Loving You
part 6
Title : Loving You
Lenght : Chaptered
Cast : Nara
Yesung
Leeteukmaaf ya lama tidak update... ada yang mau kasih saran endingnya gimana? oh iya buat The Man maaf ya belum bisa dupulikasikan. ada masalah dikit. ok langsung saja. selamat membaca. AWAS TYPO BERTEBARAN
PART 6
Jika saja Yesung tidak menyimpan
perasaannya sejak dulu, jika saja Yesung jujur dari awal., tidak menjadi namja
paling pengecut, semua ini tidak akan terjadi. Nara tidak akan mengacuhkannya.
Nara akan terus mencintainya, berbuat baik padanya. Tapi akhirnya ini yang ia
dapatkan, hanya penyesalan. Kenapa dulu ia sangat bodoh.
Ok,
tidak perlu menyesalinya. Toh semua sudah terjadi. Sekarang, yang Yesung harus
pikirkan adalah bagaimana agar ia mendapatkan Nara kembali. Entah apapun
caranya, ia akan berusaha. Walau ia tau akan sulit melakukan itu.
Seperti
saat ini, Yesung hanya diam melihat benda persegi panjang yang sedang ia
pegang. Tidak ada balasan. Ia menghela nafas –lagi. Ahh, ia harus bersabar.
Mungkin Nara sedang sibuk jadi tidak membalas pesannya ataupun mengangkat
telpon darinya. Atau juga memang Nara yang tidak mau.
Kalau
begitu apa yang bisa ia lakukan? Pergi ke rumah Nara di Gwancheon?
Tidak
Perjalanan
2 jam lebih. Dan tentu saja jika Yesung di sana, ia lupa untuk pulang.
Dan,..Pasti
Appanya akan marah besar. Satu bulan ini ia tidak bisa pergi kemana mana. Ia
mengikuti pelatihan untuk menjadi karyawan di perusahaan Appanya- Y Style
Yesung
tersenyum meremehkan saat mengingatnya. Yang benar saja, ia juga wajib
mengikuti pelatihan bodoh ini. Lagi pula walau tanpa masuk pelatihan dan
seleksi, ia tetap akan menjadi presiden direktur perusahaan itu. Memegang
kendali semuanya. Tapi perintah Appa tidak bisa dibantah. Sial.. dan membuatnya
tidak bisa menemui Nara.
Ia
harus bersabar. Tinggal beberapa hari lagi ia bisa bebas. Ia akan langsung
pulang dan menemui wanit pujaan hatinya. Semoga saja ia tidak di usir lagi,
mengingat terakhir ia bertemu dengan Nara dan ia disuruh pulang dan… ah Yesung
tidak mau memikirkannya lagi.
“hay Yesung-ah”
Yesung
menoleh ke sumber suara. Donghae dan Eunhyuk sedang menghampirinya. Yesung
menyipitkan matanya karena merasa aneh dengan Eunhyuk dan Donghae yang tiba
tiba dengan sukarela datang. cihh, pasti mereka berdua ada maunya.
“wae”
jawab Yesung ketus.
“Ommo,
kau galak sekali” cecar Donghae tidak terima karena kedatangannya tidak
disambut dengan baik. Tapi beberapa detik kemudian Donghae tersenyum lalu ia
duduk di sebelah Yesung. Mengambil kaleng minum di sampingnya lalu meneguknya
habis. Yesung berdecak kesal. Tidak sopan, seenaknya saja meneguk habis minuman
Yesung. Sadarlah, Yesung kadang juga seperti itukan. Apa mereka tidak punya
uang? Hey, lihatlah kedtiga namja itu. Mereka bukan namja biasa. Bisa dibilang
namja dengan kekayaan yang tidak main main. Tapi itulah kebiasaan mereka, tentu
saja malas hanya untuk membeli sebuah kaleng soda.
“bagaimana
kabarmu hyung, apakah menyenangkan?” kata Eunhyuk semangat. Sedikit mengejek
sih. Ia mengamati kanan dan kiri. Lalu tersenyum dengan tempat yang jauh dari rumah
Yesung yang super mewah. Tempat itu sangat biasa. Ia tak yakin jika Yesung akan
betah di sana jika bukan paksaan dari Appanya.
“ada
apa dengamu hah? Tak biasanya kau memanggilku hyung, Ckk. Kau mau mengejekku? Pulang
saja sana. menyebalkan”
“hya,
aku hanya ingin bersikap baik” protes Eunhyul sebal. Menyebalkan sekali sih
namja yang satu ini.
“hey,
kita hanya ingin melihat keadaanmu. Kau tau kita baru saja pulang dari dari
rumah Nara” timpal Donghae membuat Yesung membulatkan matanya. Ke rumah Nara?
yang benar saja. Memangnya ada apa? Menggoda Nara. Buang jauh jauh pikiran negatifmu
itu Yesung.
