Now
part 2
Author : Lilian Nay Clouds
Genre : Romance
Lenght : Chaptered
Cast :
1.
Kim Jong Woon
2.
Cho Nara
3.
Lee HyukJae
4.
Lee Donghae
5.
Cho Kyuhyun
sebelumnya klik
Malam hari
Sangat dingin di daerah Cheonan, di sanalah
Nara berada. Setelah dari kampus Nara memang langsung pulang ke rumahnya. Biasanya
jika ia pulang akan langsung diberi sambutan manis dari bundanya tersayang.
Tapi tidak kali ini, setelah Nara menjelaskan jika ia ingin membatalkan
pertunangannya dengan Yesung.
Nara dan ibunya kini berada di ruang tengah.
Mereka sama sama diam. Ibu Nara menatap Nara dengan tatapan tidak percaya,
sedangkan Nara? ia dari tadi menunduk. Ia sangat takut hanya untuk melihat
ibunya. Sungguh, ibunya tidak pernah semarah ini padanya. Apakah pertunangan
itu sangat penting hingga ibunya sangat marah padanya. Eomma Nara menghembuskan
nafasnya kasar. Tidak percaya dengan yang dikatakan Nara tadi.
“Nara, kau ke rumah Yesung dan meminta maaf
sekarang juga atau Eomma yang akan kesana”
Nara langsung mendongakkan mendengarkan
perkataan ibunya. Tidak. Kenapa ia harus minta maaf? Apa hanya karena keluarga
Yesung sangat berjasa pada keluarganya hingga Nara yang menanggung akibatnya?
Balas budi?
“shireo” bantah Nara tapi lembut. Ia akan
tetap kokoh pada pendiriannya kini. Tidak akan berhubungan lagi dengan namja
itu.
Cinta? Apa? Nara akan menghapus cinta itu. Selama
ini ia sangat bodoh, kenapa ia mau saja menuruti semua kemauan Yesung jika
akhirnya akan seperti ini.
“Kau, aishh jinja… kau tau Nara siapa yang
membantumu melanjutkan kuliah kalau bukan keluaraga Yesung. Jika kau
membatalkan…”
“pertunanganku bukan hanya untuk uang Eomma.
Aku juga ingin bahagia”
“apa kau tidak bahagia dengan Yesung hah?”
Diam
Nara mengingat semua memorinya bersama Yesung.
Apakah ia bahagia? Ya ada rasa bahagia dekat dengan namja itu, bahkan ia akan
sangat bangga menyebut dirinya adalah calon istri Yesung. Tapi, sekalipun
Yesung tidak pernah menginginkannya bukan? Yesung bahkan belum pernah tersenyum
padanya sedikitpun. Nara yakin jika Yesung sangat bahagia terbebas dari
pertunangan yang menyiksanya.
“tidak, Nara tidak pernah bahagia Eomma” jawab
Nara lantang.
“tidak, Eomma tidak mau tau, pokoknya kau
harus minta maaf pada Yesung sebelum Yesung benar benar akan membatalkan
pertunanganmu”
“shireo”
“harus Nara-ya. Ini demi kebahagiaanmu” kata
Eomma sambil beranjak meninggalkan Nara.
“Eomma… Eomma…. Tidak, Eomma” teriak Nara tapi
ibunya tak mau berhenti.
Nara mengacak rambutnya frustasi. Tidak akan
ia kembali, apalagi hanya untuk meminta maaf pada Yesung. Mau di taruh dimana
wajahnya. Sekarang yang harus ia lakukan adalah menenangkan diri. Ya, benar.
Mungkin ia bisa melupakan namja menyebalkan itu.
Nara masuk ke kamarnya dulu. Ya dulu sebelum
ia tinggal di apartemen. Nara merebahkan tubuhnya pada kasur. Tidak sebagus di
apartemen memang, tapi ia nyaman disini. Andai Ayahnya masih hidup, ia bisa
melakukan semuanya dengan mudah. Tidak bergantung pada namja sialan itu.
Ohh, kenapa hidupnya seperti ini.
Nara menatap meja belajarnya. Sial. Ia lupa jika
ia memajang foto Yesung disana. Ia langsung beranjak dan menutup foto itu. Ia
benci, kenapa harus tergila gila pada namja itu.
Nara menarik nafasnya. Ini sudah jam 8 malam,
tapi Yesung bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Hebat sekali. Nara semakin
yakin jika Yesung senang sekali terbebas darinya. Mungkin ia sedang berpesta dengan
temannya. Atau malah Yesung kini sedang mengurung diri di kamar karena sedih
kehilangannya. Hey, apa yang Nara pikirkan. Itu semua tidak mungkin. Tapi
setidaknya berharap boleh kan?
Tiba tiba hatinya terasa ngilu. Dalam hatinya
ia merindukan namja dingin itu. Ya Tuhan, ada apa dengannya. Baru saja ia
bilang jika tidak akan berhungan dengan Yesung lagi. Tapi nyatanya ia tidak
bisa. Nara masih menyanyanginya, mencintainya. Masih berharap. Ia ingin sekali
Yesung tiba tiba ada di depan rumahnya dan minta maaf. Pasti ia akan sangat
bahagia dan langsung memberikan maaf.
Bodoh
Mimpi saja kau Nara.
********************
Keesokan harinya..
Nara memutuskan untuk tidak berangkat kuliah.
Lagian jika berangkat dari sini ia akan telat.
Setelah bangun tidur Nara langsung menuju
dapur. Ia yakin jika ibunya ada disana. Nara tersenyum saat melihat ibunya yang
sibuk dengan bahan makanan di depannya. Nara pun mendekatinya.
“Eomma” panggil Nara manja seperti biasa.
Semoga saja ada tanggapan dari Eommanya. Ia tidak mau jika Eommanya terus marah
padanya. Tapi sayangnya Eommanya dari tadi hanya diam saja. Menyebalkan, kenapa
harus seperti ini. Ia sudah kehilangan Yesung dan kini ibunya marah.
