Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 16 Juli 2014

Loving You (part 3)



Loving You

part 3
Title         : Loving You
Author      : Lilian Nay Clouds
Lenght      : Chaptered
Cast          : Nara
                  Yesung
                  Eunhyuk
                  Hyuna
                  Leeteuk
                 
 
 
 
                                       sebelumnya Part 1 part 2


“duduklah kau pasti…”
“BRENGSEK, HARI INI KITA BERAKHIR” teriak Nara dengan sangat jeras membuat siapa saja yang mendengarnya terlonjak kaget. Begitu juga dengan Yesung. Bahkan kini beberapa orang yang mendengarnya langsung ingin melihat apa yang terjadi. Bahkan Kyuhyun dan Eunhyuk sampai melongo tidak percaya, seorang Nara bisa berkata seperti itu. sungguh kejadian langka.
Bagaiamana dengan Yesung?
Ia mematung mendengarkannya. Tidak berbuat apa-apa. Hanya menatap Nara dengan tatapan sulit diartikan.
Nara tak bisa lagi menahan air matanya. Ia meremas ujung bajunya sangat erat. Menahan getaran hatinya. Ia sendiri bahkan juga tidak percaya apa yang baru saja ia katakan. Nara mengambil jaket milik Yesung yang Yesung pakai saat mereka jalan jalan bersama di hari ultah Yesung. Jaket itu kini sudah bersih. Tana sopan, Nara melemparkan jaket itu ke arah Yesung.
“aku membencimu”
Nara langsung berlari keluar. Menerobos kerumanan orang orang yang melihat pertengkarannya dengan Yesung. Persetan dengan rasa malu. Ia tidak peduli.
Yesung menatap Nara sampai tidak terlihat lagi. Ia masih mematung. Tak bergerak sedikitpun, bahkan ia tak mengejar Nara. bodoh.
Eunhyuk mendekati Yesung.
“cukkae, kalian sudah putus. Orang yang kau cintai sekarang membencimu” kata Eunhyuk dengan nada menyindir.
****************************



 part 3
1 tahun kemudian...
Nara berdiri di sebuah jembatan kayu kecil. Kayu yang terbuat dari bambu, dengan tali sebagai pegangannya. Jembatan kecil itu mungkin hanya muat untuk 3 orang jika berjajar. Cukup panjang dan sangat indah. Di bawahnya terdapat sungai yang mengalir secaa teratur.
Nara berhenti untuk menikmati pemandangan di sana. Angin berhembus pelan menerbangkan rambut Nara. Udara segar di sana membuat Nara betah berlama lama berdiam diri di tempat itu. Di tempat itu memang berbeda dengan kota Seoul yang ramai. Di sini nyaman. Sudah 1 tahun Nara berada di Gwancheon provinsi Gyeonggi. Tidak jauh memang dari Seoul. Tapi ia bisa menenangkan diri di sini bersama ibunya.
Ia memang berbohong pada teman-temannya akan pindah ke Mokpo. Ia hanya tidak mau ada yang tau terutama namja yang dulu memporak-porandakan hidupnya. Ia kadang berpikir, walau Yesung tau mungkin ia tidak akan pedulikan. Ia malah berpikir Yesung akan menjemputnya dan memohon mohon untuk kembali bersamanya. