Loving You
part 5
Title : Loving You
Lenght : Chaptered
Cast : Nara
Yesung
Leeteuk
sebelumnya
“hey”
Tak
ada jawaban
BRUK
Yesung
jatuh???
“Yesung Yesung”
“Yesung…”
“bogoshipo”
aku mendengarkannya. Ya tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?
part 5
normal POV
“apakah
dia pacarmu?” tanya DongWoon, tetangga Nara yang tadi membantu Nara membawa
Yesung ke kamarnya sekaligus menggantikan pakaian Yesung yang sedikit basah.
Nara menghembuskan
nafasnya pelan.
“animida,
aku hanya mengenalnya saja yang kebetulan ada di depan rumahku”
Dongwoon
mengangguk.
“apakah
tidak apa apa dia tinggal di rumahmu. Malam ini bukankah ahjumma tidak di
rumah?”
“gwenchana”
“baiklah,
aku pulang. Jagalah Panggil aku jika ada
apa apa ok!”
Nara mengangguk
mengerti. Dongwoon meninggalkan Nara sendiri. Nara melihat Yesung kasihan. Nara
mendekatinya. Menyentuh dahinya. Sangat panas. Yesung benar benar sakit. Nara menghembuskan
nafasnya pelan. Ia mengambil selimut lalu menyelimuti badan Yesung. Yesung menggeliat
pelan saat itu, tapi kemudian terlelap lagi.
‘sebenarnya
apa yang terjadi?’
Pertanyaan
itu terus terngiang di pikiran Nara. sebenarnya ia tidak tega mlihat Yesung
yang tampak lemah tidak seperti dulu. Dengan telaten Nara mengambil air es dan mengompres
Yesung.
********************************
Pagi yang dingin. Mataharipun
seperti enggan menyinari bumi. Cuaca masih saja dingin
seperti kemarin. Hujan juga kadang turun tiba tiba dengan derasnya. Masih
terlihat sisa hujan yang membasahi bumi. Cuaca yang dingin itu membuat orang
malas untuk bangun pagi.
Terlihat namja tampan yang terlihat
pucat masih tertidur. Ia terlihat nyaman di
kasur dengans elimut tebal membungkusnya. Hangat dan nyaman.
PYARRR
Terdengar suara pecahan
kaca. Memang tidak terlalu terdengar jika berada di dalam kamar, apalagi dalam
keadaan tertidur. Tapi suara itu mampu mengusik tidur Yesung. Namja
itu mulai
menerjabkan matanya. Ia melihat sekitarnya. Ini bukan di rumahnya. Ia memegang
kepalanya yang masih terasa pusing. Dari
kemarin ia belum makan padahal sudah tau jika kurang enak badan, ditambah lagi
tadi malam Yesung berada di luar saat hujan. Pantas saja jika ia masih kurang
enak badan, tapi lebih baiklah dari pada tadi malam.
Yesung
memegang dahinya. Masih ada kain kompres di dahinya. Siapa yang merawatnya.
Nara? ya, bukankah tadi malam ia bertemu Nara? Ia jadi teringat ia mendengar pecahan
kaca.
Tanpa mempedulikan dirinya sendiri Yesung langsung bergegas menuju sumber
suara. Dilihatnya yeoja cantik yang sedang berjongkok membereskan pecahan gelas
yang sudah berserakan di lantai.
Yesung melihat yeoja itu. Ia menerjabkan matanya berulang
ulang. Berharap ini bukan mimpi. Yeoja yang sangat dirindukannya kini sudah ada
di depan matanya. Benar benar sulit dipercaya.
Menyadari ada yang datang, Nara langsung mengalihkan
pandangan. Dilihatnya Yesung yang berjalan ke arahnya. Tanpa
bicara Yesung membantu membereskan pecahan
itu. Tangan Nara mencegah Yesung. Tapi tetap saja hening. Seakan tangan mereka
yang menunjukkan kata hati mereka masing masing. Yesung terus saja membereskan pecahan kaca
tersebut. Nara tak kehabisan akal. Ia mengambil dulu pecahan kaca itu sebelum
Yesung yang mengambilnya.
Yesung
menghembuskan nafasnya kasar. Ia hanya ingin membantu tapi kenapa malah seperti
ini. Hanya hening dan tangan mereka yang saling adu. Yesung langsung mengambil
pecahan itu dengan kasar sebelum Nara
mengambilnya.
“ahhh”
rintih Yesung saat ia terkena pecahan kaca. Jari
telunjuknya kini mengeluarkan darah segar berwarna merah.
“aku tadi sudah mencegahnya bukan”
kata Nara dengan ketus. Yesung
tak menjawab. Memang benar ia yang salah, tapi kan… em, Yesung hanya ingin
membantu. Membantu? Yang benar saja. bahkan Yesung tidak pernah melakukan
pekerjaan itu sebelumnya.