“kenapa?
Hya, kalian tidak macam macamkan?”
“hanya
main apa tidak boleh? lagian ternyata Nara orangnya cantik, manis, pintar,
single dan….”
“HYAAA”
teriak Yesung tidak terima. Ia melotot ke arah Donghae. Bukannya takut Donghae
malah tertawa melihat ekspresi wajah Yesung. Sangat lucu. Dasar berlebihan.
Donghae hanya memujinya kan?
“apa
tidak terima”
“sial,
apa yang kalian lakukan di sana hah”
“ommo
hyung, santai saja. Kita hanya main saja”
“iya,
dan sepertinya aku tertarik pada Nara dan..”
“Akan
ku bunuh kau Lee Donghae” potong Yesung yang sudah terlihat emosi.
Eunhyuk
dan Donghae tertawa bersama. Menggoda Yesung seperti ini, hiburan tersendiri
bagi mereka. Apalagi mengingat saat mereka ke rumah Nara dan Nara menceritakan tentang
apa yang dilakukan Yesung di rumahnya. Tentu saja mereka langsung tertawa
terbahak bahak. Seorang Kim Jong Woon dengan sifat tidak terduga. Menggunakan
alasan sakit agar Nara menyuapinya. Saat Yesung ingin ikut Nara bekerja bilang sehat, dan saat
Nara menyuruhnya pulang Yesung beralasan sakit lagi. Alasan yang sangat sangat
tidak mutu. Berapa umur Yesung sebenarnya? Bodoh, anak kecil saja mungkin tidak
akan melakukan itu.
“ow,
Yesung-ah, kau akan membunuhku? Seharusnya kau berterimakasih padaku, mungkin
setelah ini Nara bisa memaafkanmu”
“apa?”
“ya,
karena aku dan Eunhyuk sudah mengatakan semua tentangmu saat kau seperti mayat
hidup saat Nara pergi, dan tentang betapa pengecutnya seorang Kim Jong Woon”
Donghae mengatakan itu dengan nada menekan seakan menegaskan bahwa kata katanya
sangat benar tentang mendiskripsikan sifat Yesung.
“Ya,
bahkan saat kau sengaja mengalah saat tantangan itu, karena dari awal memang
kau menginginkan menjadi namjachingunya”
“M-mwo?”
Yesung
langsung membulatkan matanya tidak terima. Teman temannya benar benar
membuatnya tidak punya muka. Yang benar saja. Wajah Yesung langsung memerah
melihat Eunhyuk dan Donghae malah tertawa dengan keras. double sial.
“sial”
*******************************
Beberapa
hari berlalu. Yesung sudah selesai dari masa pelatihan. Ia sangat lega,
pelatihan menyebalkan itu sudah lewat. Sekarang ia punya 2 hari libur. Siapa
saja tau Yesung akan memanfaatkan waktu itu untuk pergi ke Gwancheon. Kalian
tau menemui siapa?
Tentu
saja Park Nara.
Entah
apa yang membuat Yesung sangat tergila gila dengan yeoja itu.
Namja
itu- Yesung, sedang tersenyum sambil memegang setir mobilnya. Sepertinya hari
ini akan sangat menyenangkan. Tentu saja pemikirannya seperti itu. Ia sedang berada
di perjalanan ke rumah Nara. Ia bahkan sekarang sedang merencanakan apa saja
yang ingin ia lakukan bersama Nara. emm, berusaha meminta maaf lagi? Tentu
saja. ah, sudah satu bulan ini ia tidak bertemu dengan Nara. bagaimana
keadaannya ya sekarang? Ckk, lagi lagi Yesung tersenyum memikirkan jika Nara
sedang merindukannya. Yang benar saja. apakah yang dipikirkannya itu benar?
Yesung
berbelok ke gang. Ia mengerutkan dahinya ketika melihat banyak orang yang
berada di sana. berpakaian kebanyakan berwarna hitam. Keadaan itu sedikit
membuat khawatir. Apa yang terjadi sebenarnya. Bukan Nara kan? Tidak tidak.
Tidak mungkin. Yesung langsung memarkirkan mobilnya di kanan jalan.
Dengan
cepat ia keluar dari mobil. Melihat banyak orang berada di depan rumah Nara
membuat Yesung semakin panik. Ia berlari kecil mendekati kerumunan orang orang
itu.
“permisi,
kenapa sangat ramai, ada apa?” tanya Yesung pada namja yang baru keluar dari rumah
Nara. Bukannya menjawab, namja itu malah menatap Yesung dengan seksama,
menyipitkan matanya. Seperti pernah melihat Yesung.
