Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 30 Juli 2014

Loving You (Part 5)



Loving You


part 5
Title         : Loving You
Author      : Lilian Nay Clouds
Lenght      : Chaptered
Cast          : Nara
                  Yesung                 
                          Leeteuk
 sebelumnya
 hey
Tak ada jawaban
BRUK
Yesung jatuh???
“Yesung Yesung”
“Yesung…”
“bogoshipo” aku mendengarkannya. Ya tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?

  
part 5

normal POV
“apakah dia pacarmu?” tanya DongWoon, tetangga Nara yang tadi membantu Nara membawa Yesung ke kamarnya sekaligus menggantikan pakaian Yesung yang sedikit basah.
Nara menghembuskan nafasnya pelan.
“animida, aku hanya mengenalnya saja yang kebetulan ada di depan rumahku”
Dongwoon mengangguk.
“apakah tidak apa apa dia tinggal di rumahmu. Malam ini bukankah ahjumma tidak di rumah?”
“gwenchana”
“baiklah, aku pulang. Jagalah  Panggil aku jika ada apa apa ok!”
Nara mengangguk mengerti. Dongwoon meninggalkan Nara sendiri. Nara melihat Yesung kasihan. Nara mendekatinya. Menyentuh dahinya. Sangat panas. Yesung benar benar sakit. Nara menghembuskan nafasnya pelan. Ia mengambil selimut lalu menyelimuti badan Yesung. Yesung menggeliat pelan saat itu, tapi kemudian terlelap lagi.
‘sebenarnya apa yang terjadi?’
Pertanyaan itu terus terngiang di pikiran Nara. sebenarnya ia tidak tega mlihat Yesung yang tampak lemah tidak seperti dulu. Dengan telaten Nara mengambil air es dan mengompres Yesung.