Dengan
cepat, Nara langsung menarik Yesung. Nara mengambil kotak p3k di laci dekat sofa.
Yesung hanya diam mematung.
“duduklah” perintah Nara. Yesung
langsung mengikuti perintah Nara. Dengan lembut Nara mengambil jari Yesung dan
mengobatinya perlahan. Yesung dari tadi hanya menatap Nara yang sedang
mengobati lukanya. Entah kenapa luka itu bahkan tidak terasa sakit sama
sekali. Bukan sakit yang sekarang Yesung rasakan, tapi rasa senang luar biasa.
Ia bisa menemukan Nara.
Hening
Hanya hening
Yesung dan Nara tak berbicara
sedikitpun. Sebenarnya banyak pertanyaan yang ada di pendam Nara. Ada apa
dengan Yesung? Kenapa dia ada di sini? Darimana Yesung tau
jika ia ada di sini? Benar benar membuat Nara bertanya tanya akan
semua itu. Tapi entah kenapa luka yang dibuat Yesung dihatinya
masih saja melekat walau tak dipungkiri jika Nara masih belum
bisa melupakan namja yang kini ada di depannya.
Nara menundukkan kepalanya.
Ia tau jika Yesung masih saja menatapnya.
“sudah” kata Nara lirih tapi
masih bisa di dengarkan Yesung. Yesung tak peduli dengan kata kata Nara. Ia
terus saja menatap Nara. Entah apa yang dipirkannya. Ia hanya tak ingin
kehilangan Nara lagi. Tidak akan-lagi.
Nara beranjak
membereskan pecahan gelas tadi sendirian. Yesung masih saja menatapnya. Ia tak
akan bosan melihat Nara. Sudah lama ia tidak melihat yeoja itu. Nara lebih
cantik dari terakhir ia lihat. Kini ia lebih anggun dan lembut. Apakah satu
tahun mengubahnya sehabat itu?
Yesung
merintih saat merasakan perutnya yang terasa sakit. Sial. Ia bahkan lupa makan.
Tak ada cara lain selain meminta pada Nara.
“Na..Nara”
panggil Yesung sedikit canggung. Nara menoleh sambil membuang pecahan kaca itu
pada tempat sampah.
“apakah
kau sudah memasak? Ahh, maksudku aku… aku..”
“kau
lapar?” potong Nara melihat gelagat Yesung. Yesung menggigit bibir bawahnya
malu. Ia perlahan mengangguk. Jika saja mereka tidak dalam situasi ini, Nara
ingin sekali menertawakan Yesung. Wajahnya benar benar seperti anak lima tahun
yang sedang minta makan.
Nara
mengambilkan makanan untuk Yesung kemudian memberikannya. Bukannya menerima,
Yesung malah diam saja menatap makanan tadi dalam diam. Nara meletakkan piring
dan minuman yang I bawa ke meja di depan Yesung.
“kenapa?
Tidak suka? Maafkan aku, tapi hanya ini yang aku punya”
“bukan,
hanya.. hanya saja aku masih sakit. Bisakah kau membantu menyuapiku”
Nara
melongo mendengarnya. Masih sakit? Ya memang wajah Yesung masih sedikit pucat
tapi sepertinya ia sudah lebih baik dari tadi malam. Nara menghembuskan
nafasnya pelan lalu membuangnya kasar. Namja ini, ada apa dengannya?
Nara
mengambil piring itu. mengambil sebagian makanan dengan sendok. Ia tentu saja
tidak menolak Yesung, dengan alasan sakit. Cihh. Berbeda dengan Nara yang
tampak sebal, Yesung malah tersenyum senang. Saat Nara menyuapi Yesung, tentu
saja Yesung membuka mulutnya dengan senang hati.
Nara
menyuapi Yesung lagi padahal yang ada di mulut Yesung bahkan belum ia telan.
Lagi, membuat mulut Yesung penuh makanan. Tanpa sepengetahuan Yesung, Nara
sedikit tersenyum saat melihat pipi Yesung yang menggembung. Nara hendak menyuapkan
lagi…tapi
“yak,
Laya, akhu beum hsbis” Yesung mengucapkannya tidak jelas, membuat Nara ingin
tertawa. Tidak, tapi ia tidak boleh tertawa. Ia pun menunggu Yesung yang
mengunyah makanannya. Saat selesai, Yesung tersenyum.
“gomawo,
lagi ya, aku masih lapar”
“cihh,
kau bisa melakukannya sendiri kan?”
“tapi
aku masih sakit Ra-ya”
Nara
berdecak pelan. Tapi ia teap menyuapi Yesung. Setelah selesai, Nara mencuci
piring tersebut.
“istirahatlah,
aku akan bekerja”
“mwo
bekerja?”
“ne”
Nara
duduk di depan Yesung. Memberikan tisu untuk Yesung, mulutnya masih belepotan susu
yang Nara buatkan.
“aku
ikut”
“kau
masih sakit, jadi…
“tidak,
setelah makan aku merasa baik” kata Yesung bersemangat, ingin menunjukkan jika
Yesung baik baik saja. Nara menyipitkan matanya. Ckk, apa sebenarnya mau
Yesung. Tadi sakit dan sekarang tiba tiba sehat. Benar benar namja ini.
“tidak
kau harus istirahat setelah itu pulang dan…”
“aku
sudah sehat Ra-ya. Aku akan ikut bekerja bersamamu. Aku akan membantumu. Kita
berangkat dan pulang bersama”
Nara
diam. memperhatikan Yesung aneh. Sejak kapan Yesung banyak bicara? Apakah Yesung
memang belum sembuh dari sakitnya?
“tapi…”
“tidak
boleh menolak, jangan pergi tanpaku. Aku akan mandi cepat. Ingat kau tidak
boleh pergi dulu” bukan seperti permohonan. Tapi seperti perintah. Yesung
dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kamar yang tadi ia tempati tapi tiba
tiba ia berhenti saat menyadari jika bajunya telah berganti. Tunggu, siapa yang
menggantikannya. Ah, bukan masalah itu. milik siapa baju ini, apakah ada yang
tinggal di rumah Nara, apakah milik namjachingu Nara. andwee.
Yesung
berbalik.
“baju
ini milik siapa?” tanya Yesung.
“kenapa
harus tanya”
“aku
hanya ingin tau, kau belum punya namjachingu kan”
“ckk,
itu milik oppaku”
“oppa?”
“oppa
kandungku, sebenarnya ada apa?”
Mendengar
jawaban itu membuat Yesung lagi lagi tersenyum senang. Tentu saja mendengar
bukan milik namjachingu Nara. Yesung tidak perlu khawatir.
“ahh,
ya Oppa kandungmu, bisakah aku meminjam bajunya lagi”
“arra,
kau mandilah, akan aku ambilkan”
Yesung
mengangguk lalu bergegas ke kamar mandi. Nara masuk ke kamar yang Yesung
tempati. Ia membuka almari, baju Leeteuk sebagian memang ada di almari itu karena
Oppanya itu kadang menginap di rumahnya. Nara mengambil kemeja biru dan celana
jeans pendek. Sepertinya cocok untuk Yesung. Baju itu ia taruh di tempat tidur.
Nara
mendengar suara ponsel. Bukan ponselnya. Rasa penasarn Nara membuat Nara
mengambil ponsel milik Yesung di atas meja kecil. Tertulis di layar jika Eunhyuk
yang menelpon Yesung. Apakah Nara harus mengangkatnya? Nara mendekatkan jari telunjukkan
menekan tombol hijau, tapi diurungkannya. Tidak, ia tidak boleh mengangkatnya.
Tapi… baru saja Nara akan mengangkat telponnya sudah mati. Huh,,
Drtt
Drrrrt
Lagi
lagi Eunhyuk menelpon, sepertinya sangat penting. Ok, ia akan mengangkatnya.
Klik
“YAK
KIM JONG WOON, kenapa baru saja mengakatkanya hah? Aku sudah menelponmu berkali
kali. Kau tau, Ahjumma sangat mengkhawatirkanmu karena kau tiba tiba pergi
tanpa pamit. Sekarang kau di mana HAH? Kau pergi mencari Nara sampai tidak
pulang?”
Nara
menerjabkan matanya saat mendengar Eunhyuk yang marah marah. Bahkan ia belum
berkata apapun. Tapi kini ia tau jika Yesung pergi dari rumah tanpa pamit untuk
mencarinya. Ya Tuhan. Sebenarnya apa yang ia belum ketahui?
“Hya,
Yesung-ah, jawab aku, dimana kk….”
“Sunbae”
Nara memotong perkataan Eunhyuk. Membuat Eunhyuk terdiam sejenak. Tentu saja ia
sedikit terkejut saat yang mengangkat adalah seorang yeoja.
“kau..
kau Nara?”
“ne”
“Yesung
bersamamu?”
“ne, dia
sedang mandi”
“huh,
syukurlah. Jadi dia sudah menemukanmu, bagaimana keadaannya sekarang?”
“tadi
malam ia sakit, kini sudah membaik”
Eunhyuk
menghembuskan nafasnya lega. Nara jadi bingung.
“sebenarnya
ada apa?” tanya Nara lembut. Tidak ada jawaban, entahlah, Eunhyuk hanya sedang
berpikir.
“kau
harus bertanggung jawab Park Nara. kau tau semenjak kau pergi, Yesung seperti
orang gila yang terus mencarimu kemana-mana” jelas Eunhyuk membuat Nara sedikit
terkejut. Mencarinya? Seperti orang gila? Memangnya kenapa?
Nara
baru saja akan bertanya tapi ia urungkan saat melihat Yesung masuk ke kamar. Ia
sudah terlihat segar dengan rambut basah. Tangan Yesung mengusap rambutnya
dengan handuk agar cepat kering. Dan sangat tampan.
“ahh,
sunbae, Yesung sudah datang”
“berikan
padanya”
“nugu?”
tanya Yesung pada Nara. Nara memberikan ponsel Yesung. Yesung pun menerima
dengan wajah tidak suka. ia hanya tidak suka Eunhyuk menganggunya saat sedang
bersama dengan Nara.
“wae?”
jawab Yesung ketus.
“mwo?
Kau bilang wae, kau tau Yesung-ah, ahjumma sangat khawatir, cepat pulang dan..”
“arraseo”
Tut
Tanpa
sopan Yesung langsung mematikan telponnya.
“Ra-ya,
kau tunggu di bawah saja. aku akan cepat”
***************************
Di
mobil…
Nara
dan Yesung sama sama diam. Nara terus menatap ke luar jendela. Menikmati pemandangan
di luar. Sebenarnya bukan menikmati pemandangan di luar. lebih tepatnya
menghindari Yesung. Ia benci sekali suasana seperti ini. Mereka bertemu seakan
tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Apakah Yesung tidak sadar jika
kehadiran Yesung membuat Nara sulit melupakannya. Baru saja Nara berusaha agar bisa
melupakan dan menghilangkan semua perasaanya pada Yesung, tapi kenapa tiba tiba
Yesung datang?
Yesung
sesekali melirik Nara. ia juga tidak suka dengan situasi ini. Canggung, ini
lebih parah saat dulu. Mungkin jika dulu, Nara akan berbiacara apa saja. apapun
yang ia alami pasti akan ia ceritakan pada Yesung. Tapi kini? Mereka saling
diam. Yesung rindu masa masa itu.
“kenapa
kau tak pernah menghubungiku” dengan segala keberaniannya akhirnya Yesung
membuka pembicaraan.
Nara menatap
Yesung tak suka.
“kenapa
harus menghubungimu?”
Yesung
menghela nafasnya. mungkin ia memang harus bicara pada Nara sekarang. Ia
menepikan mobilnya. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap Nara.
“karena
kau memang harus menghubungiku”
Nara
diam. “setidaknya kabari aku bagaimana keadaanmu dan dimana kau berada” lanjut
Yesung. Nara ikut menoleh. Mereka saling menatap.
“kanepa
aku harus melakukan itu? kau tidak berhak menyuruhku. Memangnya kau siapa? Kau
…”
“tentu
saja aku berhak karena… karena aku namjachingumu”
Diam
Nara
terus menatap Yesung tak percaya apa yang baru saja dikatakannya. Namjachingu?
Yang benar saja. Nara tersenyum melecehkan. Ia menoleh ke kiri. Hidup ini
memang benar benar tak pernah bisa diduga. Sebenarnya apa isi kepala Yesung
sampai bisa berkata seperti itu.
“sepertinya
kau sudah membaik. Sebaiknya kau pulang. Aku akan turun di sini”
Nara hendak
membuka pintu mobil tapi Yesung menahan tangannya.
Menatap Nara dengan tatapan memelas. Ya Tuhan, Yesung tak mau melepaskan Nara
lagi apapun yang terjadi. Hatinya seperti sudah terkunci rapat dan hanya ada
Nara di dalamnya.
“jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohon” Yesung berkata
dengan sangat lirih.
“Yesung-ssi lepaskan, apa yang kau lakukan”
Tangan Nara memberontak agar terlepas
dari cengkraman Yesung. Yesung terus mengenggam tangan Nara erat. Tidak
akan melepaskan Nara. merasa tak mungkin bisa melawan Yesung, Nara pun
menyerah. Ia menghembuskan nfasnya kasar lalu menatap Yesung tajam.
“sebenarnya
apa maumu hah?”
“kau
ikut aku ke Seoul”
Nara
melongo. Yesung dengan seenak jidatnya menyuruhnya. Memangnya siapa dia?
Namjanya? Yang benar saja. mereka bahkan sudah tidak ada hubungan lagi.
“kau
tidak berhak memerintahku, dan lagi, kau bukan siapa siapaku Yesung-ssi”
“jangan
panggil aku seperti itu, apa perlu akau ulangi jika kau adalah yeoja-ku. Kau hanya
akan menjadi milikku Nara-ya”
“Ya
Tuhan, apa lalgi yang akan kau lakukan hah? Kau mau menyakitiku lagi? Berhenti
bersikap seperti kau masih punya hak atasku. Pulanglah!”
“shireo”
“pulanglah
Yesung-ssi”
“SHIREO”
Yesung setengah berteriak membuat Nara memundurkan kepalanya. Ia sedikit takut.
Nara
lagi lagi menyerah. Yesung memang sangat keras kepala. Ia selalu akan
mempertahankan apa yang ia inginkan. Mendapatkannya dengan caranya. Nara menunduk kali ini. Ia tidak akan
melakukan apapun.
