Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 10 Mei 2014

Now (Part 2)



Now

part 2
Author      : Lilian Nay Clouds
Genre       : Romance
Lenght      : Chaptered
Cast          :
1.      Kim Jong Woon
2.      Cho Nara
3.      Lee HyukJae
4.      Lee Donghae
5.      Cho Kyuhyun
sebelumnya klik
Malam hari
Sangat dingin di daerah Cheonan, di sanalah Nara berada. Setelah dari kampus Nara memang langsung pulang ke rumahnya. Biasanya jika ia pulang akan langsung diberi sambutan manis dari bundanya tersayang. Tapi tidak kali ini, setelah Nara menjelaskan jika ia ingin membatalkan pertunangannya dengan Yesung.
Nara dan ibunya kini berada di ruang tengah. Mereka sama sama diam. Ibu Nara menatap Nara dengan tatapan tidak percaya, sedangkan Nara? ia dari tadi menunduk. Ia sangat takut hanya untuk melihat ibunya. Sungguh, ibunya tidak pernah semarah ini padanya. Apakah pertunangan itu sangat penting hingga ibunya sangat marah padanya. Eomma Nara menghembuskan nafasnya kasar. Tidak percaya dengan yang dikatakan Nara tadi.
“Nara, kau ke rumah Yesung dan meminta maaf sekarang juga atau Eomma yang akan kesana”
Nara langsung mendongakkan mendengarkan perkataan ibunya. Tidak. Kenapa ia harus minta maaf? Apa hanya karena keluarga Yesung sangat berjasa pada keluarganya hingga Nara yang menanggung akibatnya? Balas budi?
“shireo” bantah Nara tapi lembut. Ia akan tetap kokoh pada pendiriannya kini. Tidak akan berhubungan lagi dengan namja itu.
Cinta? Apa? Nara akan menghapus cinta itu. Selama ini ia sangat bodoh, kenapa ia mau saja menuruti semua kemauan Yesung jika akhirnya akan seperti ini.
“Kau, aishh jinja… kau tau Nara siapa yang membantumu melanjutkan kuliah kalau bukan keluaraga Yesung. Jika kau membatalkan…”
“pertunanganku bukan hanya untuk uang Eomma. Aku juga ingin bahagia”
“apa kau tidak bahagia dengan Yesung hah?”
Diam
Nara mengingat semua memorinya bersama Yesung. Apakah ia bahagia? Ya ada rasa bahagia dekat dengan namja itu, bahkan ia akan sangat bangga menyebut dirinya adalah calon istri Yesung. Tapi, sekalipun Yesung tidak pernah menginginkannya bukan? Yesung bahkan belum pernah tersenyum padanya sedikitpun. Nara yakin jika Yesung sangat bahagia terbebas dari pertunangan yang menyiksanya.
“tidak, Nara tidak pernah bahagia Eomma” jawab Nara lantang.
“tidak, Eomma tidak mau tau, pokoknya kau harus minta maaf pada Yesung sebelum Yesung benar benar akan membatalkan pertunanganmu”
“shireo”
“harus Nara-ya. Ini demi kebahagiaanmu” kata Eomma sambil beranjak meninggalkan Nara.
“Eomma… Eomma…. Tidak, Eomma” teriak Nara tapi ibunya tak mau berhenti.
Nara mengacak rambutnya frustasi. Tidak akan ia kembali, apalagi hanya untuk meminta maaf pada Yesung. Mau di taruh dimana wajahnya. Sekarang yang harus ia lakukan adalah menenangkan diri. Ya, benar. Mungkin ia bisa melupakan namja menyebalkan itu.
Nara masuk ke kamarnya dulu. Ya dulu sebelum ia tinggal di apartemen. Nara merebahkan tubuhnya pada kasur. Tidak sebagus di apartemen memang, tapi ia nyaman disini. Andai Ayahnya masih hidup, ia bisa melakukan semuanya dengan mudah. Tidak bergantung pada namja sialan itu.
Ohh, kenapa hidupnya seperti ini.
Nara menatap meja belajarnya. Sial. Ia lupa jika ia memajang foto Yesung disana. Ia langsung beranjak dan menutup foto itu. Ia benci, kenapa harus tergila gila pada namja itu.
Nara menarik nafasnya. Ini sudah jam 8 malam, tapi Yesung bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Hebat sekali. Nara semakin yakin jika Yesung senang sekali terbebas darinya. Mungkin ia sedang berpesta dengan temannya. Atau malah Yesung kini sedang mengurung diri di kamar karena sedih kehilangannya. Hey, apa yang Nara pikirkan. Itu semua tidak mungkin. Tapi setidaknya berharap boleh kan?
Tiba tiba hatinya terasa ngilu. Dalam hatinya ia merindukan namja dingin itu. Ya Tuhan, ada apa dengannya. Baru saja ia bilang jika tidak akan berhungan dengan Yesung lagi. Tapi nyatanya ia tidak bisa. Nara masih menyanyanginya, mencintainya. Masih berharap. Ia ingin sekali Yesung tiba tiba ada di depan rumahnya dan minta maaf. Pasti ia akan sangat bahagia dan langsung memberikan maaf.
Bodoh
Mimpi saja kau Nara.


********************


Keesokan harinya..
Nara memutuskan untuk tidak berangkat kuliah. Lagian jika berangkat dari sini ia akan telat.
Setelah bangun tidur Nara langsung menuju dapur. Ia yakin jika ibunya ada disana. Nara tersenyum saat melihat ibunya yang sibuk dengan bahan makanan di depannya. Nara pun mendekatinya.
“Eomma” panggil Nara manja seperti biasa. Semoga saja ada tanggapan dari Eommanya. Ia tidak mau jika Eommanya terus marah padanya. Tapi sayangnya Eommanya dari tadi hanya diam saja. Menyebalkan, kenapa harus seperti ini. Ia sudah kehilangan Yesung dan kini ibunya marah.
“Eomma… masih marah ya?” Nara terus berusaha agar Eommanya tidak marah lagi. Ia memeluk Eommanya dari belakang.
“Eomma, kenapa Eomma sangat cantik hari ini.. emm”
Akhirnya ibunya menyerah. Ia tidak bisa terus menerus marah pada anaknya. Eommanya pun tersenyum lalu mengelus rambut Nara.
“Ckk, nappeun” kata Ibunya sambil menyentil hidung mancung Nara.
Nara tersenyum puas. Akhirnya ibunya luluh.
“Eomma jangan marah lagi” rengek Nara mirip seperti anak kecil. Lihatkan? Bahkan ia tidak bisa menunjukkan sifat aslinya di depan Yesung. Jika berada di depan Yesung, ia akan berubah menjadi yeoja yang pendiam dan dewasa.
“arra, arra, mianhae Eomma tadi malam membentakmu sayang. Eomma hanya ingin kau bahagia. Yesung, eomma yakin ia akan membuatmu bahagia”
Tidak. Eomma salah. Ingin sekali Nara berkata seperti itu tapi ia tidak bisa. Ia tidak mau lagi adu mulut dan menyebabkan pertengkaran lagi. Sudah cukup tadi malam.
“Eomma,..”
“ne.. Eomma mengerti, kau sudah besar Nara-ya. Kau yang menentukan kehidupanmu sendiri. Eomma akan selalu mendukung semua yang kau putuskan dan tidak akan lagi memaksamu untuk untuk melanjutkan pertunangan kalian”
Nara tersenyum lalu memeluk ibunya lagi.
“Gomawo Eomma, Nara akan berusaha agar Nara bisa membayar semua biaya kuliah Nara tanpa bantuan Yesung. Percayalah Eomma”
“apa yang ingin kau lakuakan?”
“Nara akan merebut kembali hak Nara. Nara harus merebut kembali perusahaan Appa”
“tidak, aku tau jika itu..”
“Ayo kita berusaha bersama Eomma” potong Nara sebelum ibunya lagi lagi melarangnya. Nara menatap ibunya seperti memohon. Bisa apa? Akhirnya dengan terpaksa ibunya mengangguk.


************************



Beberapa minggu berlalu.,
Nara dan ibunya kini sudah pindah ke Seoul. Mereka tinggal di apartemen Nara. Sedikit demi sedikit Nara mulai merancang bagaimana caranya perusahaan Appanya bisa direbutnya lagi. Kini setelah pulang kuliah Nara bekerja di toko untuk menghidupi dirinya. Sedangkan ibunya bekerja sebagai penjahit di salah satu perusahaan disana.
Selama itu juga Nara dibantu oleh Shin Ahjussi untuk bisa menemukan bukti jika sebenarnya perusahaan itu miliknya. Shin Ahjussi memang dulu bekerja untuk ayahnya, dan sudah sangat dekat dengan ayahnya. Tentu saja dengan senang hati Shin ahjussi membantu Nara. Saat ayahnya meninggal Shin ahjussi tetap bekerja di perusahaan itu, jadi dengan mudah Shin Ahjussi mendapat informasi.
Siang itu, setelah kelas habis, Nara langsung keluar dari kelasnya. Ia berniat akan langsung pulang dan akan bekerja, dan jangan lupa bertemu dengan Shin ahjussi seperti biasanya.
“Ra-ya… cha, makan” ajak Yekyung dan Hyeri yang sudah ada di sebelah Nara.
“mianhae, tapi aku tidak bisa”
“bekerja lagi?” tanya Hyeri. Nara hanya mengangguk. Tentu saja ia sudah bercerita kepada 2 sahabatnya itu.
“ckk, semenjak kau bekerja kita jadi tidak bisa bersama” ucap Yekyung.
Nara tersenyum. Nara selalu sibuk hingga tak ada waktu untuk bermain main.
“Mainhae”
Beberapa detik kemudian mereka saling diam saat melihat 4 namja yang berjalan beriringan, mereka adalah Yesung, Kyuhyun, Eunhyuk dan Donghae.
Nara merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan Yesung setelah konflik itu. Ia terus menatap Yesung. Entah apa arti tatapan itu. Kenapa ia harus bertemu namja itu, membuatnya sulit melupakannya. Yekyung mengelus pundak Nara seakan mengerti apa yang Nara pikirkan.
Seandainya saja Yesung tau rencana besar Nara dan membantunya, mungkin usahanya akan cepat selesai mengingat Appa Yesung adalah pemilik Perusahaan YSty. Tapi lagi lagi ia hanya bisa berharap.
Yesung juga menatapnya sekilas. Mata mereka bertemu menyebabhkan jantung Nara semakin berdetak semakin kencang dan kencang. Tapi detik berikutnya Nara harus kecewa karena Yesung mengalihkan pandangannya. Matanya merah menahan air mata, sakit rasanya melihat Yesung mengacuhkannya. Seharusnya Yesung setidaknya menyapanya dan membicarakan hubungan meraka yang tidak jelas. Karena mereka benar benar lepas kontak. Tak ada yang mau menghubungi lebih dahulu. Bahkan Yesung dan kelompokkanya tidak berhenti. Kecuali Donghae yang tiba tiba ada di hadapannya. Ia tersenyum ke arah Hyeri. Lalu mengelus rambut Hyeri lembut. Ada apakah?
“cepat makan, ini sudah siang” kata Donghae lembut dan mendapat anggukan dari Hyeri. Donghae tersenyum.
“aku pergi, Nanti aku hubungi lagi” Donghae berjalan mengikuti yang lain meninggalkan Hyeri. Apa? Ada hubungan apa Hyeri dan Donghae?
“eh, Ra-ya gwenchana?” tiba tiba Donghae berbalik menanyakan Nara.
“ann... Em, maksudku gwenchana”
“jangan terlalu memikirkan namja brengsek itu. Kau harus kuat, Ra-ya fighting” Donghae memberi semangat lalu meninggalkannya. Tak lupa ia tersenyum.
Lagi lagi Nara seperti orang bodoh. Siapa yang dimaksud namja brengsek? Yesung? Jinja? Bukankah Yesung sahabatnya kan?
“gwenchana-yo?” tanya Hyeri. Nara mencoba tersenyum sambil mengusap air matanya yang sudah keluar.
“seharusnya aku yang bertanya. Sudah sejak kapan kau bersama Donghae sunbae hmm?” tanya Nara. Hyeri malah nyengir tanpa merasa bersalah. Ya memang ia dan Donghae baru saja menjalin hubungan. Tentu saja Hyeri sangat senang. Siapa yang menolak Donghae, namja manis yang baik hati dan selalu tersenyum tidak seperti,,, ah jangan sebutkan.
“Kau itu yeoja kuat. Jangan tampak lemah jika berhadapan dengan Yesung sunbae. Aku yakin kau bisa menhadapinya Nara. Itu pilihanmu dan kau harus menanggung akibatnya” kata Yekyung.
Nara diam,
Ya Yekyung benar. Itu pilihannya. Ia juga yang harus menanggung akibatnya. Tapi kenapa rasanya sangat sulit. Apa hati Yesung terbuat dari batu? Bahkan sampai sekarang namja itu tidak pernah sekalipun minta maaf pada Nara. Seperti tidak pernah terjadi apa apa di antara mereka.


*****************


Seperti biasa, mereka berempat selalu menghabiskan waktu bersama. Sore itu Jongjin, adik Yesung ikut bergabung. Tidak kaget jika kamar Yesung akan seperti kapal pecah jika mereka sudah bersama sama di sana.
Kyuhyun dan Jongjin tampak sibuk berkonsentrasi ingin mengalahkan satu sama lain. Mata mereka tidak pernah beralih dari TV yang menampilkan game yang mereka mainkan. Sesekali mereka menjerit histeris karena salah satunya ada yang kalah. Eunhyuk tengah tiduran di kasur empuk milik Yesung, beda hal nya dengan Donghae yang tengah senyum senyum melihat ponselnya seperti orang gila. Jangan tanya lagi, namja itu sedang berbunga bunga karena jatuh cinta pada Hyeri yang baru saja resmi jadi pacarnya.
 Yesung?
Namja itu duduk di sofa tengah memperhatikan langit yang sudah mulai gelap. Hanya diam. Apa yang ia pikirkan?
“yyyyyyyyyyeaaaayy” teriak Kyuhyun membuat semua orang kecuali Yesung menoleh ke arahnya. Sepertinya namja itu menang lagi.
“ckk, sial” umpat Jongjin.
Eunhyuk yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.
“ckckck, sepertinya hanya aku yang waras disini. Semuanya gila, ada yang senyum senyum sendiri, bahkan ada yang dari diam merenungi nasibnya” gumam Eunhyuk sambil melirik ke Donghae dan Yesung. Donghae menatap Eunhyuk tajam, ia tau, jika ia juga termasuk orang yang dimaksud Eunhyuk.
“ckk, kau harus berkaca Hyukjae-ssi” balas Donghae ketus. Eunhyuk kini duduk.
Pluk, Jongjin melempar Eunhyuk dengan buku di sebelahnya.
“yak” Eunhyuk berteriak tidak terima.
“kau berisik hyung, lihatkan, aku jadi kalah”
“mwoya??”
“sudah lah diam, sepertinya ada yang lebih parah gilanya. Dari kemarin ia hanya merenung dan berdiam diri hanya karena yeoja” kata Donghae.
Semuanya menoleh ke arah Yesung. Tentu saja mereka tau yang dimaksud Donghae. Setelah konflik dengan Nara Yesung lebih pendiam dan tidak mau melakukan apa apa. Semua itu gara gara Nara. Ya yeoja itu. Yesung dibuat frustasi olehnya. Ia tak tau harus bagaimana agar Nara kembali padanya. Ia bahkan belum bilang pada orang tuanya jika Nara ingin membatalkan pertunangannya. Tidak akan pernah Yesung menerimannya.
Yesung sudah menghubungi Eomma Nara dan menjelaskan semuanya. Ia ingin mendapatkan Nara dengan caranya sendiri. Ia terlalu pengecut karena takut meminta maaf pada Nara. Ia sadar, ia selama ini salah. Jika memang itu pilihan Nara dan tidak bisa dicegah, Yesung bisa apa? Ia hanya bisa berusaha sebelum Nara jadi milik orang lain.
“ckk, namja itu pengecut. Jika Nara sudah menjadi milik orang lain, baru tau rasa” celetuk Kyuhyun.
“Hyung, hyung, pantas saja Nara kini membencimu” sambung Jongjin.
“ahh, pasti Nara sekarang sedang sendiri, mungkin aku bisa mengisi hatinya yang sedang…”
Eunhyuk berhenti bicara saat tiba tiba Yesung menoleh dengan tatapan yang sangat menakutkan. Yesung tidak suka dengan kata kata Eunhyuk. Eunhyuk yang mendapatkan tatapan maut itu hanya bisa nyengir sambil mengangkat tangannya dan jarinya membentuk huruf V.
“jika itu terjadi, kupastikan kau tak akan selamat” kata Yesung.
Eunhyuk lagi lagi nyengir lalu mendekati Yesung.
“maka dari itu, katakanlah apa yang kau pikirkan, mungkin kami dapat membantu” kata Eunhyuk sok bijak sambil merangkul Yesung.
Yesung menghembuskan nafasnya pelan. Banyak yang ia pikirkan. Banyak sekali. Ia sendiri tidak suka, kenapa ia menjadi pengecut seperti ini? Hanya bisa diam diam memperhatikan Nara dari jauh.
“Ahjumma Nara sudah menyadari jika Nara mengicar perusahaannya.”
Semua terdiam.
Ya, mereka tidak tau jika Nara akan bertindak sejauh itu. Jangan tanyakan dimana Yesung tau semua itu. Ia punya banyak mata yang akan dengan mudah memperhatikan Nara.
“jinja hyung? Kurasa Appa dan Eomma harus tau, aku yakin mereka akan membantu” jawab Jongjin.
“andwee, aku tak malu mereka tau. Apalagi Nara tidak tau jika ia sedang terancam”
“apa yang akan kau lakukan?” tanya Hae.
“molla, sebisa mungkin aku tidak akan membiarkan Nara terluka sedikitpun”


*********************



Nara memejamkan matanya. Ia pusing. Sampai saat ini belum ada perkembangan. Apakah usahanya selama ini berakhir di sini? Tidak. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Ia menatap gedung kampusnya yang sangat megah. Ia sudah tidak punya biaya lagi untuk kuliah. Bahkan gajinya dan ibunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Ia masih bergantung pada bantuan Appa Yesung. Ia malu. Tentu saja. Ia kini bukan siapa siapa Yesung tapi Appa Yesung masih saja peduli padanya. Bahkan saat ia kemarin bertemu dengan Eomma Yesung, beliau masih saja sangat baik padanya seperti tidak terjadi apa-apa. Apakah Yesung belum memberitahukannya pada orang tuannya? Tapi kenapa?
Nara merapikan rambutnya sebelum beranjak dari duduknya. Ia berbalik tapi…
BUKKK
Nara menabrak orang sehingga orang itu hampir terjatuh. Nara terdiam. Ia mengenggam ujung bajunya erat. Jika bukan Yesung yang ditaraknya mungkin ia tidak akan takut dan gugup seperti ini.
“gwenchana?” tanya Hae pada Yesung yang ada disebelahnya.
Yesung tak menjawab malah menatap Nara tajam. Nara langsung menunduk. Kenapa disaat seperti ini ia bertemu dengan namja ini.
“mi-mianhae” lirih Nara tanpa menatap Yesung.
“apa kau bilang?”
“maafkan aku, aku tidak sengaja”
“kau pikir aku akan memaafkanmu”
Nara mendongak. Sial. Kenapa Yesung masih bisa bersikap seperti itu. sabar. Ia harus sabar.
“Yesung sudahlah, kajja” ajak Donghae tapi Yesung tak bergeming. Ia masih menatap Nara.
“aku sudah minta maaf, aku harus kembali ke kelas” kata Nara. Nara melangkah melewati Yesung yang masih di depannya. Tapi Yesung menahan tangannya.
“berhentilah berusaha merebut perusahaan Cl”
Hening
Dari mana Yesung tau? Jadi Yesung sudah tau semuanya? Nara pun mencoba melepaskan tangan Yesung tapi tidak bisa karena Yesung semakin kuat mencengkeramnya. Membuat pergelangan tangan Nara memerah. Nara sedikit meringis menahan sakit.
“lepas”
“ani sebelum kau berhenti”
“wae? Apa pedulimu? Kau bukan siapa siapa Yesung-ssi. Itu bukan urusanmu”
“Nara-ya”
“berhenti menyebut namaku seperti itu”
DEG
Hati Yesung seakan tertusuk beribu jarum. Bahkan Nara melarang menyebut namanya? Sebenci itukah Nara pada Yesung. Sungguh, Yesung tak ingin itu terjadi. Ia menahan emosi sehingga lebih mengenggam erat tangan Nara.
“Lepas, ap-appo” rintih Nara.
“Yesung-ah sadarlah” kata Donghae melepaskan tangan Yesung di pergelangan Nara. Donghae tidak bisa tinggal diamkan? Ia juga kasian melihat Nara. Yesung memang keterlaluan.
“pergilah Ra-ya” kata Donghae halus. Seketika Nara langsung pergi. Yesung terdiam.
“kau memang sudah gila Yesung-ah”
“ne.. aku memang sudah gila”


*********************



Di ruangan itu terlihat beberapa orang yang tengah latihan dance untuk penampilan besok. Hyeri dan Yekyung tengah serius mengikuti yang lain. Beda dengan Nara yang bermalas malasan. Entah kenapa ia tidak lagi semangat mengikuti latihan lagi. Ia dulu bahkan sangat sangat ingin menjadi bagian dari kelompok ini, tapi saat ia masuk malah ia tidak semangat lagi. Bodoh. Kenapa harus seperti ini. Ia ingat betul berdebatan dengan Yesung hanya gara gara Nara tidak mematuhinya untuk ikut dalam kelompok dance, dan sekarang? Lihatlah akibatnya, Nara menyesalinya. Seharusnya ia menuruti apa yang Yesung bilang.
Andai waktu bisa terulang, ia masih menjadi tunangan Yesung. Ia tidak akan merasa bersalah, ia akan bahagia. Ia sudah terbiasa melakukan apapun dengan ijin Yesung, itu lebih nyaman dari sekarang ini. Sesekali Nara mencuri pandang ke arah Yesung yang juga ada di ruangan itu. Yesung seperti tidak peduli dengan sekitarnya, ia hanya sibuk dengan ponsel yang di tangannya.
“ok, break 10 menit” kata Donghae. Semuanya kini berhamburan untuk mengambil minum masing masing. Beda dengan Nara hanya tidak beranjak. Ia masih berdiri di tempat sambil menunduk. Ia lelah, sangat.
“Ra-ya, kajja” ajak Hyeri.
Nara mendongakkan kepalanya. Hyeri mengerutkan dahinya karena melihat Nara yang sangat terlihat lelah. Padahal setelah latihan mungkin ia akan kembali bekerja.
“gwenchana?” tanya Yekyung yang menghapiri mereka sambil menyodorkan minuman untuk Nara. Nara mengambil minuman itu dan meminumnya dengan cepat.
“aku lelah” katanya sambil mengusap ujung bibirnya.
Nara berjalan menghampiri Eunhyuk meninggalkan sahabatnya yang menatapnya aneh. Entah apa yang akan ia lakukan. Sungguh, Nara saat itu akan bertindak bodoh.
“Sunbae, bolehkah aku berhenti?” tanya Nara langsung pada intinya. Eunhyuk mengerutkan dahinya tidak mengerti. Nara berkata dengan keras sehingga banyak yang menoleh ke arahnya. Tentu saja mereka menatap Nara dengan tatapan melecehkan. Seenakanya saja masuk dan keluar.
“aku ingin berhenti” kata Nara lagi tapi kini mengecilkan suaranya menyadari ia kini jadi tontonan di sana. Jujur ia sangat malu.
“kau bercanda?”
“ani,”
Eunhyuk mendengus. Hey, ada apa sebenarnya?
“hya, kau itu kenapa hah? Dulu kau ngotot ingin masuk bahkan Yesung sampai marah pada…”
“aku lelah, aku mohon” potong Nara. Ia malu, ia malu membahas masalah dulu saat Nara ingin sekali menari bahkan sampai merelakan Yesung. Apalagi Nara menyadari jika Yesung juga tengah menatap mereka. Ia yakin, mungkin Yesung dalam hati akan tertawa melecehkannya.
Yesung berdiri dan menghampiri tempat Nara. Entah kenapa kini ruangan itu menjadi hening. Yesung dan Nara lagi lagi menjadi bahan tontonan. Nara hanya diam menyembunyikan rasa gugupnya ketika menydari Yesung terus melangkah mendekatinya. Ia takut.
Yesung menatap Nara, tapi tidak dengan Nara. Ia malu, ia yakin pasti Yesung akan mengejeknya habis habisan. Ya, ia pantas menerima itu. Sekarang ia tidak peduli dengan harga dirinya. Ia tidak peduli ia akan menjadi bahan gunjingan.
Di luar dugaannya Yesung tiba tiba menyodorkan roti yang ada di tangannya kepada Nara. Nara mendongak tidak tau maksud Yesung. Apa ini?
“makanlah, aku belum makan” kata Yesung dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
DEG
Saat itu Nara benar benar seperti disambar petir. Untuk pertama kalinya Yesung tersenyum padanya semanis itu. Apa maksud senyuman itu? Adakah yang bisa menjelaskan padanya. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Apa yang harus ia lakukan. Sebenarnya Yesung manusia bukan? Kenapa dengan gampangnya merubah mimik mukanya, bukankah kemarin saat mereka berpapasan Yesung masih dingin?
“kau perlu tenaga, kau terlihat capek” kata Yesung lembut.
Tak ada jawaban. Ya Tuhan. Sebenarnya apa yang dilakukan Yesung? Bahkan senyum Yesung tidak sedikitpun berkurang. Jika boleh jujur saat itu Yesung sangat sangat tampan. Sangat.
Merasa tidak ada respon Yesung menarik tangan Nara untuk duduk. Ia meraih tangan Nara agar menerima rotinya. Tapi lagi lagi Nara hanya mematung. Ia tidak mengerti, kenapa Yesung bersikap seperti itu. dan itu untuk pertama kalinya Yesung bersikap manis padanya. Apakah Yesung sakit? Bodoh.
Nara memandang roti itu. Apa yang harus ia lakukan? Memakannya? Hey. Tentu saja. Yesung berdecak melihat Nara yang hanya menatap makanan itu.
“apa aku perlu menyuapimu?” kata Yesung lagi. Sontak Nara langsung menerimanya dan langsung memakannya. Yesung tersenyum. Ia kini duduk di sebelah Nara.
Donghae yang dari tadi melihatnya menggelengkan kepalanya. Yesung memang sangat aneh. Apa sebenarnya rencananya?
“lakukanlah apa yang kau ingin lakukan, sekarang kau bebas Nara-ya. Aku tidak akan melarangmu, tidak” lirih Yesung.
Nara berhenti makan dan menatap Yesung. Apa yang Yesung katakana? Apa itu artinya Yesung benar benar serius membatalkan pertunangannya? Andwee, jika ia boleh memilih, ia akan lebih memilih Yesung terus melarang apa yang ingin ia lakukan dari pada ia bebas dan sendiri. Kenapa setelah mereka jauh rasa itu tumbuh menjadi semakin besar? Ya Tuhan, apakah ini balasan untuknya? Kenapa sangat menyakitkan?


*************************


Malam harinya……..
Haejin, bibi Nara kini tengah berkutat dengan berkas berkas yang ada di depannya. sesekali ia menghembuskan nafasnya kasar. Itu membuat namja disebelahnya, Seongyu sedikit terganggu.
“hya, Chagi, ada masalah?” tanya namja itu lembut.
Haejin lalu mendekati Seongyu. Namja yang sudah resmi menjadi namjachingunya selama 2 tahun, dan selam itu pula Haejin tidak pernah menyadari jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh namja itu. Sudah puluhan kali janji manis akan menikahi Haejin terlontar, tapi sampai saat ini juga Seongyu tidak pernah menepatinya.
Ya, ia sudah nyaman di posisi itu. Memanfaatkan kekayaan Haejin dengan bebas. Bahkan selam ini Haejin seperti boneka yang mau disuruh suruh namja sialan itu. Seperti halnya merebut perusahaan yang seharusnya milik Nara.
“Oppa, kau tau, keponakanku Nara, ia masih benci denganku, apakah aku sangat keterlaluan? Aku hidup dengan sangat nyaman sedangkan Eonni dan Nara hidup menderita” curhatnya pada Seongyu yang sebenarnya tak terlalu mendengarkan kata Haejin.
“apakah aku harus menyerahkan perusahaanku, lagian aku adalah yeoja dan….”
“kau gila?” potong Seongyu. Haejin terkaget, Seongyu seperti meneriakinya.
“kau seharusnya marah, keponakanmu yang menjijikan itu sudah mulai mengusik perusahaanmu, dan dia bahkan berani diam diam masuk tanpa ijin dan mencari suart berharga. Itu bahaya” kata Seongyu.
“kenapa kau bilang keponakanmu menjijikan oppa? Dan apa salahnya jika…”
“tidak, aku tak akan membiarkan semua itu. Sepertinya anak sialan itu harus dimusnahkan” kata Seongyu langsung beranjak dari duduknya meninggalkan Haejin.
Haejin langsung membelalakkan matanya. Apa? Nara akan dimusnahkan? Apa Seongyu gila? Tidak bisa dibiarkan. Nara adalah keponakannya. Seharusnya ia yang minta maaf, bukan malah seperti ini.
“andwee, Oppa, kau gila?” Haejin mulai mengejar Seongyu. Tapi terlambat, ya, sebenarnya Seongyu sudah memikirkan matang matang akan membunuh Nara. Tapi ia tidak mungkin memberitahu pada Haejin. Tujuan utamanya adalah agar ia bisa mengambil alih perusahaan Haejin yang menurutnya sangat bodoh.
Tidak, dan sekarang Nara dalam bahaya.



****************************


Nara mengunci pintu restaurant tempat ia bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ahh, rasanya lega pekerjaannya sudah selesai. Nara merapikan rambutnya yang berantakan. Benci sekali ia harus bekerja setiap hari seperti ini. Ia lelah, ia bahkan belum istirahat.
Nara berjalan pelan menuju rumah. Tetapi….
“AHHHHHHHhhhhhhmmpppp”
Nara seketika menjerit saat ada seseorang yang membekap mulutnya. Tapi tertahan saat ia merasakan pusing. Tidak, ini obat bius. Perlahan kesadaran Nara hilang. Ia tiba tiba merasakan semuanya gelap
.
.
.
.
.
.
Nara menerjabkan matanya perlahan. Nara menyadari, mulutnya dibekap, tangannya diikat. Sial. Siapa yang melakukan ini? Ia bahkan tidak tau ia ada dimana. Kenapa bisa terjadi seperti ini? Ini bukan drama yang tiba tiba ada seorang pangeran yang menyelamatkannya. Ohh Tuhan, apa yang harus ia lakukan saat ini.
Ia sangat benci. Ruangan itu tidak nyaman, seperti bangunan yang sudah tua, bahkan cahaya matahari tidak sampai menembus ke sana, sehingga ruangan pengap. Nara mencoba melepaskan talinya tapi talinya mengingat tangannya terlalu kuat. Nara menjangkau saku celananya berharap masih ada ponsel untuk menyelamatkannya. Sial. Ponselnya pasti sudah diambil oleh orang yang menyekapnya.
Nara bahkan tak menyadari jika hari sudah siang. Berapa lama ia tidur? Ia bahkan tidak tau siapa orang yang melakukan ini. Tapi ia yakin mungkin tantenya yang tega menyekap keponakannya sendiri.
Apakah ia hanya bisa pasrah sekarang. Siapa saja, tolonglah Nara.
Ceklek…
Terdengar suara pintu yang dibuka membuat Nara langsung menoleh ke sumber suara. Dilihatnya seorang namja yang memakai kemeja coklat dan membawa minum. Apakah namja itu yang melakukan semua ini? Tapi untuk apa? Bahkan namja itu sangat berpenampilan rapi membuat Nara tak percaya jika namja itu adalah penjahat.
“kau haus?” katanya lembut. Ia menaruh botol minumnya di bawah dan membuka penutup mulut Nara.
“siapa kau? Apa maksud semua ini?” tanya Nara langsung setelah ia bisa bicara dengan jelas.
“maafkan aku Noona, tapi ini perintah”
“nugu? Siapa yang menyuruhmu”
Tak ada jawaban,….
“hya… aku bilang…”
“diam atau aku bunuh kau sekarang” kata namja itu tajam. Seketika Nara langsung diam. Sial. Ia takut. Sangat takut. Ia akan dibunuh? Tidak mungkin. Bagaimana dengan Eomma jika ia mati nanti. Bagaimana dengan sahabat sahabatnya? Bagaimana dengan Yesung. Ahh, apakah namja itu peduli?
Namja itu dengan lembut membantu Nara untuk minum. Jujur saja, namja itu memang kasian melihat Nara. Tapi ia yang akan dipecat jika tidak melakukan tugas ini. Seongyu yang menyuruhnya. Bukan hanya dia, ia dan 3 orang temannya. Ok, mungkin uang membutakan segalanya hingga ia tega melakukan semua ini.