********************************


Pagi yang dingin. Mataharipun seperti enggan menyinari bumi. Cuaca masih saja dingin seperti kemarin. Hujan juga kadang turun tiba tiba dengan derasnya. Masih terlihat sisa hujan yang membasahi bumi. Cuaca yang dingin itu membuat orang malas untuk bangun pagi.
Terlihat namja tampan yang terlihat pucat masih tertidur. Ia terlihat nyaman di kasur dengans elimut tebal membungkusnya. Hangat dan nyaman.
PYARRR
Terdengar suara pecahan kaca. Memang tidak terlalu terdengar jika berada di dalam kamar, apalagi dalam keadaan tertidur. Tapi suara itu mampu mengusik tidur Yesung. Namja itu mulai menerjabkan matanya. Ia melihat sekitarnya. Ini bukan di rumahnya. Ia memegang kepalanya yang masih terasa pusing. Dari kemarin ia belum makan padahal sudah tau jika kurang enak badan, ditambah lagi tadi malam Yesung berada di luar saat hujan. Pantas saja jika ia masih kurang enak badan, tapi lebih baiklah dari pada tadi malam.
Yesung memegang dahinya. Masih ada kain kompres di dahinya. Siapa yang merawatnya. Nara? ya, bukankah tadi malam ia bertemu Nara? Ia jadi teringat ia mendengar pecahan kaca. Tanpa mempedulikan dirinya sendiri Yesung langsung bergegas menuju sumber suara. Dilihatnya yeoja cantik yang sedang berjongkok membereskan pecahan gelas yang sudah berserakan di lantai.
Yesung melihat yeoja itu. Ia menerjabkan matanya berulang ulang. Berharap ini bukan mimpi. Yeoja yang sangat dirindukannya kini sudah ada di depan matanya. Benar benar sulit dipercaya.
Menyadari ada  yang datang, Nara langsung mengalihkan pandangan. Dilihatnya Yesung yang berjalan ke arahnya. Tanpa bicara Yesung membantu membereskan pecahan itu. Tangan Nara mencegah Yesung. Tapi tetap saja hening. Seakan tangan mereka yang menunjukkan kata hati mereka masing masing. Yesung terus saja membereskan pecahan kaca tersebut. Nara tak kehabisan akal. Ia mengambil dulu pecahan kaca itu sebelum Yesung yang mengambilnya.
Yesung menghembuskan nafasnya kasar. Ia hanya ingin membantu tapi kenapa malah seperti ini. Hanya hening dan tangan mereka yang saling adu. Yesung langsung mengambil pecahan itu dengan kasar sebelum Nara mengambilnya.
“ahhh” rintih Yesung saat ia terkena pecahan kaca. Jari telunjuknya kini mengeluarkan darah segar berwarna merah.
“aku tadi sudah mencegahnya bukan” kata Nara dengan ketus. Yesung tak menjawab. Memang benar ia yang salah, tapi kan… em, Yesung hanya ingin membantu. Membantu? Yang benar saja. bahkan Yesung tidak pernah melakukan pekerjaan itu sebelumnya.
Dengan cepat, Nara langsung menarik Yesung. Nara mengambil kotak p3k di laci dekat sofa. Yesung hanya diam mematung.
“duduklah” perintah Nara. Yesung langsung mengikuti perintah Nara. Dengan lembut Nara mengambil jari Yesung dan mengobatinya perlahan. Yesung dari tadi hanya menatap Nara yang sedang mengobati lukanya. Entah kenapa luka itu bahkan tidak terasa sakit sama sekali. Bukan sakit yang sekarang Yesung rasakan, tapi rasa senang luar biasa. Ia bisa menemukan Nara.
Hening
Hanya hening
Yesung dan Nara tak berbicara sedikitpun. Sebenarnya banyak pertanyaan yang ada di pendam Nara. Ada apa dengan Yesung? Kenapa dia ada di sini? Darimana Yesung tau jika ia ada di sini? Benar benar membuat Nara bertanya tanya akan semua itu. Tapi entah kenapa luka yang dibuat Yesung dihatinya masih saja melekat walau tak dipungkiri jika Nara masih belum bisa melupakan namja yang kini ada di depannya.
Nara menundukkan kepalanya. Ia tau jika Yesung masih saja menatapnya.
“sudah” kata Nara lirih tapi masih bisa di dengarkan Yesung. Yesung tak peduli dengan kata kata Nara. Ia terus saja menatap Nara. Entah apa yang dipirkannya. Ia hanya tak ingin kehilangan Nara lagi. Tidak akan-lagi.
Nara beranjak membereskan pecahan gelas tadi sendirian. Yesung masih saja menatapnya. Ia tak akan bosan melihat Nara. Sudah lama ia tidak melihat yeoja itu. Nara lebih cantik dari terakhir ia lihat. Kini ia lebih anggun dan lembut. Apakah satu tahun mengubahnya sehabat itu?
Yesung merintih saat merasakan perutnya yang terasa sakit. Sial. Ia bahkan lupa makan. Tak ada cara lain selain meminta pada Nara.
“Na..Nara” panggil Yesung sedikit canggung. Nara menoleh sambil membuang pecahan kaca itu pada tempat sampah.
“apakah kau sudah memasak? Ahh, maksudku aku… aku..”
“kau lapar?” potong Nara melihat gelagat Yesung. Yesung menggigit bibir bawahnya malu. Ia perlahan mengangguk. Jika saja mereka tidak dalam situasi ini, Nara ingin sekali menertawakan Yesung. Wajahnya benar benar seperti anak lima tahun yang sedang minta makan.
Nara mengambilkan makanan untuk Yesung kemudian memberikannya. Bukannya menerima, Yesung malah diam saja menatap makanan tadi dalam diam. Nara meletakkan piring dan minuman yang I bawa ke meja di depan Yesung.
“kenapa? Tidak suka? Maafkan aku, tapi hanya ini yang aku punya”
“bukan, hanya.. hanya saja aku masih sakit. Bisakah kau membantu menyuapiku”
Nara melongo mendengarnya. Masih sakit? Ya memang wajah Yesung masih sedikit pucat tapi sepertinya ia sudah lebih baik dari tadi malam. Nara menghembuskan nafasnya pelan lalu membuangnya kasar. Namja ini, ada apa dengannya?