“hey,
aku bisa menjawabnya tidak?” Yesung sedikit kesal, karena namja itu tidak lekas
menjawabnya. Ia berani karena sepertinya namja itu lebih muda darinya. Namja itu
taka lain adalah Dongwoon.
“bukankah
kau Yesung” Yesung menyipitkan matanya. Kenapa orang ini bisa tau? “masuklah, Nara sedang berduka. Eommanya
tiada”
“MWOO??”
DEG. Ia
salah dengarkan? Iyakan? Siapa saja sarkanlah Yesung dari keterkejutannya.
Yesung
dengan cepat berlari masuk tanpa menghiraukan tatapan banyak orang yang tengah heran
melihatnya. ia tidak peduli dengan pakaiannya yang sebenarnya tidak pantas karena
sedang terjadi duka di sini.
Yesung
terus mencari Nara. bertanya pada orang yang di dekatnya. Yesung berhenti saat
melihat Leeteuk yang tengah memeluk Nara. Nara menangis dalam diam. Begitupun
Leeteuk, wajahnya tampak sembab dan sangat kelelahan. Yesung sempat melihat
Ayah Nara baru saja duduk bersama mereka menenangkan Nara, tapi sudah beranjak
entah kemana. Saat Teuk melihat Yesung, Leeteuk langsung memberi kode agar
duduk di sebelahnya.
Nara
mendongakkan wajahnya,
Saat
itu juga Yesung merasakan perih di hatinya. Ia tidak tega melihat keadaann Nara
yang sangat menyedihkan. Ia bahkan tidak tau harus berbuat apa. Ia bodoh,
sangat bodoh. kenapa ia bisa tidak tau jika ibu Nara pergi dari dunia ini. Bahkan
tadi ia sempat memikirkan hari ini akan sangat menyenangkan bisa melepas
kerinduannnya pada Nara. tapii…
Nara
mengalihkan pandangannya tak peduli dengan kehadiaran Yesung. Tapi Ini bukan
saatnya Yesung kecewa karena Nara tidak menanggapinya. Yesung sangat mengerti
keadaan Nara. Bagaimanapun, Nara sangat menyayangi Eommanya. Bahkan ia sendiri
tidak mau meninggalkan Eommanya walau punya pilihan hidup dengan nyaman jika
tinggal bersama Appanya. Yesung sangat tau itu, ia yakin Nara sangat merasa
kehilangan.
“aku
lelah, Oppa. Sangat lelah” lirih Nara sambil memejamkan matanya. Dari malam
Nara tidak tidur. Hanya diam. apalagi yang bisa Yesung lakukan. Ya Tuhan. Yesung
sunggguh sangat menyesal ia tidak bisa melakukan apa apa. Hanya bisa melihat keadaan
Nara yang kacau.
“tidurlah”
jawab Leeteuk dengan lirih juga. Leeteuk, keadaannya juga tak kalah menyedihkan
dibandingkan Nara. ia sangat terpukul saat mendengarkan jika Eommanya ternyata sudah
menderita sakit kanker sudah sejak lama, dan ia baru tau minggu kemarin saat
keadaan Eommanya sangat parah.
Yesung
bahkan juga sangat menyesal karena bahkan ia tidak tau apapun. Ia tida menduga
akan seperti ini. Eomma Nara, Yesung bahkan hanya satu kali bertemu dengannya.
Hening
Leeteuk
membenarkan posisi Nara agar nyaman. Nara tertidur pulas. Sangat menyedihkan
melihat penampilan kacau Nara. Yesung dengan cepat mengambil alih. Ia menggendong
Nara dan membawanya ke kamar. Tak ada perlawanan, tentu saja karena Nara sudah tidur,
walau ia masih bisa merasakan jika ia sedang digendong. Yesung tidak mau
Leeteuk kelelahan jika terus menjaga Nara. Leeteuk hanya diam saja. Ia
mengikuti Yesung di belakang.
Yesung
meletakkan Nara di ranjang dan menyelimutinya. Mengelus rambut Nara lembut. Ia
berbalik melihat Leeteuk yang duduk di tepi ranjang.
“aku
turut berduka cita, aku.. aku benar benar tidak tau” kata Yesung hati hati.
Leeteuk tak menanggapi. Ia hanya melihat Nara lalu mengelus lembut kepala Nara.
“kau
istirahatlah” Yesung.
Teuk
menghela nafasnya pelan lalu menatap Yesung.
“aku
akan menjaganya, Nara belum istirahat dari kemarin” jawab leeteuk.