“aku
tidak mau pulang tanpamu Nara. Sudah cukup satu tahun aku hidup tanpamu” Yesung
berbicara lebih lembut.
“aku
tidak mengerti, kenapa, kenapa denganmu. Apa kau gila?”
“ya,
aku gila, aku gila karenamu. Kau tau bagaimana rasanya saat kau pergi, kau
meninggalkanku tanpa pamit. Kau,, kau kejam Nara”
“mwo?
Kejam? Siapa yang lebih kejam hah? Kau pikir apa yang kau lakukan selama ini
padaku hah”
Yesung
memejamkan matanya sejenak. Ok ia memang salah. Ia kejam, ia tau itu. tapi
apakah belum cukup Nara menyiksanya selama ini? Yesung mendongak, melihat Nara
yang juga tengah menatapnya. Matanya berkaca kaca. Dia membuat Nara menangis?
“maaf,
maafkan atas sikapku selama ini”
“sudahlah,
lupakan, tiba tiba aku merasa tidak mood bekerja. Aku mau pulang” Nara mencoba mengalihkan
pembicaraan. Ia sudah menahan sesak dari tadi kerena Yesung terus membuatnya
berharap jika mereka bisa bersama lagi.
“tidak
aku tidak akan melupakannya”
“Yesung-ssi,
cukup kau..”
“aku
tidak suka kau memanggilju seperti itu”
“Ya
Tuhaan, sebenarnya apa muamu?”
“kau
memaafkanku”
Nara
menghela nafasnya sebelum menjawab “ya, iya aku memaafkanmu”
Detik
kemudian Yesung langsung tersenyum seperti anak yang sudah mendapatkan permen
setelah merajuk. Sungguh Yesung berwajah ceria saat mendengar Nara memaafkannnya.
“Ok,
ayo kita pulang saja sayang”
“Mwo?”
*******************************
Nara
meruntut dirinya sendiri karena dengan gampangnya bilang jika ia sudah menerima
maaf Yesung. Demi apapun, ia ingin sekali mengulang waktu dan tidak berkata
demikian. Bukan apa-apa, tapi gara gara itu lihatlah perlakuan Yesung padanya.
Dengan seenaknya Yesung menggandengan Nara. Tidak bisa dilepaskannya, Yesung
seperti menuntun anak kecil agar tidak lari.
Lihat
saja Yesung dari tadi pulang masih dengan wajah berseri seri. Bahkan tadi
dengan percaya diri memanggil Nara sayang. ‘Ya
Tuhan bunuh saja aku’ Nara terus mengumpat dalam hatinya. Sifat diam dan dingin milik Yesung sekarang
kemana?
“ayo
masuk” Yesung membuka pintu rumah Nara. tuh kan, lihat saja. Rumah siapa
sebenarnya. Ok, pasrah.
“eh,,,”
“Eomma”
Nara
buru buru melepaskan tangannya yang ada di genggaman Yesung saat melihat Eomma
yang sedang duduk di ruang tamu. Yesung menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia malu. Apa yang harus ia lakukan? Bodoh, tentu saja menyapa Eomma Nara.
“an..
enyeong”
“oh,,
anyeong” jawab Eomma Nara sedikit bingung.
Eomma
melihat Nara memberi isyarat pada Nara jika ia harus menberikan penjelasan
siapa namja yang ada di rumahnya.
“Ahh,
Eomma ini Yesung, dia… dia teman Nara di…”
“saya
namjachingu Nara, Yesung imnida”
“mwo?”
Bukan
hanya Eomma yang kaget, bahkan Nara juga sangat kaget. Namjachingu? Yang benar
saja. bukankah mereka sudah berakhir, tapi kenapa dengan mudahnya Yesung mengatakan
jika ia adalah namjachingunya. Ya Tuhan.
“apa
yang kau katakan?” cerca Nara tidak terima. Yesung malah membungkuk hormat pada
Eomma Nara tanpa mempedulikan Nara. Eomma Yesung malah memperhatikan Yesung
dengan seksama. Seperti pernah melihatnya sebelumnya.
“kenapa
Nara tidak pernah cerita?” tanya Eomma.
Ada
sedikit kecewa saat mengetahui ternyata Nara tidak pernah menceritakan tentangnya
pada Ibunya. Bodoh, tentu saja tidak. Apakah Nara harus menceritakan ia
mengejar ngejar namja yang bernama Yesung. Memenangkan pertaruhan hingga ia
bisa jadi yeojachingu Yesung. Nara tidak sebodoh itu.
Nara
dan Yesung sama sama diam tak menjawab. Tidak tau harus menjawab apa lebih
tepatnya.
“ahh
duduklah nak, mungkin Nara malu untuk menceritakan pada Eomma”
“ehh,,
ne”
Yesung
pun duduk di sofa. Sesekali ia melihat Nara yang seperti tidak sukda jika
Eommanya bicara pada Yesung. Bukannya tidak suka, tapi Nara hanya takut jika
Yesung mengatakan hal hal yang tidak tidak.