Nara mengambil piring itu. mengambil sebagian makanan dengan sendok. Ia tentu saja tidak menolak Yesung, dengan alasan sakit. Cihh. Berbeda dengan Nara yang tampak sebal, Yesung malah tersenyum senang. Saat Nara menyuapi Yesung, tentu saja Yesung membuka mulutnya dengan senang hati.
Nara menyuapi Yesung lagi padahal yang ada di mulut Yesung bahkan belum ia telan. Lagi, membuat mulut Yesung penuh makanan. Tanpa sepengetahuan Yesung, Nara sedikit tersenyum saat melihat pipi Yesung yang menggembung. Nara hendak menyuapkan lagi…tapi
“yak, Laya, akhu beum hsbis” Yesung mengucapkannya tidak jelas, membuat Nara ingin tertawa. Tidak, tapi ia tidak boleh tertawa. Ia pun menunggu Yesung yang mengunyah makanannya. Saat selesai, Yesung tersenyum.
“gomawo, lagi ya, aku masih lapar”
“cihh, kau bisa melakukannya sendiri kan?”
“tapi aku masih sakit Ra-ya”
Nara berdecak pelan. Tapi ia teap menyuapi Yesung. Setelah selesai, Nara mencuci piring tersebut.
“istirahatlah, aku akan bekerja”
“mwo bekerja?”
“ne”
Nara duduk di depan Yesung. Memberikan tisu untuk Yesung, mulutnya masih belepotan susu yang Nara buatkan.
“aku ikut”
“kau masih sakit, jadi…
“tidak, setelah makan aku merasa baik” kata Yesung bersemangat, ingin menunjukkan jika Yesung baik baik saja. Nara menyipitkan matanya. Ckk, apa sebenarnya mau Yesung. Tadi sakit dan sekarang tiba tiba sehat. Benar benar namja ini.
“tidak kau harus istirahat setelah itu pulang dan…”
“aku sudah sehat Ra-ya. Aku akan ikut bekerja bersamamu. Aku akan membantumu. Kita berangkat dan pulang bersama”
Nara diam. memperhatikan Yesung aneh. Sejak kapan Yesung banyak bicara? Apakah Yesung memang belum sembuh dari sakitnya?
“tapi…”
“tidak boleh menolak, jangan pergi tanpaku. Aku akan mandi cepat. Ingat kau tidak boleh pergi dulu” bukan seperti permohonan. Tapi seperti perintah. Yesung dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kamar yang tadi ia tempati tapi tiba tiba ia berhenti saat menyadari jika bajunya telah berganti. Tunggu, siapa yang menggantikannya. Ah, bukan masalah itu. milik siapa baju ini, apakah ada yang tinggal di rumah Nara, apakah milik namjachingu Nara. andwee.
Yesung berbalik.
“baju ini milik siapa?” tanya Yesung.
“kenapa harus tanya”
“aku hanya ingin tau, kau belum punya namjachingu kan”
“ckk, itu milik oppaku”
“oppa?”
“oppa kandungku, sebenarnya ada apa?”
Mendengar jawaban itu membuat Yesung lagi lagi tersenyum senang. Tentu saja mendengar bukan milik namjachingu Nara. Yesung tidak perlu khawatir.
“ahh, ya Oppa kandungmu, bisakah aku meminjam bajunya lagi”
“arra, kau mandilah, akan aku ambilkan”
Yesung mengangguk lalu bergegas ke kamar mandi. Nara masuk ke kamar yang Yesung tempati. Ia membuka almari, baju Leeteuk sebagian memang ada di almari itu karena Oppanya itu kadang menginap di rumahnya. Nara mengambil kemeja biru dan celana jeans pendek. Sepertinya cocok untuk Yesung. Baju itu ia taruh di tempat tidur.
Nara mendengar suara ponsel. Bukan ponselnya. Rasa penasarn Nara membuat Nara mengambil ponsel milik Yesung di atas meja kecil. Tertulis di layar jika Eunhyuk yang menelpon Yesung. Apakah Nara harus mengangkatnya? Nara mendekatkan jari telunjukkan menekan tombol hijau, tapi diurungkannya. Tidak, ia tidak boleh mengangkatnya. Tapi… baru saja Nara akan mengangkat telponnya sudah mati. Huh,,
Drtt Drrrrt
Lagi lagi Eunhyuk menelpon, sepertinya sangat penting. Ok, ia akan mengangkatnya.
Klik
“YAK KIM JONG WOON, kenapa baru saja mengakatkanya hah? Aku sudah menelponmu berkali kali. Kau tau, Ahjumma sangat mengkhawatirkanmu karena kau tiba tiba pergi tanpa pamit. Sekarang kau di mana HAH? Kau pergi mencari Nara sampai tidak pulang?”
Nara menerjabkan matanya saat mendengar Eunhyuk yang marah marah. Bahkan ia belum berkata apapun. Tapi kini ia tau jika Yesung pergi dari rumah tanpa pamit untuk mencarinya. Ya Tuhan. Sebenarnya apa yang ia belum ketahui?
“Hya, Yesung-ah, jawab aku, dimana kk….”
“Sunbae” Nara memotong perkataan Eunhyuk. Membuat Eunhyuk terdiam sejenak. Tentu saja ia sedikit terkejut saat yang mengangkat adalah seorang yeoja.
“kau.. kau Nara?”
“ne”
“Yesung bersamamu?”
“ne, dia sedang mandi”
“huh, syukurlah. Jadi dia sudah menemukanmu, bagaimana keadaannya sekarang?”
“tadi malam ia sakit, kini sudah membaik”
Eunhyuk menghembuskan nafasnya lega. Nara jadi bingung.
“sebenarnya ada apa?” tanya Nara lembut. Tidak ada jawaban, entahlah, Eunhyuk hanya sedang berpikir.
“kau harus bertanggung jawab Park Nara. kau tau semenjak kau pergi, Yesung seperti orang gila yang terus mencarimu kemana-mana” jelas Eunhyuk membuat Nara sedikit terkejut. Mencarinya? Seperti orang gila? Memangnya kenapa?
Nara baru saja akan bertanya tapi ia urungkan saat melihat Yesung masuk ke kamar. Ia sudah terlihat segar dengan rambut basah. Tangan Yesung mengusap rambutnya dengan handuk agar cepat kering. Dan sangat tampan.
“ahh, sunbae, Yesung sudah datang”
“berikan padanya”
“nugu?” tanya Yesung pada Nara. Nara memberikan ponsel Yesung. Yesung pun menerima dengan wajah tidak suka. ia hanya tidak suka Eunhyuk menganggunya saat sedang bersama dengan Nara.
“wae?” jawab Yesung ketus.
“mwo? Kau bilang wae, kau tau Yesung-ah, ahjumma sangat khawatir, cepat pulang dan..”
“arraseo”
Tut
Tanpa sopan Yesung langsung mematikan telponnya.
“Ra-ya, kau tunggu di bawah saja. aku akan cepat”  