“aku
akan menjaganya, kau juga harus istirahat”
“…”
Tidak
ada jawaban. Mata Teuk berkaca kaca lagi. Ia menundukkan kepalanya. Menangis
dalam diam. Tak tahan melihatnya, Yesung mendekatinya lalu mengelus pundak
Teuk.
“aku
bukan anak yang baik, aku bahkan tidak tau jika ibuku sakit”
“arra,
kau tidak boleh terus terusan seperti ini, Eommonim akan sedih, kau istirahat. Aku akan menjaga
Nara”..”kau, kau adalah namja yang kuat Teukie”
*******************
Waktu
berjalan terasa sangat lambat. Yeoja itu masih sama seperti hari hari
sebelumnya. Menghabiskan waktu dikamar dalam diam. hanya keluar jika ada perlu.
Kadang tidak mau makan, tidak mau keluar. Entahlah apa yang ia pikirkan. Yang
jelas ia masih merasa bersedih atas kehilangan Eommanya yang sangat ia cintai.
Sudah
beberapa minggu yang lalu yeoja itu – Nara, tidak lagi tinggal di Gwancheon,
melainkann di Seoul bersama Appa, Eomma tirinya dan Oppanya. Walaupun awalnya
ia sangat menolak keras tinggal dengan Appanya. Tapi leeteuk berhasil
membujuknya.
Beberapa
hari ini Nara sudah lebih baik dibandingkan saat pertama kali tinggal. Dulu
bahkan ia tidak mau keluar dari kamarnya, ia hanya keluar mengambil makanan dan
membawanya di kamar. Lebih parahnya, tak sekalipun ia menyapa Appanya. Appanya
sampai kualahan dengan tingkah Nara, ia tidak tau harus bagaiamana lagi. Nara memang
masih asing dengan rumah lamanya itu. Tapi sekarang Nara sudah lebih baik, ia
mau kelaur dari kamar saat ada temannya yang menjenguk, atau mulai membantu Eommanya
membersihkan rumah dan memasak. Ternyata selama ini Nara salah menilai Eomma
tirinya, Eommanya itu ternyata sangat sangat baik dan perhatian. Ia jadi tau
kenapa Leeteuk betah tinggal bersama Appa. Tapi untuk bersikap biasa pada
Appanya, ia butuh waktu lagi. Ia masih membenci Appanya.
Nara kini
duduk di tepi kolam ikan kecil di belakang rumah. Ia mencelupkan tangannya, sedikit
tersenyum saat melihat ikan ikan itu kabur. Tapi setelah itu senyumnya hilang
saat menyadari ada orang lain. Nara langsung menoleh ke arah orang itu.
“Hya”
panggil Nara. Orang yang tak lain adalah Yesung dengan cepat langsung
meletakkan ponselnya yang baru saja dipakainya untuk mengambil gambar Nara ke
dalam sakunya. Ketahuan. Ok. Tatapan Nara langsung berubah menjadii dingin.
Yesung yang tertangkap basah hanya bisa nyengir kuda tanpa merasa bersalah.
“anyeong”
sapa Yesung sok manis sambil mengangkat tangannya. Ia masih saja tersenyum. Bukannya
menjawab, Nara malah berdecak sebal. Selalu saja, Yesung akan datang jika ia
sedang bosan. Ehh, bukannya ia seharusnya senang ya? Ya, dalam lubuk hatinya
yang paling dalam, tentu saja Nara sangat senang. Lagi pula ia tidak mungkin
bisa mengusir Yesung. Appanya bahkan sangat sangat menghormati Yesung, tentu
saja karena Yesung anak dari bosnya. Bisa apa Nara? Posisi Yesung memang sangat
menguntungkan.
Yesung
lalu duduk di sebelah Nara, ia mengelus lembut rambut Nara seperti biasa. Dan
seperti biasa juga, Nara selalu menghindar. Menepis tangan itu dengan keras.
“yak,
berhenti berbuat seperti itu” protes Nara.
“eh,
kenapa? Aku suka”
Ya,
harus ekstra sabar menghadapi Yesung. Nara tak mau berdebat lagi. Hari demi
hari, Yesung semakin berani saja. tidak seperti dulu yang hanya diam dan
berkata hanya secukupnya. Jangan bahas itu, Nara jadi teringat tadi Yesung
sempat mengambil gambarnya kan? Tangan Nara langsung mengambil ponsel Yesung di
saku kemejanya.
“Hey”
Yesung mencoba mengambil kembali ponselnya, tapi tidak terjangkau karena Nara
membalikkan tubuhnya.
“diam
saja, jika tidak aku akan melemparnya ke air”
Dan
berhasil. Yesung berhenti dari kegiatannya. Membiarkan Nara melakukan apapun
pada ponselnya. mata Nara langsung melotot saat membuka galeri photo ponsel Yesung.
Ia menemukan banyak fotonya. Bahkan ia tidak tau kapan foto foto itu diambil. Terakhir
adalah fotonya yang diambil tadi.
Nara menoleh
ke arah Yesung. Mata mereka bertemu sekilas sebelum Nara mengalihkan
pandangannya. Entah kenapa tiba tiba jantungnya berdebar sangat kencang saat
tatapan mereka bertemu. Apa sebenarnya yang ia rasakan? Ya jujur saja Nara
sangat senang ada Yesung yang selalu menemaninya. Tapi, Yesung dulu… kenapa
harus dulu? Bukankah Yesung sekarang tidak lagi seperti dulu.
“jangan
menghapusnya” kata Yesung lirih tapi masih di dengar oleh Nara.
“tapi
ini fotoku dan kau tidak…..”
“jika
aku bilang dulu, kau pasti tidak akan mengijinkan aku menyimpan fotomu kan?”
potong Yesung cepat. Ada benarnya perkataan Yesung. Ia pasti akan menolaknya
mentah mentah. “Lagi pula, kau terlihat cantik, karena aku yang mengambil
gambarnya” lanjut Yesung dengan nada datar tapi sukses membuat Nara mengedipkan
matanya cepat. Ulang ‘terlihat cantik karena Yesung yang mengambil gambar’
“kau..
kau pikir jika bukan kau yang mengambil gambar, aku terlihat jelek begitu. Aish..
jinja..”
“bukankah
kau memang jelek”
“Yak…”
Sebelum
Nara melayangkan protesnya Yesung menempatkan jari telunjukknya pada bibir
Nara. Pertanda Nara harus diam. dan bodohnya, Nara langsung diam begitu saja. Nara
memaki dirinya sendiri, kenapa ia bisa langsung menurut. Sial.
“mau
ikut bersamaku?” tanya Yesung lembut. Sepertinya Yesung tidak akan memperpanjang
debatnya. Ini yang membuat Yesung senang. Setidaknya ia dan Nara tidak lagi
canggung, walau banyak perdebatan tapi Yesung lebih suka Nara seperti ini,
seperti dulu saat masih menjadi yeojacingunya. Nara akan bicara apapun tentang
apa yang ia laukan.
Nara
masih diam, seakan meminta penjelasan. Mereka mau kemana?
“kau
butuh refresing Nara-ya. Ayo kita pergi”
Nara
menghela nafasnya. Lalu menggeleng.
“aku
tidak mau” ucapnya lemah. Tiba tiba saja ia teringat ibunya. Andai saja
Eommanya masih hidup, ia akan dengan senang hati mengajak ibunya untuk
berlibur. Tapi sekarang. Tidak.
Yesung
yang melihat Nara tidak bersemangat langsung berdecak ringan. Ia sudah berulang
ulang mengajak Nara, menghiburnya. Tapi tidak akan lama, Nara akan kembali
menjadi Nara yang pendiam dan tidak peduli dengan sekitarnya. Teringat ibunya. Huh.
“apa
yang sebenarnya ada di pikiranmu, kau tidak mau meneruskan kuliahmu, kau ingin
seperti ini terus menerus”
“maybe”
“hey,,,,…”
Lagi lagi Yesung harus memotong perkataannya, lalu menghelas nafasnya agar bisa
bersabar menghadapi sikap Nara “Ra-ya, jika kau seperti ini..”
“aku
juga tidak mau seperti ini. Tapi.. tapi aku masih teringat Eomma. Aku belum bisa
membahagiakannya, aku bukan anak yang baik” Nara memotong perkataan Yesung. Ia
sedikit menundukkan kepalanya.
Yesung
yang melihatnya juga diam. ia jadi teringat Leeteuk. Teuk juga pernah bilang
seperti itu padanya. Tapi jika seperti ini terus tidak baik untuk Nara kan? Ia akan
mencoba semampunya agar Nara kembali.
“ikut
aku. Kau akan tau sesuatu yang belum kau ketahui. Apa aku harus memaksamu
Ra-ya?”
Nara
tersenyum meremehkan. Yesung tetaplah Yesung, Namja yang mau menang sendiri dan
pemaksa. Apa ia harus menurutinya?
*****************************
Yesung
terus menggenggam tangan Nara. Yesung tidak peduli dengan orang orang yang
tengah menatap mereka dengan peduh rasa penasaran. Nara hanya bisa pasrah. Ia
dari tadi hanya bisa menunduk. Sia sia saja usahanya untuk melepaskan tangannya
yang dipegang Yesung. Tak bisakah Yesung tak memperlakukan dirinya seperti ini.
