya. ‘rasakan’
“apa?”
“itu,,…”
“ahh, apakah sajangnim tidak tau jika Tuan Muda Yesung sering berkunjung menemui adik saja. Sepertinya mereka sangat akrab” jawab Leeteuk membuat Yesung melongo. Sial sial. Ingin sekali rasanya ia mencekik Leeteuk sekarang juga. Atau mungkin melakban mulutnya yang keterlaluan embernya.
“mwo?” tentu saja Appa Yesung baru saja mengetahuinya. “jadi yang dibilang Eomma tentang yeoja itu adalah adik Leeteuk” tambah Appa. Lagi lagi Yesung tambah melongo. Double sial. Wajahnya sepertinya memerah. Eommanya bahkan sudah bercerita tentang Nara pada Appa.
Berbeda dengan Yesung, Leeteuk kini tersenyum puas. Oke, menggoda Yesung sangat menarik kan? Biarkan saja, dulu Yesung juga sering memperlakukannya dengan sangat sangat tidak baik.
“hya, Appa, kenapa jadi membahas itu. jadi kenapa Yesung dipanggil kemari?”
Appanya tertawa. Ia tau jika Yesung mengalihkan pembicaraan. Siapa bilang jika Appanya tidak tau tentang semua masalah Yesung. Tentu saja Appanya selalu bertanya pada istrinya tentang semua yang menyangkut dengan anak laki-laki kesayangannya itu. Diam diam, Appanya juga perhatian kok.
“Ok, Appa tidak akan membahasnya. Tapi ingat, jika kau terlalu berlebihan dengan yeoja apalagi belum menjadi istrimu, Appa tidak akan merestui hubunganmu”
“Appa…”
“iya,, iya, Appa hanya ingin memeriksa presentasi yang kau buat untuk besok”
“arra, sudah siap”
“jika kau gagal, tidak ada kursi CEO untukmu anakku”
“aku akan berhasil Appa, aku lebih hebat dari Appa”
“hya, dasar anak nakal”


*************************


Pukul 08.00
Hari masih pagi, tapi di kota itu sudah sangat penuh dengan orang orang yang berlalalu lalang. Apalagi hari ini cuaca sangat mendukung. Segar dan tidak terlalu panas. Nara dan ibunya kini berada di taksi dalam perjalanan pulang. Mereka baru saja mengantarkan Leeteuk dan Appa ke bandara. Leeteuk dan Appanya mendapatkan tugas beberapa hari di sana.
Hubungan Nara dan ibunya kini makin membaik. Setelah menerima penjelasan dari Yesung, Nara memutuskan untuk tidak egois. Nara tidak boleh terpuruk terus menerus. Keluarganya juga membutuhkannya. Setelah Eomma tirinya menjelaskan jika Appanya sebenarnya masih menyayangi ibunya dan terlihat menyesal saat mereka berpisah, Nara jadi sadar. Sebenarnya Eommanya lah yang menginginkan Appanya menikah dengan yeoja lain agar Appanya bahagia. Agar Appanya tidak tau jika Eomma menderita kanker. Dan bodohnya Nara baru tau.
“mau makan dulu, sepertinya tadi kita terlalu terburu-buru sampai belum sarapan” ajak Eomma Nara.
“ne. bagaimana kalau bubur saja. biar tidak terlalu berat. Nara tidak mau terlihat gendut” jawab Nara sedikit bercanda.
“gendut apa? Kau bahkan kurus untuk ukuran yeoja” Eomma mencubit pipi Nara gemas.
Nara pura pura cemberut lalu mengelus pipinya. Menggembungkan pipinya membuat Eommanya tertawa melihatnya. Sungguh, Eommanya sangat menyayangi Nara dari dulu. Tapi apa boleh buat, Nara dari awal tidak pernah menganggapnya, bahkan melihatnya pun tidak mau. Tapi sekarang kini Nara sudah berubah membuat Eommanya sangat senang. Ia janji akan menjadi ibu yang baik, menggantikan posisi ibu kandungnya. Ia jadi tidak enak, dulu ia muncul saat Eomma dan Appa Nara bercerai.
Sebenarnya ia tau jika Appa Nara masih menyayangi Eomma kandung Nara. Diam diam, tiap malam Appanya memandang foto pernikahannya dulu. Seperti menyesal telah bercerai. Apa yang bisa ia lakukan? Ia sadar, jika memang ia salah kerana terlalu mencintai Tuan Lee. ia harus terima, lagian Appa Nara juga menyayanginya.
Mereka bercanda bersama. Tidak menyadari jika di depan ada mobil yang melaju dengan cepat dan tidak stabil. Bahkan si sopir taksi tidak menyadarinya. Hingga… mobil di depan lepas kendali dan melaju mengarah ke taksi yang ditumpangi Nara dan Eommanya.
“Pak awas…” teriak Eomma Nara saat menyadari ada mobil melaju dengan sangat cepat ke arahnya.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…………………”


TBC



0 komentar:

Posting Komentar