“sepertinya
aku pernah melihatmu”
Eomma
Nara terus memperhatikan Yesung. Ya ia ingat.
“apakah
kau anak Mr.Kim pemilik Y-Style”
“n..
ne. emmonim mengenal ayahku?”
“ne,
dia teman SMA ku, dan juga ayah Nara bekerja diperusahaan ayahmu. Ahh, maafkan
aku tidak menyambutmu dengan layak”
“ohh,
ani ani, gwenchana”
Nara
mendengus kesal. Benar benar sebal dengan semua ini. Ia seperti diacuhkan dan
lihat saja. Eommanya sangat senang bertemu dengan Yesung. Bahkan mengatakan
jika ia tidak menyambutnya dengan layak. Yang benar saja. andai malam itu
Yesung tidak pingsan ia pasti tidak akan memperbolehkan Yesung masuk. Biar saja
ia tidur diluar. Siapa peduli.
“Ra-ya,
kenapa kau tidak cerita seblumnya jika tuan muda Yesung namjachingumu?”
“yak
Eomma”
“ahh,
tidak usah seperti itu, panggil saja Yesung Eommonim”
Benar
benar pencari muka. Dasar si anak kaya raya. Dimana mana pasti dihormati.
Bahkan ibunya sendiri. Tuan muda? Nara bahkan jijik mendengarnya. Tuan muda
bermuka dua. Tak ingatkah dia dulu seperti apa?
“ahh,
aku jadi ragu apakah kalian pacaran?”
“tentu
saja tidak”-Nara
“tentu
saja iya”-Yesung
Jawaban
yang berbeda. Tapi Yesung menjawabnya lebih keras. Membuat Eomma bingung. Siapa
yang benar.
“aku
mencintai anak Eommonim”
DEG
Nara
menatap Yesung tak percaya. Seakan hatinya disayat oleh benda yang sangat tajam
saat Yesung mengatakan itu. apa yang Yesung katakan? Kenapa kini hati Raya
bergetar hebat? Mencintainya? Apakah
ini salah satu permainan Yesung. Sebenarnya apa mau Yesung.
“apa
yang kau katakan hah? Kau pikir aku boneka yang bisa kau mainkan sesuka
hatimu hah?” Nara tidak tahan lagi. Ia sedikit
berteriak. Bahkan ia berdiri dan menunjuk wajah Yesung tanpa sopan.
“Eomma,
dia itu pembohong dan aku bukan yeojachingunya” Nara berkata pada Eomma
“sekarang kau sudah sehat. Jadi kau bisa pergi Yesung-ssi”
Yesung
diam. Nara mengusirnya. Tidak, ia tidak mungkin pergi begitu sajakan.
“Ra-ya
jangan seperti itu. Dia sudah jauh jauh kemari menemuimu. Apakah kalian sedang
bermasalah?” Eomma mencoba menengahinya.
Kini
suasana jadi canggung. Apakah Yesung terlalu jauh bertindak? Sekarang bisa apa
dia jika seperti ini? Ini bukanlah drama seperti di televisi yang menampilkan
Nara akan terima saja dengan apa yang Yesung katakana karena Nara masih
mencintai Yesung. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.
Hening
Hanya
terdengar helaan nafas Nara yang kasar. Ia hanya tidak ingin ditindas oleh
namja menyebalkan yang kini ada di rumahnya.
“Raya aku
bawakan....................” tiba tiba seorang namja masuk
tanpa mengetuk pintu. Sepertinya sudah terbiasa. Leeteuk. Mata Leeteuk terbelalak melihat Yesung
ada di rumah Nara. begitupun Yesung.
Banyak
pertanyaan di benaknya. Leeteuk sepertinya memamg sangat akrab dengan Nara.
Bahkan Teuk tau rumah Nara bahkan ia sendiripun tidak tau. Masuk tanpa mengetuk
pintueperti sudah terbiasa ke rumah itu.
Apakah
teuk adalah nam.. tidak tidak. Yesung menggelengkan kepalanya mengusir opini
yang baru saja terlintas. Tidak mungkin kan Teuk adalah namjachingu Nara. tapi
bisa jadi, mengingat Teuk dulu juga dekat dengan Nara bahkan Yesung pernah
memergoki mereka berpelukan. Sial. Yesung bisa gila.
“kau kenapa ada di sini?”
kata namja tadi yang tak lain adalah Leeteuk. Yesung menatap Leeteuk dengan
geram. Ternyata Leeteuk sudah tau jika Nara ada di sini dan tidak
memberitahunya. Sudah 1 tahun. Yang
benar saja. rasanya tangan Yesung gatal ingin mencekik Leeteuk saat itu juga.
“aku yang sehrusnya bertanya
kenapa kau ada di sini hah?”
“oh
aku disini untuk menemui Nara. wae?” jawab Leeteuk santai.