“Eomma… masih marah ya?” Nara terus berusaha
agar Eommanya tidak marah lagi. Ia memeluk Eommanya dari belakang.
“Eomma, kenapa Eomma sangat cantik hari ini..
emm”
Akhirnya ibunya menyerah. Ia tidak bisa terus
menerus marah pada anaknya. Eommanya pun tersenyum lalu mengelus rambut Nara.
“Ckk, nappeun” kata Ibunya sambil menyentil
hidung mancung Nara.
Nara tersenyum puas. Akhirnya ibunya luluh.
“Eomma jangan marah lagi” rengek Nara mirip
seperti anak kecil. Lihatkan? Bahkan ia tidak bisa menunjukkan sifat aslinya di
depan Yesung. Jika berada di depan Yesung, ia akan berubah menjadi yeoja yang
pendiam dan dewasa.
“arra, arra, mianhae Eomma tadi malam
membentakmu sayang. Eomma hanya ingin kau bahagia. Yesung, eomma yakin ia akan
membuatmu bahagia”
Tidak. Eomma salah. Ingin sekali Nara berkata
seperti itu tapi ia tidak bisa. Ia tidak mau lagi adu mulut dan menyebabkan
pertengkaran lagi. Sudah cukup tadi malam.
“Eomma,..”
“ne.. Eomma mengerti, kau sudah besar Nara-ya.
Kau yang menentukan kehidupanmu sendiri. Eomma akan selalu mendukung semua yang
kau putuskan dan tidak akan lagi memaksamu untuk untuk melanjutkan pertunangan
kalian”
Nara tersenyum lalu memeluk ibunya lagi.
“Gomawo Eomma, Nara akan berusaha agar Nara
bisa membayar semua biaya kuliah Nara tanpa bantuan Yesung. Percayalah Eomma”
“apa yang ingin kau lakuakan?”
“Nara akan merebut kembali hak Nara. Nara
harus merebut kembali perusahaan Appa”
“tidak, aku tau jika itu..”
“Ayo kita berusaha bersama Eomma” potong Nara
sebelum ibunya lagi lagi melarangnya. Nara menatap ibunya seperti memohon. Bisa
apa? Akhirnya dengan terpaksa ibunya mengangguk.
************************
Beberapa minggu berlalu.,
Nara dan ibunya kini sudah pindah ke Seoul.
Mereka tinggal di apartemen Nara. Sedikit demi sedikit Nara mulai merancang
bagaimana caranya perusahaan Appanya bisa direbutnya lagi. Kini setelah pulang
kuliah Nara bekerja di toko untuk menghidupi dirinya. Sedangkan ibunya bekerja
sebagai penjahit di salah satu perusahaan disana.
Selama itu juga Nara dibantu oleh Shin Ahjussi
untuk bisa menemukan bukti jika sebenarnya perusahaan itu miliknya. Shin
Ahjussi memang dulu bekerja untuk ayahnya, dan sudah sangat dekat dengan
ayahnya. Tentu saja dengan senang hati Shin ahjussi membantu Nara. Saat ayahnya
meninggal Shin ahjussi tetap bekerja di perusahaan itu, jadi dengan mudah Shin
Ahjussi mendapat informasi.
Siang itu, setelah kelas habis, Nara langsung
keluar dari kelasnya. Ia berniat akan langsung pulang dan akan bekerja, dan
jangan lupa bertemu dengan Shin ahjussi seperti biasanya.
“Ra-ya… cha, makan” ajak Yekyung dan Hyeri
yang sudah ada di sebelah Nara.
“mianhae, tapi aku tidak bisa”
“bekerja lagi?” tanya Hyeri. Nara hanya
mengangguk. Tentu saja ia sudah bercerita kepada 2 sahabatnya itu.
“ckk, semenjak kau bekerja kita jadi tidak
bisa bersama” ucap Yekyung.
Nara tersenyum. Nara selalu sibuk hingga tak
ada waktu untuk bermain main.
“Mainhae”
Beberapa detik kemudian mereka saling diam
saat melihat 4 namja yang berjalan beriringan, mereka adalah Yesung, Kyuhyun, Eunhyuk
dan Donghae.
Nara merasakan jantungnya berdebar kencang.
Ini pertama kalinya ia bertemu dengan Yesung setelah konflik itu. Ia terus
menatap Yesung. Entah apa arti tatapan itu. Kenapa ia harus bertemu namja itu,
membuatnya sulit melupakannya. Yekyung mengelus pundak Nara seakan mengerti apa
yang Nara pikirkan.
Seandainya saja Yesung tau rencana besar Nara
dan membantunya, mungkin usahanya akan cepat selesai mengingat Appa Yesung
adalah pemilik Perusahaan YSty. Tapi lagi lagi ia hanya bisa berharap.
Yesung juga menatapnya sekilas. Mata mereka
bertemu menyebabhkan jantung Nara semakin berdetak semakin kencang dan kencang.
Tapi detik berikutnya Nara harus kecewa karena Yesung mengalihkan pandangannya.
Matanya merah menahan air mata, sakit rasanya melihat Yesung mengacuhkannya.
Seharusnya Yesung setidaknya menyapanya dan membicarakan hubungan meraka yang
tidak jelas. Karena mereka benar benar lepas kontak. Tak ada yang mau menghubungi
lebih dahulu. Bahkan Yesung dan kelompokkanya tidak berhenti. Kecuali Donghae
yang tiba tiba ada di hadapannya. Ia tersenyum ke arah Hyeri. Lalu mengelus
rambut Hyeri lembut. Ada apakah?
“cepat makan, ini sudah siang” kata Donghae
lembut dan mendapat anggukan dari Hyeri. Donghae tersenyum.
“aku pergi, Nanti aku hubungi lagi” Donghae
berjalan mengikuti yang lain meninggalkan Hyeri. Apa? Ada hubungan apa Hyeri
dan Donghae?
“eh, Ra-ya gwenchana?” tiba tiba Donghae
berbalik menanyakan Nara.
“ann... Em, maksudku gwenchana”
“jangan terlalu memikirkan namja brengsek itu.
Kau harus kuat, Ra-ya fighting” Donghae memberi semangat lalu meninggalkannya.
Tak lupa ia tersenyum.
Lagi lagi Nara seperti orang bodoh. Siapa yang
dimaksud namja brengsek? Yesung? Jinja? Bukankah Yesung sahabatnya kan?
“gwenchana-yo?” tanya Hyeri. Nara mencoba
tersenyum sambil mengusap air matanya yang sudah keluar.
“seharusnya aku yang bertanya. Sudah sejak
kapan kau bersama Donghae sunbae hmm?” tanya Nara. Hyeri malah nyengir tanpa
merasa bersalah. Ya memang ia dan Donghae baru saja menjalin hubungan. Tentu
saja Hyeri sangat senang. Siapa yang menolak Donghae, namja manis yang baik
hati dan selalu tersenyum tidak seperti,,, ah jangan sebutkan.
“Kau itu yeoja kuat. Jangan tampak lemah jika berhadapan
dengan Yesung sunbae. Aku yakin kau bisa menhadapinya Nara. Itu pilihanmu dan kau
harus menanggung akibatnya” kata Yekyung.
Nara diam,
Ya Yekyung benar. Itu pilihannya. Ia juga yang
harus menanggung akibatnya. Tapi kenapa rasanya sangat sulit. Apa hati Yesung
terbuat dari batu? Bahkan sampai sekarang namja itu tidak pernah sekalipun
minta maaf pada Nara. Seperti tidak pernah terjadi apa apa di antara mereka.
*****************
Seperti biasa, mereka berempat selalu
menghabiskan waktu bersama. Sore itu Jongjin, adik Yesung ikut bergabung. Tidak
kaget jika kamar Yesung akan seperti kapal pecah jika mereka sudah bersama sama
di sana.
Kyuhyun dan Jongjin tampak sibuk
berkonsentrasi ingin mengalahkan satu sama lain. Mata mereka tidak pernah
beralih dari TV yang menampilkan game yang mereka mainkan. Sesekali mereka
menjerit histeris karena salah satunya ada yang kalah. Eunhyuk tengah tiduran
di kasur empuk milik Yesung, beda hal nya dengan Donghae yang tengah senyum
senyum melihat ponselnya seperti orang gila. Jangan tanya lagi, namja itu
sedang berbunga bunga karena jatuh cinta pada Hyeri yang baru saja resmi jadi
pacarnya.
Yesung?
Namja itu duduk di sofa tengah memperhatikan langit
yang sudah mulai gelap. Hanya diam. Apa yang ia pikirkan?
“yyyyyyyyyyeaaaayy” teriak Kyuhyun membuat
semua orang kecuali Yesung menoleh ke arahnya. Sepertinya namja itu menang lagi.
“ckk, sial” umpat Jongjin.
Eunhyuk yang melihatnya hanya menggelengkan
kepalanya.
“ckckck, sepertinya hanya aku yang waras
disini. Semuanya gila, ada yang senyum senyum sendiri, bahkan ada yang dari
diam merenungi nasibnya” gumam Eunhyuk sambil melirik ke Donghae dan Yesung.
Donghae menatap Eunhyuk tajam, ia tau, jika ia juga termasuk orang yang
dimaksud Eunhyuk.
“ckk, kau harus berkaca Hyukjae-ssi” balas
Donghae ketus. Eunhyuk kini duduk.
Pluk, Jongjin melempar Eunhyuk dengan buku di
sebelahnya.
“yak” Eunhyuk berteriak tidak terima.
“kau berisik hyung, lihatkan, aku jadi kalah”
“mwoya??”
“sudah lah diam, sepertinya ada yang lebih
parah gilanya. Dari kemarin ia hanya merenung dan berdiam diri hanya karena
yeoja” kata Donghae.
Semuanya menoleh ke arah Yesung. Tentu saja
mereka tau yang dimaksud Donghae. Setelah konflik dengan Nara Yesung lebih
pendiam dan tidak mau melakukan apa apa. Semua itu gara gara Nara. Ya yeoja
itu. Yesung dibuat frustasi olehnya. Ia tak tau harus bagaimana agar Nara kembali
padanya. Ia bahkan belum bilang pada orang tuanya jika Nara ingin membatalkan
pertunangannya. Tidak akan pernah Yesung menerimannya.
Yesung sudah menghubungi Eomma Nara dan
menjelaskan semuanya. Ia ingin mendapatkan Nara dengan caranya sendiri. Ia terlalu
pengecut karena takut meminta maaf pada Nara. Ia sadar, ia selama ini salah.
Jika memang itu pilihan Nara dan tidak bisa dicegah, Yesung bisa apa? Ia hanya
bisa berusaha sebelum Nara jadi milik orang lain.
“ckk, namja itu pengecut. Jika Nara sudah menjadi
milik orang lain, baru tau rasa” celetuk Kyuhyun.
“Hyung, hyung, pantas saja Nara kini
membencimu” sambung Jongjin.
“ahh, pasti Nara sekarang sedang sendiri,
mungkin aku bisa mengisi hatinya yang sedang…”
Eunhyuk berhenti bicara saat tiba tiba Yesung
menoleh dengan tatapan yang sangat menakutkan. Yesung tidak suka dengan kata
kata Eunhyuk. Eunhyuk yang mendapatkan tatapan maut itu hanya bisa nyengir
sambil mengangkat tangannya dan jarinya membentuk huruf V.
“jika itu terjadi, kupastikan kau tak akan selamat”
kata Yesung.
Eunhyuk lagi lagi nyengir lalu mendekati
Yesung.
“maka dari itu, katakanlah apa yang kau
pikirkan, mungkin kami dapat membantu” kata Eunhyuk sok bijak sambil merangkul Yesung.
Yesung menghembuskan nafasnya pelan. Banyak
yang ia pikirkan. Banyak sekali. Ia sendiri tidak suka, kenapa ia menjadi
pengecut seperti ini? Hanya bisa diam diam memperhatikan Nara dari jauh.
“Ahjumma Nara sudah menyadari jika Nara
mengicar perusahaannya.”
Semua terdiam.
Ya, mereka tidak tau jika Nara akan bertindak
sejauh itu. Jangan tanyakan dimana Yesung tau semua itu. Ia punya banyak mata
yang akan dengan mudah memperhatikan Nara.
“jinja hyung? Kurasa Appa dan Eomma harus tau,
aku yakin mereka akan membantu” jawab Jongjin.
“andwee, aku tak malu mereka tau. Apalagi Nara
tidak tau jika ia sedang terancam”
“apa yang akan kau lakukan?” tanya Hae.
“molla, sebisa mungkin aku tidak akan
membiarkan Nara terluka sedikitpun”
*********************
Nara memejamkan matanya. Ia pusing. Sampai
saat ini belum ada perkembangan. Apakah usahanya selama ini berakhir di sini?
Tidak. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Ia menatap gedung kampusnya yang sangat megah.
Ia sudah tidak punya biaya lagi untuk kuliah. Bahkan gajinya dan ibunya tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Ia masih bergantung pada bantuan Appa
Yesung. Ia malu. Tentu saja. Ia kini bukan siapa siapa Yesung tapi Appa Yesung
masih saja peduli padanya. Bahkan saat ia kemarin bertemu dengan Eomma Yesung,
beliau masih saja sangat baik padanya seperti tidak terjadi apa-apa. Apakah
Yesung belum memberitahukannya pada orang tuannya? Tapi kenapa?
Nara merapikan rambutnya sebelum beranjak dari
duduknya. Ia berbalik tapi…
BUKKK
Nara menabrak orang sehingga orang itu hampir terjatuh.
Nara terdiam. Ia mengenggam ujung bajunya erat. Jika bukan Yesung yang
ditaraknya mungkin ia tidak akan takut dan gugup seperti ini.
“gwenchana?” tanya Hae pada Yesung yang ada
disebelahnya.
Yesung tak menjawab malah menatap Nara tajam.
Nara langsung menunduk. Kenapa disaat seperti ini ia bertemu dengan namja ini.
“mi-mianhae” lirih Nara tanpa menatap Yesung.
“apa kau bilang?”
“maafkan aku, aku tidak sengaja”
“kau pikir aku akan memaafkanmu”
Nara mendongak. Sial. Kenapa Yesung masih bisa
bersikap seperti itu. sabar. Ia harus sabar.
“Yesung sudahlah, kajja” ajak Donghae tapi
Yesung tak bergeming. Ia masih menatap Nara.
“aku sudah minta maaf, aku harus kembali ke
kelas” kata Nara. Nara melangkah melewati Yesung yang masih di depannya. Tapi
Yesung menahan tangannya.
“berhentilah berusaha merebut perusahaan Cl”
Hening
Dari mana Yesung tau? Jadi Yesung sudah tau
semuanya? Nara pun mencoba melepaskan tangan Yesung tapi tidak bisa karena Yesung
semakin kuat mencengkeramnya. Membuat pergelangan tangan Nara memerah. Nara
sedikit meringis menahan sakit.
“lepas”
“ani sebelum kau berhenti”
“wae? Apa pedulimu? Kau bukan siapa siapa
Yesung-ssi. Itu bukan urusanmu”
“Nara-ya”
“berhenti menyebut namaku seperti itu”
DEG
Hati Yesung seakan tertusuk beribu jarum.
Bahkan Nara melarang menyebut namanya? Sebenci itukah Nara pada Yesung.
Sungguh, Yesung tak ingin itu terjadi. Ia menahan emosi sehingga lebih
mengenggam erat tangan Nara.
“Lepas, ap-appo” rintih Nara.
“Yesung-ah sadarlah” kata Donghae melepaskan
tangan Yesung di pergelangan Nara. Donghae tidak bisa tinggal diamkan? Ia juga
kasian melihat Nara. Yesung memang keterlaluan.
“pergilah Ra-ya” kata Donghae halus. Seketika
Nara langsung pergi. Yesung terdiam.
“kau memang sudah gila Yesung-ah”
“ne.. aku memang sudah gila”
*********************
Di ruangan itu terlihat beberapa orang yang
tengah latihan dance untuk penampilan besok. Hyeri dan Yekyung tengah serius
mengikuti yang lain. Beda dengan Nara yang bermalas malasan. Entah kenapa ia
tidak lagi semangat mengikuti latihan lagi. Ia dulu bahkan sangat sangat ingin
menjadi bagian dari kelompok ini, tapi saat ia masuk malah ia tidak semangat
lagi. Bodoh. Kenapa harus seperti ini. Ia ingat betul berdebatan dengan Yesung
hanya gara gara Nara tidak mematuhinya untuk ikut dalam kelompok dance, dan
sekarang? Lihatlah akibatnya, Nara menyesalinya. Seharusnya ia menuruti apa
yang Yesung bilang.
Andai waktu bisa terulang, ia masih menjadi
tunangan Yesung. Ia tidak akan merasa bersalah, ia akan bahagia. Ia sudah
terbiasa melakukan apapun dengan ijin Yesung, itu lebih nyaman dari sekarang
ini. Sesekali Nara mencuri pandang ke arah Yesung yang juga ada di ruangan itu.
Yesung seperti tidak peduli dengan sekitarnya, ia hanya sibuk dengan ponsel
yang di tangannya.
“ok, break 10 menit” kata Donghae. Semuanya kini
berhamburan untuk mengambil minum masing masing. Beda dengan Nara hanya tidak
beranjak. Ia masih berdiri di tempat sambil menunduk. Ia lelah, sangat.
“Ra-ya, kajja” ajak Hyeri.
Nara mendongakkan kepalanya. Hyeri mengerutkan
dahinya karena melihat Nara yang sangat terlihat lelah. Padahal setelah latihan
mungkin ia akan kembali bekerja.
“gwenchana?” tanya Yekyung yang menghapiri
mereka sambil menyodorkan minuman untuk Nara. Nara mengambil minuman itu dan
meminumnya dengan cepat.
“aku lelah” katanya sambil mengusap ujung
bibirnya.
Nara berjalan menghampiri Eunhyuk meninggalkan
sahabatnya yang menatapnya aneh. Entah apa yang akan ia lakukan. Sungguh, Nara
saat itu akan bertindak bodoh.
“Sunbae, bolehkah aku berhenti?” tanya Nara
langsung pada intinya. Eunhyuk mengerutkan dahinya tidak mengerti. Nara berkata
dengan keras sehingga banyak yang menoleh ke arahnya. Tentu saja mereka menatap
Nara dengan tatapan melecehkan. Seenakanya saja masuk dan keluar.
“aku ingin berhenti” kata Nara lagi tapi kini
mengecilkan suaranya menyadari ia kini jadi tontonan di sana. Jujur ia sangat
malu.
“kau bercanda?”
“ani,”
Eunhyuk mendengus. Hey, ada apa sebenarnya?
“hya, kau itu kenapa hah? Dulu kau ngotot
ingin masuk bahkan Yesung sampai marah pada…”
“aku lelah, aku mohon” potong Nara. Ia malu,
ia malu membahas masalah dulu saat Nara ingin sekali menari bahkan sampai
merelakan Yesung. Apalagi Nara menyadari jika Yesung juga tengah menatap
mereka. Ia yakin, mungkin Yesung dalam hati akan tertawa melecehkannya.
Yesung berdiri dan menghampiri tempat Nara.
Entah kenapa kini ruangan itu menjadi hening. Yesung dan Nara lagi lagi menjadi
bahan tontonan. Nara hanya diam menyembunyikan rasa gugupnya ketika menydari
Yesung terus melangkah mendekatinya. Ia takut.
Yesung menatap Nara, tapi tidak dengan Nara.
Ia malu, ia yakin pasti Yesung akan mengejeknya habis habisan. Ya, ia pantas
menerima itu. Sekarang ia tidak peduli dengan harga dirinya. Ia tidak peduli ia
akan menjadi bahan gunjingan.
Di luar dugaannya Yesung tiba tiba menyodorkan
roti yang ada di tangannya kepada Nara. Nara mendongak tidak tau maksud Yesung.
Apa ini?
“makanlah, aku belum makan” kata Yesung dengan
senyuman yang menghiasi wajahnya.
DEG
Saat itu Nara benar benar seperti disambar
petir. Untuk pertama kalinya Yesung tersenyum padanya semanis itu. Apa maksud
senyuman itu? Adakah yang bisa menjelaskan padanya. Jantungnya berdetak dengan
sangat cepat. Apa yang harus ia lakukan. Sebenarnya Yesung manusia bukan?
Kenapa dengan gampangnya merubah mimik mukanya, bukankah kemarin saat mereka
berpapasan Yesung masih dingin?
“kau perlu tenaga, kau terlihat capek” kata
Yesung lembut.
Tak ada jawaban. Ya Tuhan. Sebenarnya apa yang
dilakukan Yesung? Bahkan senyum Yesung tidak sedikitpun berkurang. Jika boleh
jujur saat itu Yesung sangat sangat tampan. Sangat.
Merasa tidak ada respon Yesung menarik tangan Nara
untuk duduk. Ia meraih tangan Nara agar menerima rotinya. Tapi lagi lagi Nara
hanya mematung. Ia tidak mengerti, kenapa Yesung bersikap seperti itu. dan itu
untuk pertama kalinya Yesung bersikap manis padanya. Apakah Yesung sakit?
Bodoh.
Nara memandang roti itu. Apa yang harus ia
lakukan? Memakannya? Hey. Tentu saja. Yesung berdecak melihat Nara yang hanya
menatap makanan itu.
“apa aku perlu menyuapimu?” kata Yesung lagi.
Sontak Nara langsung menerimanya dan langsung memakannya. Yesung tersenyum. Ia
kini duduk di sebelah Nara.
Donghae yang dari tadi melihatnya menggelengkan
kepalanya. Yesung memang sangat aneh. Apa sebenarnya rencananya?
“lakukanlah apa yang kau ingin lakukan, sekarang
kau bebas Nara-ya. Aku tidak akan melarangmu, tidak” lirih Yesung.
Nara berhenti makan dan menatap Yesung. Apa
yang Yesung katakana? Apa itu artinya Yesung benar benar serius membatalkan
pertunangannya? Andwee, jika ia boleh memilih, ia akan lebih memilih Yesung
terus melarang apa yang ingin ia lakukan dari pada ia bebas dan sendiri. Kenapa
setelah mereka jauh rasa itu tumbuh menjadi semakin besar? Ya Tuhan, apakah ini
balasan untuknya? Kenapa sangat menyakitkan?
*************************
Malam harinya……..
Haejin, bibi Nara kini tengah berkutat dengan berkas
berkas yang ada di depannya. sesekali ia menghembuskan nafasnya kasar. Itu
membuat namja disebelahnya, Seongyu sedikit terganggu.
“hya, Chagi, ada masalah?” tanya namja itu
lembut.
Haejin lalu mendekati Seongyu. Namja yang
sudah resmi menjadi namjachingunya selama 2 tahun, dan selam itu pula Haejin
tidak pernah menyadari jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh namja itu. Sudah
puluhan kali janji manis akan menikahi Haejin terlontar, tapi sampai saat ini
juga Seongyu tidak pernah menepatinya.
Ya, ia sudah nyaman di posisi itu.
Memanfaatkan kekayaan Haejin dengan bebas. Bahkan selam ini Haejin seperti
boneka yang mau disuruh suruh namja sialan itu. Seperti halnya merebut
perusahaan yang seharusnya milik Nara.
“Oppa, kau tau, keponakanku Nara, ia masih
benci denganku, apakah aku sangat keterlaluan? Aku hidup dengan sangat nyaman
sedangkan Eonni dan Nara hidup menderita” curhatnya pada Seongyu yang
sebenarnya tak terlalu mendengarkan kata Haejin.
“apakah aku harus menyerahkan perusahaanku,
lagian aku adalah yeoja dan….”
“kau gila?” potong Seongyu. Haejin terkaget,
Seongyu seperti meneriakinya.
“kau seharusnya marah, keponakanmu yang
menjijikan itu sudah mulai mengusik perusahaanmu, dan dia bahkan berani diam
diam masuk tanpa ijin dan mencari suart berharga. Itu bahaya” kata Seongyu.
“kenapa kau bilang keponakanmu menjijikan oppa?
Dan apa salahnya jika…”
“tidak, aku tak akan membiarkan semua itu.
Sepertinya anak sialan itu harus dimusnahkan” kata Seongyu langsung beranjak
dari duduknya meninggalkan Haejin.
Haejin langsung membelalakkan matanya. Apa?
Nara akan dimusnahkan? Apa Seongyu gila? Tidak bisa dibiarkan. Nara adalah
keponakannya. Seharusnya ia yang minta maaf, bukan malah seperti ini.
“andwee, Oppa, kau gila?” Haejin mulai
mengejar Seongyu. Tapi terlambat, ya, sebenarnya Seongyu sudah memikirkan
matang matang akan membunuh Nara. Tapi ia tidak mungkin memberitahu pada
Haejin. Tujuan utamanya adalah agar ia bisa mengambil alih perusahaan Haejin
yang menurutnya sangat bodoh.
Tidak, dan sekarang Nara dalam bahaya.
****************************
Nara mengunci pintu restaurant tempat ia
bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ahh, rasanya lega pekerjaannya
sudah selesai. Nara merapikan rambutnya yang berantakan. Benci sekali ia harus
bekerja setiap hari seperti ini. Ia lelah, ia bahkan belum istirahat.
Nara berjalan pelan menuju rumah. Tetapi….
“AHHHHHHHhhhhhhmmpppp”
Nara seketika menjerit saat ada seseorang yang
membekap mulutnya. Tapi tertahan saat ia merasakan pusing. Tidak, ini obat bius.
Perlahan kesadaran Nara hilang. Ia tiba tiba merasakan semuanya gelap
.
.
.
.
.
.
Nara menerjabkan matanya perlahan. Nara
menyadari, mulutnya dibekap, tangannya diikat. Sial. Siapa yang melakukan ini?
Ia bahkan tidak tau ia ada dimana. Kenapa bisa terjadi seperti ini? Ini bukan
drama yang tiba tiba ada seorang pangeran yang menyelamatkannya. Ohh Tuhan, apa
yang harus ia lakukan saat ini.
Ia sangat benci. Ruangan itu tidak nyaman,
seperti bangunan yang sudah tua, bahkan cahaya matahari tidak sampai menembus
ke sana, sehingga ruangan pengap. Nara mencoba melepaskan talinya tapi talinya
mengingat tangannya terlalu kuat. Nara menjangkau saku celananya berharap masih
ada ponsel untuk menyelamatkannya. Sial. Ponselnya pasti sudah diambil oleh
orang yang menyekapnya.
Nara bahkan tak menyadari jika hari sudah
siang. Berapa lama ia tidur? Ia bahkan tidak tau siapa orang yang melakukan
ini. Tapi ia yakin mungkin tantenya yang tega menyekap keponakannya sendiri.
Apakah ia hanya bisa pasrah sekarang. Siapa
saja, tolonglah Nara.
Ceklek…
Terdengar suara pintu yang dibuka membuat Nara
langsung menoleh ke sumber suara. Dilihatnya seorang namja yang memakai kemeja coklat
dan membawa minum. Apakah namja itu yang melakukan semua ini? Tapi untuk apa?
Bahkan namja itu sangat berpenampilan rapi membuat Nara tak percaya jika namja
itu adalah penjahat.
“kau haus?” katanya lembut. Ia menaruh botol
minumnya di bawah dan membuka penutup mulut Nara.
“siapa kau? Apa maksud semua ini?” tanya Nara
langsung setelah ia bisa bicara dengan jelas.
“maafkan aku Noona, tapi ini perintah”
“nugu? Siapa yang menyuruhmu”
Tak ada jawaban,….
“hya… aku bilang…”
“diam atau aku bunuh kau sekarang” kata namja
itu tajam. Seketika Nara langsung diam. Sial. Ia takut. Sangat takut. Ia akan
dibunuh? Tidak mungkin. Bagaimana dengan Eomma jika ia mati nanti. Bagaimana
dengan sahabat sahabatnya? Bagaimana dengan Yesung. Ahh, apakah namja itu
peduli?
Namja itu dengan lembut membantu Nara untuk
minum. Jujur saja, namja itu memang kasian melihat Nara. Tapi ia yang akan
dipecat jika tidak melakukan tugas ini. Seongyu yang menyuruhnya. Bukan hanya
dia, ia dan 3 orang temannya. Ok, mungkin uang membutakan segalanya hingga ia
tega melakukan semua ini.
************************
Di sisi lain…
“arrrghhhh” teriak Yesung frustasi. Ia
menjambak rambutnya sendiri. Ia meruntuki dirinya sendiri karena tidak bisa
menjaga Nara. ya Tuhan. Apa yang harus ia lakukan. Ia bahkan tidak tau sekarang
Nara ada di mana.
“palli” teriak Yesung membuat Haejin yang ada
di depannya sedikit takut. Ia teris mencoba menghubungi Seongyu, ia yakin pasti
namja itu yang menculik Nara. Tadi pagi Haejin ke rumah Nara dan memberitahukan
kepada ibunya bahwa Nara dalam bahaya. Maka dari itu ibunya langsung menelpon
Yesung. Dan disinilah mereka. Di rumah Nara.
Ibu Nara dari tadi hanya menunduk tidak bisa
melakukan apa apa, ia ditemani ibu Yesung. Beda dengan Yesung yang dari tadi
terlihat gusar. Ia sudah menghubungi semua pihak yang dipercaya untuk
membantunya. Ia juga menuruh Kyuhyun melacak keberadaan Nara. Ia bahkan tidak
bisa menahan emosinya dan terus menyuruh Haejin menemukan Seongyu.
Drttttttt drrtttttt………
Ponsel Yesung bergetar tanda panggilan dan
Yesung dengan cepat menerima telpon itu saat mengetahui Kyuhyun yang tertera di
layar.
“Kyu, bagaimana?”
“Nara kemungkinan besar ada di gedung lama gallery”
“kau yakin?”
Semua yang ada di sana melihat Yesung dengan
penuh harap. Semoga tidak terjadi apa apa dengan Nara.
“aku sudah melacak terakhir ponselnya hidup,
dan disana tempatnya”
“aku akan segera ke sana, kau hubungi yang
lain” Yesung menutup telponnya dan langsung bergegas mengambil jaket.
“Eommonim tenang saja, aku akan menyelamatkan
Nara. aku berjanji” kata Yesung sebelum pergi kepada Eomma Nara. Eomma Nara pun
mengangguk. Ia sangat percaya dengan Yesung.
“Eomma, Yesung berangkat” pamit Yesung pada
Eommanya. Yesung dengan cepat berlari keluar. Ia tidak mau membuang buang waktu
lagi.
“Yesung tunggu” teriak Eommanya membuat Yesung
berhenti. Entah kenapa Eomma Yesung tiba tiba perasaannya tidak enak. Ia hanya
takut terjadi sesuatu nantinya pada anak sulungnya. Eommanya segara memeluk
Yesung sebentar.
“hati hati sayang” kata Eomma lembut.
Yesung tersenyum.
“Eomma tenang saja, Yesung pasti baik baik
saja” jawab Yesung lembut. Yesung langsung bergegas cepat. Ia benar benar tak
tenang. Jika terjadi apa apa dengan Nara, Yesung tidak akan memaafkan dirinya
sendiri. sungguh, ia telah lalai. Ya Tuhan, semoga Nara baik baik saja.
************************
Yesung sudah sampai di tempat. Memang ia tadi
sudah menyuruh teman temannya untuk menghubungi polisi dan segara menyusulnya.
Yesung benar benar tidak bisa bersabar lagi. Ia dengan cepat turun dari
mobilnya. Melihat gedung yang mungkin lama tidak dipakai. Apakah Nara dari
kemarin ada di dalam gedung yang mengerikan itu?
Hari mulai gelap. Semoga saja mempermudah
Yesung untuk menyusup dan menyelamatkan Nara. Yesung melipat baju lengannya ke
atas. Ia menarik nafas sebelum akhirnya masuk. Jantungnya berdabar. Sial. Ia
tidak boleh takut.
Sepi.
Yesung terus melangkah. Kemana ia harus
mencarii Nara? gedung ini benar benar luas. Yesung melihat 2 orang yang berada
di depan pintu. Ketemu. Yah, ia yakin jika Nara ada di dalam. Sepertinya mereka
hanya berdua. Tidak masalahkan bagi Yesung?
BUG
Dengan cepat Yesung memukul salah satu dari
kedua namja itu. membuat namja itu tersungkur.
“sial” umpat namja itu.
Namja yang lain langsung maju dan menyerang
Yesung. Terjadilah perkelahian diantara mereka. Dua lawan satu. Ini tidak
semudah yang Yesung kira. Sial, ia berharap setelah ini bantuan datang.
BUG
Yesung terkena pukul pada ujung bibirnya
hingga berdarah. Yesung tak menyerah, ia langsung maju dan memukul tanpa ampun
salah satu namja itu hingga namja itu tersungkur dan sulit untuk berdiri karena
kakinya sakit terkena tendangan Yesung yang tidak bisa dibilang lembut.
“lepaskan Nara” kata Yesung. Namja itu malah
menyeringai.
“kau pikir kau bisa mengalahkanku?”
tantangnya.
“sial”
Yesung sudah akan memukul tapi gerakannya
terhenti ketika namja itu menyodorkan pistol ke arahnyanya.
“menyerah atau mati?”
Yesung hanya diam. Apa yang harus ia lakukan?
Ia melihat ke arah pintu. Ia mendengar teriakan yang tertahan. Nara. Ia disana.
Yesung yakin itu. ada rasa lega dalam hatinya. Ia bisa menemukan Nara. tapi
bagaimana sekarang? Ia sudah terpojok. Ia tidak berpikir sejauh ini jika namja
namja itu memakai senjata api.
Tidak,
tidak. Ia harus tetap bertahan. Apapun yang terjadi. Nara membutuhkannya.
Dengan cepat Yesung memukul tangan dan
mengalihkan pistolnya. Lagi, mereka saling menyerah dan……..
DOOOOOOOOOORRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
….
Yesung.. ia..
Yesung terkena tembakan di bagian perut.
Seketika Yesung lemas. Wajahnya perlahan
pucat. Tangannya dengan erat memegang perutnya yang mengeluarkan banyak darah
di balik jaketnya. Apakah ia akan hidup setelah ini? Apakah ia kalah? Bagaimana
dengan Nara? ia harus selamat. Sial, ia berjanji tak akan membiarkan Seongyu
lolos setelah ini.
Tapi Yesung merasa ada beban yang kepalanya. Pusing.
Sungguh, ini menyakitkan. Wajahnya putih dan semakin putuh pucat. Tidak, ia
harus bertahan. Tapi,,, rasanya sakit.. sakittt… kepalanya terasa berat,
penglihatannya buram. Dan..