Ia sangat malu jadi bahan perhatian. Apalagi kini Nara dan Yesung berada di
perusahaan ayah Yesung. Tentu saja banyak karyawan yang langsung menunduk
hormat pada Yesung walau Yesung tak menanggapinya.
Nara baru
kali ini masuk di perusahaan yang besar, mewah dan tertata rapi. Pantas kan
jika Yesung sombong, karena memang ada yang disombongkan. Eh, tapi bukankah
Yesung tidak sombong? Dia bahkan tidak pernah membicarakan jika ia sekaya ini. Sungguh,
Nara tidak tau jika seorang Kim Jong Woon ternyata lebih kaya dari yang ia kira.
Sampailah
mereka pada sebuah ruangan. Tidak seperti yang dilewatinya tadi, ruangan itu
tidak banyak orang. Mungkin hanya 6-8 yang bekerja di ruangan itu. Saat Yesung
berhenti, Nara ikut berhenti. Ia mendongakkan kepalanya. Mereka belum sampai
ruangan itu, tapi berdiri di kaca besar yang membatasi antar ruang. Sehingga
tidak ada yang melihat mereka karena kaca tidak terlihat dari dalam ruangan. Nara
melihat Leeteuk di sana. Nara akan melangkahkan kakinya, berencana menghampiri
Leeteuk, tapi dicegah oleh Yesung.
“diam
saja dan lihatlah” lirih Yesung.
Nara menuruti
perintahnya. Ia melihat Leeteuk. Ada sesuatu yang aneh. Leeteuk tampak sangat
berbeda. Matanya berkantung, wajahnya pucat. Bahkan sekarang Leeteuk meletakkan
kepalanya pada sandaran kursi.
“ap-apa
yang terjadi?”
“Leeteuk,
dia pikir dirinya lah yang paling bersalah atas meninggal Eommonim. Dia sangat menyesal
karena ia tidak bersama Eommanya saat Eommanya masih hidup. Semenjak Eomma
kalian meninggal, Leeteuk banyak berubah. Ia sering menyendiri, tak seceria
dulu. Tapi di depan semua orangg ia terlihat kuat. Kupikir kalian sama saja,
tapi,..”
Yesung
menatap Nara dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. Sedangkan Nara masih setia
mendengar kaliamat yang akan Yesung ucapkan.
“tapi,
ternyata kalian tidak sama. Leeteuk tetap berjuang agar ia sukses, karena
Eommanya yang menginginkan itu. Tapi kau, kau malah akan semakin membuat
Eommonim sedih jika melihatmu begini. Tidak punya semangat hidup, tidak peduli
dengan sekitarnya. Leeteuk bahkan terlihat sangat kuat ceria di luar sana. Apa
kau tidak…”
Yesung
menghentikan kalimatnya saat melihatN menundukkan kepalanya. Ia sedikit
bergetar. Menangis. Tidak, Yesung menjelaskan semua ini untuk menambah semangat
Nara, bukan malah membuat Nara semakin bersedih. Apakah caranya salah?
“mian,
aku.. aku tidak bermaksud membuatmu bersedih Ra-ya”
Yesung
menyentuh dagu Nara. membuatnya mendonggakan kepalanya. Hatinya bergetar saat
melihat air mata nara yang terus menetes. Ini semua ulahnya, ia yang membuat
Nara bersedih. Kenyataan itu sungguh membuatnya perih. Ia tidak tega melihat
Nara seperti ini. Perlahan Yesung menghapus air mata Nara. Tapi detik
berikutnya Nara sedikit menjauh lalu meghapus kasar air matanya.
“bolehkah
aku masuk?”
SKIP
Leeteuk,
Yesung dan Nara kini berada di sebuah restaurant di dekat kantor. Tadi Nara
masuk dan langsung mengajak Leeteuk makan. Tidak ada yang berbeda, Nara tidak
bilang apapun dan seperti tidak terjadi apa-apa. Leeteuk malah senang karena
Nara kini mau keluar dengan wajah yang lebih cerah. Ia harus berterimakasih
kepada Yesung. Haruskah?
Di
meja sudahh terdapat makanan yang mereka pesan. Nara mengambil nasi miliknya kepada
Leeteuk.
“makanlah
Oppa, aku tidak mungkin habis” kata Nara. teuk menghela nafasnya. Lihatlah,
adiknya hanya makan sedikit tanpa nasi pula. Yesung yang melihatnya hanya diam.
ia tidak mungkin mengganggu moment kakak adik itu kan?
“aniya,
kau harus makan yang banyak Ra-ya. Kau selalu saja makan hanya sedikit” Leeteuk
mengembalikan mangkuk nasi itu pada Nara.