Ok,
ia tidak boleh kalah pada Leeteuk.
“Eommonim,
apakah namja itu selalu ke sini? Hati hati saja. Dia namja yang tidak tau malu,
ia bahkan berani memeluk Nara” Yesung ingin mengambil hati Eomma Nara. Ia tidak
akan membiarkan Nara pergi darinya lagi. Ia bisa gila.
“eh?”
Eomma Nara mengerutkan dahinya tidak mengerti. Sedangkan Leeteuk? Ia malah
tersenyum miring mendengar yang dikatakan Yesung. Namja itu bodoh atau apa?
“kau
bilang apa? Eommonim?” tanya Leeteuk dengan nada mengejek.
“wae?
Kau iri? Jangan dekati Nara lagi, dia yeojaku”
“ommoo,
yeojamu? Sejak kapan?” Leeteuk benar benar ingin tertawa dengan keras saat itu
juga. Tapi ia tahan. Sepertinya mengerjai Yesung hal yang menarik. Lagian ia
belum pernah melihat tingkah Yesung yang bodoh seperti ini.
Nara
yang melihatnya hanya diam saja. ia seperti tidak peduli dengan sekitarnya.
“apakah
kau percaya itu ,E-o-m-m-a” kata Leeteuk dengan menekan kata Eomma.
Doengggggggggg
Apa
ini? Eomma? Eomma? Yesung tidak salah dengar?
“Apakah benar kau yeojanya C-h-a-g-i?”
Leeteuk beralih pada Nara. lagi dengan menekan kata Chagi.
Yesung
mematung. Sebenarnya siapa Leeteuk.
“sudahlah
Oppa, kau tau sendirikan” sahut Nara malas. Nara pun mendekati Leetuk lalu menarik
paper bag yang di bawa Leeteuk. Kebiasaan Nara, selalu tidak tau terimakasih
pada Oppanya itu.
“ehh,
sebenarnya ada apa ini. Teukie?” tanya Eomma yang masih bingung.
“gwenchana
Eommaku sayang, aku hanya tidak suka ia memakai bajuku”
Nara
dan Leetuk tertawa bersama melihat wajah Yesung yang sudah memerah.
“ahh,
Yesung-sii, jangan memanggil Oppaku dengan namja yang tidak tau malu. Katakan
apa salahnya jika oppa memelukku. Lagi pula Oppa baik hati telah meminjamkanmu
baju”
Diam
‘bodoh, kenapa aku tak
menyadarinya jika Leeteuk adalah Oppa Nara. sial’
Yesung
hanya bisa mengumpat dalam hatinya. Sungguh, ia malu dengan Eomma Nara karena
telah mengolok anaknya. Menyesali semua tindak bodohnya itu. kenapa dari dulu
ia tidak mencari tau tentang Oppa Nara. yesung memang hanya tau jika Nara punya
kakak tanpa tau siapa kakak Nara. lebih parahnya Yesung pernah mengira Nara
selingkuh dibelakangnya. Hah, dasar pabo.
Memang
tak dipungkiri jika ada rasa lega di hati Yesung setelah mengetahuinya. Kenyataannya
memang Leeteuk adalah Oppa Nara, tapi ada juga rasa takut dengan Teuk. Ia kan
tidak akur dengan Teuk, bisa bisa Teuk tak merestui Nara dengan Yesung. Membeberkan
semua perbuatannya dulu pada Eommanya. ANDWEEEE
*********************************
Sore harinya.....
Yesung dan Teuk masih berada di rumah Nara. Yesung juga
sudah mandi, ia memakai baju punya Teuk yang ada di rumah Nara.
Terlihat 2 namja tampan
sedang sibuk dengan urusan masing masing di ruang tengan rumah Nara. Teuk sibuk
dengan laptopnya sedangkan Yesung sibuk dengan ponselnya. Mereka enggan
berbicara. Tentu saja karena ego mereka masing masing. Nara tak terlihat, ia
sedang ada di dapur untuk menyiapkan makanan. Gara gara kedatangan Yesung membuat
Nara tidak bekerja. Sedangkan ibunya kini sudah pergi.
Yesung merasa sangat bosan.
Ia langsung berdiri berniat untuk menghampiri Nara.
“mau kemana?” tanya Teuk
sebelum Yesung beranjak.
Yesung menatap Teuk yang juga
tengah menatapnya.
“ke dapur” jawab Yesung
singkat.
“emmm.....” tanggapan Teuk.
Ia langsung mengalihkan pandangannya dan menatap layar laptopnya kembali.
Yesung jadi mengurungkan niatnya dan langsung mendekati Teuk.
“kenapa kau tak memberitahuku
dari awal? Kenapa kau menyembunyikannya oh? Kau tau bagaimana
sulitnya aku mencari Nara?”
“wae? jika aku memberitahumu
apa yang akan kau lakukan? Menyiksa Nara lagi? lagian Nara yang menyuruhku agar
aku tak mengatakan padamu” jawaban Teuk sekenannya. Ia juga sebenarnya kasian
dengan Yesung, tapi bukankah ia juga membantu Yesung menemukan Nara.
Yesung mendengar itu langsung
diam. ia tau dia dulu sering menyakiti Nara. Apakah ia pantas
bersama dengan Nara lagi.
“pulanglah, kau di sini hanya
akan menambah penderitaan Nara. Selama ini Nara sudah tersiksa, jadi jangan
menambah bebannya lagi. kau tau dia hampir bisa melupakanmu, apakah kau tau
jika kau muncul lagi di depannya akn berakibat buruk?” kata Teuk asal.
“jeongmal Mianhae, aku... aku
tak bermaksud menyakiti Nara. Beri kesempatan padaku untuk merubah semuanya”
mohon Yesung dengan tertunduk.
Drrttttt
Drrttt
Ponsel
Yesung bergetar. Dilihatnya nama Eomma tertera di layar ponselnya. Yesung
menghembuskan nafasnya pelan. Ia bahkan lupa belum mengabrai eomma.
“bisakah
kau membantuku?” tanya Yesung pada Teuk “bisakah kau bicara pada Eommaku jika
kau baik baik saja dan aku sedang bersamamu”
“apa
untungnya buatku”
“aku
mohon”
“…”
“jebal,
aku mohon”
“arra
arra”
*******************************
“pulanglah”
Yesung
menoleh ke arah pintu kamar yang sedang Ia tempati. Di sana sudah ada Nara sedang
berjalan masuk. Yesung berdiri dari duduknya. Ia berhenti menatap album photo
yang ada di meja. Padahal ia sedang menikamati foto foto Nara waktu kecil dan
keluarganya.
Yesung
tersenyum menyambut Nara tapi tak membuat Nara merubah mimik mukanya yang
terkesan tidak suka dengan kehadiran Yesung.
“aku masih
lelah, bisakah aku tinggal sementara? Aku jan…”
“tidak”
“tapi..”
“aku
bilang tidak, bisakah kau pergi dari hidupku”
“tapi
kau bilang kau sudah memaafkanku”
“kau
pikir aku serius? Apakah dengan mudahnya aku memaafkanmu?”
Yesung
diam. ia tau, sangat tau jika ia sulit dimaafkan. Tapi ia tidak bisa kembali
jika seperti ini. Bagaimanapun caranya, Yesung ingin membayar semua yang telah
ia lakukan pada Nara. menyakiti hatinya.
Dentuman
jam dinding terdengar sangat jelas karena mereka saling diam. Perlahan Nara
menghirup nafas banyak banyak lalu menghembuskannya perlahan.
“pulang
Yesung-ssi”
“….”
Yesung
diam tak menjawab. Ia keras kepala. Tidak tidak. Ia tidak mau pulang.
“ada
apa denganmu, kenapa kau jadi seperti ini? Bagaimana dengan kuliahmu? Bagaimana
hubunganmu dengan Hyuna dan…”
“aku
seperti ini karena aku mencintaimu”
DEG
Sebuah
pernyataan yang membuat Nara seperti dihantam batu besar. Tangannya sedikit
bergetar. Dia tidak bermimpi kan? Jantungnya terus berdetak dengan kencang.
Sungguh Nara tidak mengerti, dengan mudahnya Yesung mengatakan itu langsung di
depannya.
Jika
saja Yesung mengatakan 1 tahun yang lalu, Nara pasti akan sangat sangat senang
dan langsung memeluk namja itu. tapi… TERLAMBAT. Yesung sangat sangat
terlambat. Dimana Yesung waktu itu? dimana Yesung saat Nara pergi?
“jeongmal
saranghae Nara-ya. Aku tak bisa tanpamu. Aku membutuhkanmu di sisiku. Aku bisa
gila jika kau meninggalkan aku lagi. Aku mohon, kembalilah padaku. Aku mencintaimu”
Nara
tersenyum sinis.
“apakah
aku harus percaya padamu? Apakah ini permainanmu? Kau taruhan lagi dengan teman
temanmu?”
“aku
serius ra-ya, percayalah”
“pergi
sebelum aku tambah membencimu”
“Ra-ya
ak…”
“PERGI”
Nara
berteriak dengan keras. Membuat Yesung diam seribu bahasa. Melihat mata Nara
yang berkaca kaca mampu membuat pertahanan Yesung runtuh. Ia tak mau melihat
Nara menangis lagi- kerenanya.
“Sialan.
KU BILANG PERGI”
Yesung
menunduk menyerah. Sepertinya memang ia harus pergi. Yesung memakai sepatunya
dengan terpaksa. Lalu memaki jaketnya. Ia meninggalkan bajunya kemarin. Lagi
pula ia berniat akan kembali lagi.
“akuu
pergi” kata Yesung lirih tanpa ada jawaban.
TBC--