***************************


Di mobil…
Nara dan Yesung sama sama diam. Nara terus menatap ke luar jendela. Menikmati pemandangan di luar. Sebenarnya bukan menikmati pemandangan di luar. lebih tepatnya menghindari Yesung. Ia benci sekali suasana seperti ini. Mereka bertemu seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Apakah Yesung tidak sadar jika kehadiran Yesung membuat Nara sulit melupakannya. Baru saja Nara berusaha agar bisa melupakan dan menghilangkan semua perasaanya pada Yesung, tapi kenapa tiba tiba Yesung datang?
Yesung sesekali melirik Nara. ia juga tidak suka dengan situasi ini. Canggung, ini lebih parah saat dulu. Mungkin jika dulu, Nara akan berbiacara apa saja. apapun yang ia alami pasti akan ia ceritakan pada Yesung. Tapi kini? Mereka saling diam. Yesung rindu masa masa itu.
“kenapa kau tak pernah menghubungiku” dengan segala keberaniannya akhirnya Yesung membuka pembicaraan.
Nara menatap Yesung tak suka.
“kenapa harus menghubungimu?”
Yesung menghela nafasnya. mungkin ia memang harus bicara pada Nara sekarang. Ia menepikan mobilnya. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap Nara.
“karena kau memang harus menghubungiku”
Nara diam. “setidaknya kabari aku bagaimana keadaanmu dan dimana kau berada” lanjut Yesung. Nara ikut menoleh. Mereka saling menatap.
“kanepa aku harus melakukan itu? kau tidak berhak menyuruhku. Memangnya kau siapa? Kau …”
“tentu saja aku berhak karena… karena aku namjachingumu”
Diam
Nara terus menatap Yesung tak percaya apa yang baru saja dikatakannya. Namjachingu? Yang benar saja. Nara tersenyum melecehkan. Ia menoleh ke kiri. Hidup ini memang benar benar tak pernah bisa diduga. Sebenarnya apa isi kepala Yesung sampai bisa berkata seperti itu.
“sepertinya kau sudah membaik. Sebaiknya kau pulang. Aku akan turun di sini”
Nara hendak membuka pintu mobil tapi Yesung menahan tangannya. Menatap Nara dengan tatapan memelas. Ya Tuhan, Yesung tak mau melepaskan Nara lagi apapun yang terjadi. Hatinya seperti sudah terkunci rapat dan hanya ada Nara di dalamnya.
“jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohon” Yesung berkata dengan sangat lirih.
“Yesung-ssi lepaskan, apa yang kau lakukan
Tangan Nara memberontak agar terlepas dari cengkraman Yesung. Yesung terus mengenggam tangan Nara erat. Tidak akan melepaskan Nara. merasa tak mungkin bisa melawan Yesung, Nara pun menyerah. Ia menghembuskan nfasnya kasar lalu menatap Yesung tajam.
“sebenarnya apa maumu hah?”
“kau ikut aku ke Seoul”
Nara melongo. Yesung dengan seenak jidatnya menyuruhnya. Memangnya siapa dia? Namjanya? Yang benar saja. mereka bahkan sudah tidak ada hubungan lagi.
“kau tidak berhak memerintahku, dan lagi, kau bukan siapa siapaku Yesung-ssi”
“jangan panggil aku seperti itu, apa perlu akau ulangi jika kau adalah yeoja-ku. Kau hanya akan menjadi milikku Nara-ya”
“Ya Tuhan, apa lalgi yang akan kau lakukan hah? Kau mau menyakitiku lagi? Berhenti bersikap seperti kau masih punya hak atasku. Pulanglah!”
“shireo”
“pulanglah Yesung-ssi”
“SHIREO” Yesung setengah berteriak membuat Nara memundurkan kepalanya. Ia sedikit takut.
Nara lagi lagi menyerah. Yesung memang sangat keras kepala. Ia selalu akan mempertahankan apa yang ia inginkan. Mendapatkannya dengan caranya.  Nara menunduk kali ini. Ia tidak akan melakukan apapun.
“aku tidak mau pulang tanpamu Nara. Sudah cukup satu tahun aku hidup tanpamu” Yesung berbicara lebih lembut.
“aku tidak mengerti, kenapa, kenapa denganmu. Apa kau gila?”
“ya, aku gila, aku gila karenamu. Kau tau bagaimana rasanya saat kau pergi, kau meninggalkanku tanpa pamit. Kau,, kau kejam Nara”
“mwo? Kejam? Siapa yang lebih kejam hah? Kau pikir apa yang kau lakukan selama ini padaku hah”
Yesung memejamkan matanya sejenak. Ok ia memang salah. Ia kejam, ia tau itu. tapi apakah belum cukup Nara menyiksanya selama ini? Yesung mendongak, melihat Nara yang juga tengah menatapnya. Matanya berkaca kaca. Dia membuat Nara menangis?
“maaf, maafkan atas sikapku selama ini”
“sudahlah, lupakan, tiba tiba aku merasa tidak mood bekerja. Aku mau pulang” Nara mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia sudah menahan sesak dari tadi kerena Yesung terus membuatnya berharap jika mereka bisa bersama lagi.
“tidak aku tidak akan melupakannya”
“Yesung-ssi, cukup kau..”
“aku tidak suka kau memanggilju seperti itu”
“Ya Tuhaan, sebenarnya apa muamu?”
“kau memaafkanku”
Nara menghela nafasnya sebelum menjawab “ya, iya aku memaafkanmu”
Detik kemudian Yesung langsung tersenyum seperti anak yang sudah mendapatkan permen setelah merajuk. Sungguh Yesung berwajah ceria saat mendengar Nara memaafkannnya.
“Ok, ayo kita pulang saja sayang”
“Mwo?”