.
.
**************************
.
.
.
DDDDDDDDDDDOOOOOOOORRRRRRRRRRRRRRRRR
Nara mendengar dengan jelas suara itu. Ada
yang tertembak. Tangannya bergetar. Ya tuhan, siapa? Ia tidak tau apa apa.
Apakah ada yang berusaha menyelamatkannya? Jika iya, semoga bukan orang itu
yang tertembak. Firasatnya mengatakan Yesung. Tapi, tidak mungkinkan? Tapi
bagaimana jika itu benar Yesung? Dan bagaimana jika Yesung yang tertembak.
Tidak. Tidak boleh.
Matanya berat, rasanya ada yang mengganjal dan
sudah berkaca kaca. Air matanya turun perlahan membasahi pipinya. Darahnya
berdesir. Siapapun itu selamatkanlah dia Ya Tuhan. Hanya berdoa, itu yang bisa
Nara lakukan. Nara menunduk. Tangannya tak bisa bergerak, mulutnya dibekap. Ia
hanya bisa diam tanpa berbuat apa apa.
Ceklek…
Nara dengan cepat Nara mendongak. Berharap
siapapun akan menolongnya. Dilihatnya Yesung yang membuka pintunya. Matanya
menerjab cepat. Apakah ini mimpi? Yesung datang menyelamatkannya.
Air matanya jatuh lagi,
Ia sangat sangat bahagia. Yesung bahkan
tersenyum padanya dan berjalan perlahan menghampirinya. Jantungnya berdetak
cepat. Ya tuhan, ini kenyataan, tidak mimpi. Yesung selamat. Ia bisa
mengalahkan penjaganyakan? Yesung menyelamatkannya. Ya tuhan, ia tidak percaya.
Tapi ada yang salah. Tangan kiri Yesung terus
memegangi perutnya. Wajahnya sangat pucat. Tapi ia tetap tersenyum manis. Yesung
melepaskan lakban yang menutup mulut Nara.
“gwenchana-yo?” tanya Nara cepat. Yesung tak
menjawab, ia hanya tersenyum lalu berjalan ke belakang berusaha melepas tali
yang mengikat Nara. Tapi diurungkannya karena melihat tangannya yang sudah
ternoda darah. Yesung meringis menahan sakit. Ia tidak mau sampai Nara tau jika
ia terluka.
Saat itu juga banyak orang yang datang.
Diantaranya Kyuhyun, Donghae dan Eunhyuk dan beberapa polisi. Mereka langsung
menghampiri Yesung dan Nara. Melepaskan tali yang mengikat Nara. Yesung lega. Setidaknya
ada yang menjaga Nara setelah ini.
Eunhyuk melihat Yesung dan seakan menyadari
jika Yesung menahan sakit. Ia melihat ke arah perut Yesung. Eunhyuk melihat
dengan jelas di ujung kemeja Yesung terlihat darah.
“Yesung kau….” Kata Eunhyuk.
“bawa Nara pulang, Eommonim sangat
mengkhawatirkannya” potong Yesung.
“ta…”
“cepat”
Eunhyuk tak mengerti. Apa yang harus ia
lakukan. Yesung, ia yakin sangat menahan sakit. Tentu saja Eunhyuk harus
membantunya.
“cepat” kata Yesung penuh penekanan. Eunhyuk menerjabkan
matanya sebelum akhirnya ia mengerti. Dengan cepat Eunhyuk mengangguk, ia kini
menyadari jika Nara belum tau keadaan yesung yang sebenarnya..
“kajja” ajak Eunhyuk menarik Nara.
“tidak, aku mau…” tolak Nara.
Eunhyuk langsung menarik tangan Nara paksa dan
membawanya pergi. Nara terus memberontak. Ia akan bicara dengan Yesung dulu. Ia
merasakan sesuatu yang aneh. Ia bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih
pada Yesung.
“Yesungie” panggil Donghae saat melihat Yesung
yang sudah mulai lemas.
Bruuk…
Yesung yang dari tadi merasakan sakit langsung
jatuh begitu saja. Ia sudah tidak tahan lagi. Ia lemas. Donghae dengan cepat
melepas jaket Yesung. Donghae dan Kyuhyun terbelalak saat melihat banyak darah.
“Yesung bertahanlah” kata Donghae. Ia sibuk
menahan darah yang terus menerus keluar. Sedangkan Kyuhyun memanggil polisi
untuk membawa Yesung segera ke rumah sakit.
Yesung mencengkeram tangan Donghae.
“na..nara jangan sampai ta tau” kata Yesung
terputus putus. Donghae tak menanggapi. Yesung yang bodoh. Disaat seperti itu
masih saja memikirkan Nara. ya Tuhan. Ia ingin sekali memarahi Yesung karena tindakan
bodohnya yang dengan sok berani melawan 2 orang yang bertubuh besar sendirian
hingga ia tertembak. Ia pikir ia akan baik baik saja? Apakah Yesung tak
memikirkan bagaimana khawatirnya para sahabtanya? Bertindak ke gabah dan
mengakibatkan Yesung terluka?
“diam” tegas Donghae. Ia marah, ia hanya tidak
suka melihat Yesung seperti ini. Setidaknya yesung menunggunya tadi.
“hae.. sakit”
“aku bilang diam” teriak Donghae tidak tahan
lagi. Matanya sudah memerah dan sedikit lagi air matanya akan jatuh. Beberapa
orang sudah mlai mengangkat Yesung untuk di bawa ke Rs.
Yesung menerjabkan matanya perlahan. Sungguh
rasanya sakit. Penglihatannya sudah kabur. Tapi ada rasa senang di hatinya.
Tidak terjadi apa apa dengan Nara. Ia menyelamatkan yeoja yang sangat
dicintainya. Nara.
‘Nara… sharanghae…’
TBC
0 komentar:
Posting Komentar