“tapi
Oppa, aku…”
“makanlah,”
kata Leeteuk dan Yesung hampir bersamaan. Nara merasa sangat ciut di sini. ia
serasa dibentak oleh dua namja sekaligus. Nara pun hanya bisa diam. Tidak
berani menjawab. sedangkan Leeteuk dan Yesung saling bertatapan.
“haey,
kenapa kau mengikutiku” Leeteuk tidak terima.
“aku
tidak mengikutimu, aku hanya menyuruh Nara makan” balas Yesung tak kalah ketus
dari Teuk. Sepertinya mereka berdua dari dulu
jika bertemu selalu seperti ini.
“hya,
kau tidak berhak’
“kau
pikir kau berhak”
“tentu
saja aku berhak, aku Oppanya, dan kau.. kau siapa?”
“tentu
saja ak… aku……”
Skak
Yesung
kalah. Apa yang harus ia jawab. Memangnya siapa dia? Yesung mengalihkan
pandangannya. Ia yakin pasti sekarang Leeteuk tengah menyeringai ingin menertawakannya.
Ya, tentu saja Leeteuk merasa menang. Ckk, baru saja Yesung memuji muji Leeteuk
di depan Nara, tapi apa yang ia dapatkan. Sial. Bahkan di sini juga ada Nara.
“hey,
kenapa kalian yang ribut. Yesung adalah temanku, Oppa” Nara menengahi. Mendengar
itu, ingin sekali Yesung menyanggahnya. Tidak, ia bukan teman Nara. Bukan.
Leeteuk
tersenyum mengejek sambil menatapYesung. Menepuk pundak Yesung tapi langsung ditepis
Yesung merasa ini tidak benar.
“kau
hanya temannya –B-O-S” Leeteuk sedikit menekan kata bos, membuat Yesung semakin
geram. “sepertinya kau tidak terima ya, oh aku lupa jika jabatanmu masih di
bawahku” lagi lagi Yesung mendapat ejekan dari Teuk.
“sial,
kau bilang apa, jika aku sudah menjadi C…...”
“HYAAA,
kalian menganggu makanku” potong Nara. Sepertinya memang Yesung harus ektra
bersabar. Mendengar Nara sedikit berteriak, Teuk dan Yesung pun diam dan
melanjutkan makan mereka.
****************************
“Appa”
Yesung menundukkan sedikit kepalanya menyapa Appanya yang duduk di kursi
kerjanya.
“duduklah”
Yesung
pun duduk di depan Appanya. Yesung melirik Leeteuk yang juga ada di ruangan
Ayahnya. Yah, Yesung harus akui kehebatan Leeteuk. Leeteuk bahkan sudah menjadi
kepala menajer pemasaran dalam waktu belum ada satu tahun. Sepertinya Leeteuk
lebih hebat dari Ayahnya, malah sekarang ayahnya dipindah tugaskan ke cabang perusahaan
milik Ahjussi Yesung.
“kenapa
kau melihatnya seperti itu?” tanya Appa membuat Yesung mengalihkan
pendangannya. Ia tersenyum kikuk. Tentu saja tidak enak.
“ahh,
hanya saja tidak biasanya dia di ruangan Appa”
“itu,
aku hanya bertanya pada Leeteuk, ternyata yang mendapat beasiswa dari
perusahaan kita adalah adiknya. Leeteuk pintar, Appa yakin adiknya juga begitu”
“n..ne?”
Yesung sedikit terkejut. Sepertinya baru minggu kemarin Nara masih tidak mau
keluar dari rumahnya, dan sekarang Nara sudah bisa mendapatkan beasiswa? Ia
bahkan sangat yakin banyak sekali peminat untuk mendapatkan beasiswa dari
perusahaan ayahnya, karena setelah itu akan bekerja di perusahaan tanpa susah
susah mencari pekerjaan di luar sana. Daebak, Nara berhasil. “Hya, kau tak
pernah bilang padaku” kata Yesung sambil menunjuk wajah leeteuk.
Leeteuk
hanya diam. Jika saja tidak ada Kim sajangnim, pasti Leeteuk akan menjawab
dengan ketusnya, ‘memangnya kau siapa?’
“memangnya
kenapa Leeteuk harus memberitahumu?” Appa penasaran.
Diam.
“a..i…itu..”
gagap. Yesung hanya bisa mengelus leher belakangnya tidak tau harus menjawab
apa. Leeteuk tentu saja menahan tawanya. ‘rasakan’
“apa?”
“itu,,…”
“ahh,
apakah sajangnim tidak tau jika Tuan Muda Yesung sering berkunjung menemui adik
saja. Sepertinya mereka sangat akrab” jawab Leeteuk membuat Yesung melongo.
Sial sial. Ingin sekali rasanya ia mencekik Leeteuk sekarang juga. Atau mungkin
melakban mulutnya yang keterlaluan embernya.