*******************************



Nara meruntut dirinya sendiri karena dengan gampangnya bilang jika ia sudah menerima maaf Yesung. Demi apapun, ia ingin sekali mengulang waktu dan tidak berkata demikian. Bukan apa-apa, tapi gara gara itu lihatlah perlakuan Yesung padanya. Dengan seenaknya Yesung menggandengan Nara. Tidak bisa dilepaskannya, Yesung seperti menuntun anak kecil agar tidak lari.
Lihat saja Yesung dari tadi pulang masih dengan wajah berseri seri. Bahkan tadi dengan percaya diri memanggil Nara sayang. ‘Ya Tuhan bunuh saja aku’ Nara terus mengumpat dalam hatinya.  Sifat diam dan dingin milik Yesung sekarang kemana?
“ayo masuk” Yesung membuka pintu rumah Nara. tuh kan, lihat saja. Rumah siapa sebenarnya. Ok, pasrah.
“eh,,,”
“Eomma”
Nara buru buru melepaskan tangannya yang ada di genggaman Yesung saat melihat Eomma yang sedang duduk di ruang tamu. Yesung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia malu. Apa yang harus ia lakukan? Bodoh, tentu saja menyapa Eomma Nara.
“an.. enyeong”
“oh,, anyeong” jawab Eomma Nara sedikit bingung.
Eomma melihat Nara memberi isyarat pada Nara jika ia harus menberikan penjelasan siapa namja yang ada di rumahnya.
“Ahh, Eomma ini Yesung, dia… dia teman Nara di…”
“saya namjachingu Nara, Yesung imnida”
“mwo?”
Bukan hanya Eomma yang kaget, bahkan Nara juga sangat kaget. Namjachingu? Yang benar saja. bukankah mereka sudah berakhir, tapi kenapa dengan mudahnya Yesung mengatakan jika ia adalah namjachingunya. Ya Tuhan.
“apa yang kau katakan?” cerca Nara tidak terima. Yesung malah membungkuk hormat pada Eomma Nara tanpa mempedulikan Nara. Eomma Yesung malah memperhatikan Yesung dengan seksama. Seperti pernah melihatnya sebelumnya.
“kenapa Nara tidak pernah cerita?” tanya Eomma.
Ada sedikit kecewa saat mengetahui ternyata Nara tidak pernah menceritakan tentangnya pada Ibunya. Bodoh, tentu saja tidak. Apakah Nara harus menceritakan ia mengejar ngejar namja yang bernama Yesung. Memenangkan pertaruhan hingga ia bisa jadi yeojachingu Yesung. Nara tidak sebodoh itu.
Nara dan Yesung sama sama diam tak menjawab. Tidak tau harus menjawab apa lebih tepatnya.
“ahh duduklah nak, mungkin Nara malu untuk menceritakan pada Eomma”
“ehh,, ne”
Yesung pun duduk di sofa. Sesekali ia melihat Nara yang seperti tidak sukda jika Eommanya bicara pada Yesung. Bukannya tidak suka, tapi Nara hanya takut jika Yesung mengatakan hal hal yang tidak tidak.
“sepertinya aku pernah melihatmu”
Eomma Nara terus memperhatikan Yesung. Ya ia ingat.
“apakah kau anak Mr.Kim pemilik Y-Style”
“n.. ne. emmonim mengenal ayahku?”
“ne, dia teman SMA ku, dan juga ayah Nara bekerja diperusahaan ayahmu. Ahh, maafkan aku tidak menyambutmu dengan layak”
“ohh, ani ani, gwenchana”
Nara mendengus kesal. Benar benar sebal dengan semua ini. Ia seperti diacuhkan dan lihat saja. Eommanya sangat senang bertemu dengan Yesung. Bahkan mengatakan jika ia tidak menyambutnya dengan layak. Yang benar saja. andai malam itu Yesung tidak pingsan ia pasti tidak akan memperbolehkan Yesung masuk. Biar saja ia tidur diluar. Siapa peduli.
“Ra-ya, kenapa kau tidak cerita seblumnya jika tuan muda Yesung namjachingumu?”
“yak Eomma”
“ahh, tidak usah seperti itu, panggil saja Yesung Eommonim”
Benar benar pencari muka. Dasar si anak kaya raya. Dimana mana pasti dihormati. Bahkan ibunya sendiri. Tuan muda? Nara bahkan jijik mendengarnya. Tuan muda bermuka dua. Tak ingatkah dia dulu seperti apa?
“ahh, aku jadi ragu apakah kalian pacaran?”
“tentu saja tidak”-Nara
“tentu saja iya”-Yesung
Jawaban yang berbeda. Tapi Yesung menjawabnya lebih keras. Membuat Eomma bingung. Siapa yang benar.
“aku mencintai anak Eommonim”
DEG
Nara menatap Yesung tak percaya. Seakan hatinya disayat oleh benda yang sangat tajam saat Yesung mengatakan itu. apa yang Yesung katakan? Kenapa kini hati Raya bergetar hebat? Mencintainya? Apakah ini salah satu permainan Yesung. Sebenarnya apa mau Yesung.
“apa yang kau katakan hah? Kau pikir aku boneka yang bisa kau mainkan sesuka hatimu hah?” Nara tidak tahan lagi. Ia sedikit berteriak. Bahkan ia berdiri dan menunjuk wajah Yesung tanpa sopan.
“Eomma, dia itu pembohong dan aku bukan yeojachingunya” Nara berkata pada Eomma “sekarang kau sudah sehat. Jadi kau bisa pergi Yesung-ssi”