************************



Di sisi lain…
“arrrghhhh” teriak Yesung frustasi. Ia menjambak rambutnya sendiri. Ia meruntuki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Nara. ya Tuhan. Apa yang harus ia lakukan. Ia bahkan tidak tau sekarang Nara ada di mana.
“palli” teriak Yesung membuat Haejin yang ada di depannya sedikit takut. Ia teris mencoba menghubungi Seongyu, ia yakin pasti namja itu yang menculik Nara. Tadi pagi Haejin ke rumah Nara dan memberitahukan kepada ibunya bahwa Nara dalam bahaya. Maka dari itu ibunya langsung menelpon Yesung. Dan disinilah mereka. Di rumah Nara.
Ibu Nara dari tadi hanya menunduk tidak bisa melakukan apa apa, ia ditemani ibu Yesung. Beda dengan Yesung yang dari tadi terlihat gusar. Ia sudah menghubungi semua pihak yang dipercaya untuk membantunya. Ia juga menuruh Kyuhyun melacak keberadaan Nara. Ia bahkan tidak bisa menahan emosinya dan terus menyuruh Haejin menemukan Seongyu.
Drttttttt drrtttttt………
Ponsel Yesung bergetar tanda panggilan dan Yesung dengan cepat menerima telpon itu saat mengetahui Kyuhyun yang tertera di layar.
“Kyu, bagaimana?”
“Nara kemungkinan besar ada di gedung lama gallery”
“kau yakin?”
Semua yang ada di sana melihat Yesung dengan penuh harap. Semoga tidak terjadi apa apa dengan Nara.
“aku sudah melacak terakhir ponselnya hidup, dan disana tempatnya”
“aku akan segera ke sana, kau hubungi yang lain” Yesung menutup telponnya dan langsung bergegas mengambil jaket.
“Eommonim tenang saja, aku akan menyelamatkan Nara. aku berjanji” kata Yesung sebelum pergi kepada Eomma Nara. Eomma Nara pun mengangguk. Ia sangat percaya dengan Yesung.
“Eomma, Yesung berangkat” pamit Yesung pada Eommanya. Yesung dengan cepat berlari keluar. Ia tidak mau membuang buang waktu lagi.
“Yesung tunggu” teriak Eommanya membuat Yesung berhenti. Entah kenapa Eomma Yesung tiba tiba perasaannya tidak enak. Ia hanya takut terjadi sesuatu nantinya pada anak sulungnya. Eommanya segara memeluk Yesung sebentar.
“hati hati sayang” kata Eomma lembut.
Yesung tersenyum.
“Eomma tenang saja, Yesung pasti baik baik saja” jawab Yesung lembut. Yesung langsung bergegas cepat. Ia benar benar tak tenang. Jika terjadi apa apa dengan Nara, Yesung tidak akan memaafkan dirinya sendiri. sungguh, ia telah lalai. Ya Tuhan, semoga Nara baik baik saja.

************************



Yesung sudah sampai di tempat. Memang ia tadi sudah menyuruh teman temannya untuk menghubungi polisi dan segara menyusulnya. Yesung benar benar tidak bisa bersabar lagi. Ia dengan cepat turun dari mobilnya. Melihat gedung yang mungkin lama tidak dipakai. Apakah Nara dari kemarin ada di dalam gedung yang mengerikan itu?
Hari mulai gelap. Semoga saja mempermudah Yesung untuk menyusup dan menyelamatkan Nara. Yesung melipat baju lengannya ke atas. Ia menarik nafas sebelum akhirnya masuk. Jantungnya berdabar. Sial. Ia tidak boleh takut.
Sepi.
Yesung terus melangkah. Kemana ia harus mencarii Nara? gedung ini benar benar luas. Yesung melihat 2 orang yang berada di depan pintu. Ketemu. Yah, ia yakin jika Nara ada di dalam. Sepertinya mereka hanya berdua. Tidak masalahkan bagi Yesung?
BUG
Dengan cepat Yesung memukul salah satu dari kedua namja itu. membuat namja itu tersungkur.
“sial” umpat namja itu.
Namja yang lain langsung maju dan menyerang Yesung. Terjadilah perkelahian diantara mereka. Dua lawan satu. Ini tidak semudah yang Yesung kira. Sial, ia berharap setelah ini bantuan datang.
BUG
Yesung terkena pukul pada ujung bibirnya hingga berdarah. Yesung tak menyerah, ia langsung maju dan memukul tanpa ampun salah satu namja itu hingga namja itu tersungkur dan sulit untuk berdiri karena kakinya sakit terkena tendangan Yesung yang tidak bisa dibilang lembut.
“lepaskan Nara” kata Yesung. Namja itu malah menyeringai.
“kau pikir kau bisa mengalahkanku?” tantangnya.
“sial”
Yesung sudah akan memukul tapi gerakannya terhenti ketika namja itu menyodorkan pistol ke arahnyanya.
“menyerah atau mati?”
Yesung hanya diam. Apa yang harus ia lakukan? Ia melihat ke arah pintu. Ia mendengar teriakan yang tertahan. Nara. Ia disana. Yesung yakin itu. ada rasa lega dalam hatinya. Ia bisa menemukan Nara. tapi bagaimana sekarang? Ia sudah terpojok. Ia tidak berpikir sejauh ini jika namja namja itu memakai senjata api.
 Tidak, tidak. Ia harus tetap bertahan. Apapun yang terjadi. Nara membutuhkannya.
Dengan cepat Yesung memukul tangan dan mengalihkan pistolnya. Lagi, mereka saling menyerah dan……..
DOOOOOOOOOORRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
….
Yesung.. ia..
Yesung terkena tembakan di bagian perut.
Seketika Yesung lemas. Wajahnya perlahan pucat. Tangannya dengan erat memegang perutnya yang mengeluarkan banyak darah di balik jaketnya. Apakah ia akan hidup setelah ini? Apakah ia kalah? Bagaimana dengan Nara? ia harus selamat. Sial, ia berjanji tak akan membiarkan Seongyu lolos setelah ini.
Tapi Yesung merasa ada beban yang kepalanya. Pusing. Sungguh, ini menyakitkan. Wajahnya putih dan semakin putuh pucat. Tidak, ia harus bertahan. Tapi,,, rasanya sakit.. sakittt… kepalanya terasa berat, penglihatannya buram. Dan..
.
.
**************************
.
.
.
DDDDDDDDDDDOOOOOOOORRRRRRRRRRRRRRRRR
Nara mendengar dengan jelas suara itu. Ada yang tertembak. Tangannya bergetar. Ya tuhan, siapa? Ia tidak tau apa apa. Apakah ada yang berusaha menyelamatkannya? Jika iya, semoga bukan orang itu yang tertembak. Firasatnya mengatakan Yesung. Tapi, tidak mungkinkan? Tapi bagaimana jika itu benar Yesung? Dan bagaimana jika Yesung yang tertembak. Tidak. Tidak boleh.
Matanya berat, rasanya ada yang mengganjal dan sudah berkaca kaca. Air matanya turun perlahan membasahi pipinya. Darahnya berdesir. Siapapun itu selamatkanlah dia Ya Tuhan. Hanya berdoa, itu yang bisa Nara lakukan. Nara menunduk. Tangannya tak bisa bergerak, mulutnya dibekap. Ia hanya bisa diam tanpa berbuat apa apa.
Ceklek…
Nara dengan cepat Nara mendongak. Berharap siapapun akan menolongnya. Dilihatnya Yesung yang membuka pintunya. Matanya menerjab cepat. Apakah ini mimpi? Yesung datang menyelamatkannya.
Air matanya jatuh lagi,
Ia sangat sangat bahagia. Yesung bahkan tersenyum padanya dan berjalan perlahan menghampirinya. Jantungnya berdetak cepat. Ya tuhan, ini kenyataan, tidak mimpi. Yesung selamat. Ia bisa mengalahkan penjaganyakan? Yesung menyelamatkannya. Ya tuhan, ia tidak percaya.
Tapi ada yang salah. Tangan kiri Yesung terus memegangi perutnya. Wajahnya sangat pucat. Tapi ia tetap tersenyum manis. Yesung melepaskan lakban yang menutup mulut Nara.
“gwenchana-yo?” tanya Nara cepat. Yesung tak menjawab, ia hanya tersenyum lalu berjalan ke belakang berusaha melepas tali yang mengikat Nara. Tapi diurungkannya karena melihat tangannya yang sudah ternoda darah. Yesung meringis menahan sakit. Ia tidak mau sampai Nara tau jika ia terluka.
Saat itu juga banyak orang yang datang. Diantaranya Kyuhyun, Donghae dan Eunhyuk dan beberapa polisi. Mereka langsung menghampiri Yesung dan Nara. Melepaskan tali yang mengikat Nara. Yesung lega. Setidaknya ada yang menjaga Nara setelah ini.
Eunhyuk melihat Yesung dan seakan menyadari jika Yesung menahan sakit. Ia melihat ke arah perut Yesung. Eunhyuk melihat dengan jelas di ujung kemeja Yesung terlihat darah.
“Yesung kau….” Kata Eunhyuk.
“bawa Nara pulang, Eommonim sangat mengkhawatirkannya” potong Yesung.
“ta…”
“cepat”
Eunhyuk tak mengerti. Apa yang harus ia lakukan. Yesung, ia yakin sangat menahan sakit. Tentu saja Eunhyuk harus membantunya.
“cepat” kata Yesung penuh penekanan. Eunhyuk menerjabkan matanya sebelum akhirnya ia mengerti. Dengan cepat Eunhyuk mengangguk, ia kini menyadari jika Nara belum tau keadaan yesung yang sebenarnya..
“kajja” ajak Eunhyuk menarik Nara.
“tidak, aku mau…” tolak Nara.
Eunhyuk langsung menarik tangan Nara paksa dan membawanya pergi. Nara terus memberontak. Ia akan bicara dengan Yesung dulu. Ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih pada Yesung.
“Yesungie” panggil Donghae saat melihat Yesung yang sudah mulai lemas.
Bruuk…
Yesung yang dari tadi merasakan sakit langsung jatuh begitu saja. Ia sudah tidak tahan lagi. Ia lemas. Donghae dengan cepat melepas jaket Yesung. Donghae dan Kyuhyun terbelalak saat melihat banyak darah.
“Yesung bertahanlah” kata Donghae. Ia sibuk menahan darah yang terus menerus keluar. Sedangkan Kyuhyun memanggil polisi untuk membawa Yesung segera ke rumah sakit.
Yesung mencengkeram tangan Donghae.
“na..nara jangan sampai ta tau” kata Yesung terputus putus. Donghae tak menanggapi. Yesung yang bodoh. Disaat seperti itu masih saja memikirkan Nara. ya Tuhan. Ia ingin sekali memarahi Yesung karena tindakan bodohnya yang dengan sok berani melawan 2 orang yang bertubuh besar sendirian hingga ia tertembak. Ia pikir ia akan baik baik saja? Apakah Yesung tak memikirkan bagaimana khawatirnya para sahabtanya? Bertindak ke gabah dan mengakibatkan Yesung terluka?
“diam” tegas Donghae. Ia marah, ia hanya tidak suka melihat Yesung seperti ini. Setidaknya yesung menunggunya tadi.
“hae.. sakit”
“aku bilang diam” teriak Donghae tidak tahan lagi. Matanya sudah memerah dan sedikit lagi air matanya akan jatuh. Beberapa orang sudah mlai mengangkat Yesung untuk di bawa ke Rs.
Yesung menerjabkan matanya perlahan. Sungguh rasanya sakit. Penglihatannya sudah kabur. Tapi ada rasa senang di hatinya. Tidak terjadi apa apa dengan Nara. Ia menyelamatkan yeoja yang sangat dicintainya. Nara.
‘Nara… sharanghae…’
TBC

0 komentar:

Posting Komentar