“mwo?”
tentu saja Appa Yesung baru saja mengetahuinya. “jadi yang dibilang Eomma
tentang yeoja itu adalah adik Leeteuk” tambah Appa. Lagi lagi Yesung tambah
melongo. Double sial. Wajahnya sepertinya memerah. Eommanya bahkan sudah bercerita
tentang Nara pada Appa.
Berbeda
dengan Yesung, Leeteuk kini tersenyum puas. Oke, menggoda Yesung sangat menarik
kan? Biarkan saja, dulu Yesung juga sering memperlakukannya dengan sangat
sangat tidak baik.
“hya,
Appa, kenapa jadi membahas itu. jadi kenapa Yesung dipanggil kemari?”
Appanya
tertawa. Ia tau jika Yesung mengalihkan pembicaraan. Siapa bilang jika Appanya
tidak tau tentang semua masalah Yesung. Tentu saja Appanya selalu bertanya pada
istrinya tentang semua yang menyangkut dengan anak laki-laki kesayangannya itu.
Diam diam, Appanya juga perhatian kok.
“Ok,
Appa tidak akan membahasnya. Tapi ingat, jika kau terlalu berlebihan dengan
yeoja apalagi belum menjadi istrimu, Appa tidak akan merestui hubunganmu”
“Appa…”
“iya,,
iya, Appa hanya ingin memeriksa presentasi yang kau buat untuk besok”
“arra,
sudah siap”
“jika
kau gagal, tidak ada kursi CEO untukmu anakku”
“aku
akan berhasil Appa, aku lebih hebat dari Appa”
“hya,
dasar anak nakal”
*************************
Pukul
08.00
Hari
masih pagi, tapi di kota itu sudah sangat penuh dengan orang orang yang
berlalalu lalang. Apalagi hari ini cuaca sangat mendukung. Segar dan tidak
terlalu panas. Nara dan ibunya kini berada di taksi dalam perjalanan pulang. Mereka
baru saja mengantarkan Leeteuk dan Appa ke bandara. Leeteuk dan Appanya
mendapatkan tugas beberapa hari di sana.
Hubungan
Nara dan ibunya kini makin membaik. Setelah menerima penjelasan dari Yesung, Nara
memutuskan untuk tidak egois. Nara tidak boleh terpuruk terus menerus. Keluarganya
juga membutuhkannya. Setelah Eomma tirinya menjelaskan jika Appanya sebenarnya
masih menyayangi ibunya dan terlihat menyesal saat mereka berpisah, Nara jadi
sadar. Sebenarnya Eommanya lah yang menginginkan Appanya menikah dengan yeoja
lain agar Appanya bahagia. Agar Appanya tidak tau jika Eomma menderita kanker. Dan
bodohnya Nara baru tau.
“mau
makan dulu, sepertinya tadi kita terlalu terburu-buru sampai belum sarapan”
ajak Eomma Nara.
“ne.
bagaimana kalau bubur saja. biar tidak terlalu berat. Nara tidak mau terlihat
gendut” jawab Nara sedikit bercanda.
“gendut
apa? Kau bahkan kurus untuk ukuran yeoja” Eomma mencubit pipi Nara gemas.
Nara pura
pura cemberut lalu mengelus pipinya. Menggembungkan pipinya membuat Eommanya
tertawa melihatnya. Sungguh, Eommanya sangat menyayangi Nara dari dulu. Tapi
apa boleh buat, Nara dari awal tidak pernah menganggapnya, bahkan melihatnya pun
tidak mau. Tapi sekarang kini Nara sudah berubah membuat Eommanya sangat
senang. Ia janji akan menjadi ibu yang baik, menggantikan posisi ibu
kandungnya. Ia jadi tidak enak, dulu ia muncul saat Eomma dan Appa Nara
bercerai.
Sebenarnya
ia tau jika Appa Nara masih menyayangi Eomma kandung Nara. Diam diam, tiap
malam Appanya memandang foto pernikahannya dulu. Seperti menyesal telah
bercerai. Apa yang bisa ia lakukan? Ia sadar, jika memang ia salah kerana
terlalu mencintai Tuan Lee. ia harus terima, lagian Appa Nara juga
menyayanginya.
Mereka
bercanda bersama. Tidak menyadari jika di depan ada mobil yang melaju dengan cepat
dan tidak stabil. Bahkan si sopir taksi tidak menyadarinya. Hingga… mobil di
depan lepas kendali dan melaju mengarah ke taksi yang ditumpangi Nara dan
Eommanya.
“Pak
awas…” teriak Eomma Nara saat menyadari ada mobil melaju dengan sangat cepat ke
arahnya.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…………………”
TBC
0 komentar:
Posting Komentar