Yesung diam. Nara mengusirnya. Tidak, ia tidak mungkin pergi begitu sajakan.
“Ra-ya jangan seperti itu. Dia sudah jauh jauh kemari menemuimu. Apakah kalian sedang bermasalah?” Eomma mencoba menengahinya.
Kini suasana jadi canggung. Apakah Yesung terlalu jauh bertindak? Sekarang bisa apa dia jika seperti ini? Ini bukanlah drama seperti di televisi yang menampilkan Nara akan terima saja dengan apa yang Yesung katakana karena Nara masih mencintai Yesung. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.
Hening
Hanya terdengar helaan nafas Nara yang kasar. Ia hanya tidak ingin ditindas oleh namja menyebalkan yang kini ada di rumahnya.
“Raya aku bawakan....................” tiba tiba seorang namja masuk tanpa mengetuk pintu. Sepertinya sudah terbiasa. Leeteuk. Mata Leeteuk terbelalak melihat Yesung ada di rumah Nara. begitupun Yesung.
Banyak pertanyaan di benaknya. Leeteuk sepertinya memamg sangat akrab dengan Nara. Bahkan Teuk tau rumah Nara bahkan ia sendiripun tidak tau. Masuk tanpa mengetuk pintueperti sudah terbiasa ke rumah itu.
Apakah teuk adalah nam.. tidak tidak. Yesung menggelengkan kepalanya mengusir opini yang baru saja terlintas. Tidak mungkin kan Teuk adalah namjachingu Nara. tapi bisa jadi, mengingat Teuk dulu juga dekat dengan Nara bahkan Yesung pernah memergoki mereka berpelukan. Sial. Yesung bisa gila.
“kau kenapa ada di sini?” kata namja tadi yang tak lain adalah Leeteuk. Yesung menatap Leeteuk dengan geram. Ternyata Leeteuk sudah tau jika Nara ada di sini dan tidak memberitahunya. Sudah 1 tahun. Yang benar saja. rasanya tangan Yesung gatal ingin mencekik Leeteuk saat itu juga.
“aku yang sehrusnya bertanya kenapa kau ada di sini hah?”
“oh aku disini untuk menemui Nara. wae?” jawab Leeteuk santai.
Ok, ia tidak boleh kalah pada Leeteuk.
“Eommonim, apakah namja itu selalu ke sini? Hati hati saja. Dia namja yang tidak tau malu, ia bahkan berani memeluk Nara” Yesung ingin mengambil hati Eomma Nara. Ia tidak akan membiarkan Nara pergi darinya lagi. Ia bisa gila.
“eh?” Eomma Nara mengerutkan dahinya tidak mengerti. Sedangkan Leeteuk? Ia malah tersenyum miring mendengar yang dikatakan Yesung. Namja itu bodoh atau apa?
“kau bilang apa? Eommonim?” tanya Leeteuk dengan nada mengejek.
“wae? Kau iri? Jangan dekati Nara lagi, dia yeojaku”
“ommoo, yeojamu? Sejak kapan?” Leeteuk benar benar ingin tertawa dengan keras saat itu juga. Tapi ia tahan. Sepertinya mengerjai Yesung hal yang menarik. Lagian ia belum pernah melihat tingkah Yesung yang bodoh seperti ini.
Nara yang melihatnya hanya diam saja. ia seperti tidak peduli dengan sekitarnya.
“apakah kau percaya itu ,E-o-m-m-a” kata Leeteuk dengan menekan kata Eomma.
Doengggggggggg
Apa ini? Eomma? Eomma? Yesung tidak salah dengar?
Apakah benar kau yeojanya C-h-a-g-i?” Leeteuk beralih pada Nara. lagi dengan menekan kata Chagi.
Yesung mematung. Sebenarnya siapa Leeteuk.
“sudahlah Oppa, kau tau sendirikan” sahut Nara malas. Nara pun mendekati Leetuk lalu menarik paper bag yang di bawa Leeteuk. Kebiasaan Nara, selalu tidak tau terimakasih pada Oppanya itu.
“ehh, sebenarnya ada apa ini. Teukie?” tanya Eomma yang masih bingung.
“gwenchana Eommaku sayang, aku hanya tidak suka ia memakai bajuku”
Nara dan Leetuk tertawa bersama melihat wajah Yesung yang sudah memerah.
“ahh, Yesung-sii, jangan memanggil Oppaku dengan namja yang tidak tau malu. Katakan apa salahnya jika oppa memelukku. Lagi pula Oppa baik hati telah meminjamkanmu baju”
Diam
‘bodoh, kenapa aku tak menyadarinya jika Leeteuk adalah Oppa Nara. sial’
Yesung hanya bisa mengumpat dalam hatinya. Sungguh, ia malu dengan Eomma Nara karena telah mengolok anaknya. Menyesali semua tindak bodohnya itu. kenapa dari dulu ia tidak mencari tau tentang Oppa Nara. yesung memang hanya tau jika Nara punya kakak tanpa tau siapa kakak Nara. lebih parahnya Yesung pernah mengira Nara selingkuh dibelakangnya. Hah, dasar pabo.
Memang tak dipungkiri jika ada rasa lega di hati Yesung setelah mengetahuinya. Kenyataannya memang Leeteuk adalah Oppa Nara, tapi ada juga rasa takut dengan Teuk. Ia kan tidak akur dengan Teuk, bisa bisa Teuk tak merestui Nara dengan Yesung. Membeberkan semua perbuatannya dulu pada Eommanya. ANDWEEEE

*********************************


Sore harinya.....
Yesung dan Teuk masih berada di rumah Nara. Yesung juga sudah mandi, ia memakai baju punya Teuk yang ada di rumah Nara.
Terlihat 2 namja tampan sedang sibuk dengan urusan masing masing di ruang tengan rumah Nara. Teuk sibuk dengan laptopnya sedangkan Yesung sibuk dengan ponselnya. Mereka enggan berbicara. Tentu saja karena ego mereka masing masing. Nara tak terlihat, ia sedang ada di dapur untuk menyiapkan makanan. Gara gara kedatangan Yesung membuat Nara tidak bekerja. Sedangkan ibunya kini sudah pergi.
Yesung merasa sangat bosan. Ia langsung berdiri berniat untuk menghampiri Nara.
“mau kemana?” tanya Teuk sebelum Yesung beranjak.
Yesung menatap Teuk yang juga tengah menatapnya.
“ke dapur” jawab Yesung singkat.
“emmm.....” tanggapan Teuk. Ia langsung mengalihkan pandangannya dan menatap layar laptopnya kembali. Yesung jadi mengurungkan niatnya dan langsung mendekati Teuk.
“kenapa kau tak memberitahuku dari awal? Kenapa kau menyembunyikannya oh? Kau tau bagaimana sulitnya aku mencari Nara?”
“wae? jika aku memberitahumu apa yang akan kau lakukan? Menyiksa Nara lagi? lagian Nara yang menyuruhku agar aku tak mengatakan padamu” jawaban Teuk sekenannya. Ia juga sebenarnya kasian dengan Yesung, tapi bukankah ia juga membantu Yesung menemukan Nara.
Yesung mendengar itu langsung diam. ia tau dia dulu sering menyakiti Nara. Apakah ia pantas bersama dengan Nara lagi.
“pulanglah, kau di sini hanya akan menambah penderitaan Nara. Selama ini Nara sudah tersiksa, jadi jangan menambah bebannya lagi. kau tau dia hampir bisa melupakanmu, apakah kau tau jika kau muncul lagi di depannya akn berakibat buruk?” kata Teuk asal.
“jeongmal Mianhae, aku... aku tak bermaksud menyakiti Nara. Beri kesempatan padaku untuk merubah semuanya” mohon Yesung dengan tertunduk.
Drrttttt
Drrttt
Ponsel Yesung bergetar. Dilihatnya nama Eomma tertera di layar ponselnya. Yesung menghembuskan nafasnya pelan. Ia bahkan lupa belum mengabrai eomma.
“bisakah kau membantuku?” tanya Yesung pada Teuk “bisakah kau bicara pada Eommaku jika kau baik baik saja dan aku sedang bersamamu”
“apa untungnya buatku”
“aku mohon”
“…”
“jebal, aku mohon”
“arra arra”


*******************************


“pulanglah”
Yesung menoleh ke arah pintu kamar yang sedang Ia tempati. Di sana sudah ada Nara sedang berjalan masuk. Yesung berdiri dari duduknya. Ia berhenti menatap album photo yang ada di meja. Padahal ia sedang menikamati foto foto Nara waktu kecil dan keluarganya.
Yesung tersenyum menyambut Nara tapi tak membuat Nara merubah mimik mukanya yang terkesan tidak suka dengan kehadiran Yesung.
“aku masih lelah, bisakah aku tinggal sementara? Aku jan…”
“tidak”
“tapi..”
“aku bilang tidak, bisakah kau pergi dari hidupku”
“tapi kau bilang kau sudah memaafkanku”
“kau pikir aku serius? Apakah dengan mudahnya aku memaafkanmu?”
Yesung diam. ia tau, sangat tau jika ia sulit dimaafkan. Tapi ia tidak bisa kembali jika seperti ini. Bagaimanapun caranya, Yesung ingin membayar semua yang telah ia lakukan pada Nara. menyakiti hatinya.
Dentuman jam dinding terdengar sangat jelas karena mereka saling diam. Perlahan Nara menghirup nafas banyak banyak lalu menghembuskannya perlahan.
“pulang Yesung-ssi”
“….”
Yesung diam tak menjawab. Ia keras kepala. Tidak tidak. Ia tidak mau pulang.
“ada apa denganmu, kenapa kau jadi seperti ini? Bagaimana dengan kuliahmu? Bagaimana hubunganmu dengan Hyuna dan…”
“aku seperti ini karena aku mencintaimu”
DEG
Sebuah pernyataan yang membuat Nara seperti dihantam batu besar. Tangannya sedikit bergetar. Dia tidak bermimpi kan? Jantungnya terus berdetak dengan kencang. Sungguh Nara tidak mengerti, dengan mudahnya Yesung mengatakan itu langsung di depannya.
Jika saja Yesung mengatakan 1 tahun yang lalu, Nara pasti akan sangat sangat senang dan langsung memeluk namja itu. tapi… TERLAMBAT. Yesung sangat sangat terlambat. Dimana Yesung waktu itu? dimana Yesung saat Nara pergi?
“jeongmal saranghae Nara-ya. Aku tak bisa tanpamu. Aku membutuhkanmu di sisiku. Aku bisa gila jika kau meninggalkan aku lagi. Aku mohon, kembalilah padaku. Aku mencintaimu”
Nara tersenyum sinis.
“apakah aku harus percaya padamu? Apakah ini permainanmu? Kau taruhan lagi dengan teman temanmu?”
“aku serius ra-ya, percayalah”
“pergi sebelum aku tambah membencimu”
“Ra-ya ak…”
“PERGI”
Nara berteriak dengan keras. Membuat Yesung diam seribu bahasa. Melihat mata Nara yang berkaca kaca mampu membuat pertahanan Yesung runtuh. Ia tak mau melihat Nara menangis lagi- kerenanya.
“Sialan. KU BILANG PERGI”
Yesung menunduk menyerah. Sepertinya memang ia harus pergi. Yesung memakai sepatunya dengan terpaksa. Lalu memaki jaketnya. Ia meninggalkan bajunya kemarin. Lagi pula ia berniat akan kembali lagi.
“akuu pergi” kata Yesung lirih tanpa ada jawaban.


TBC--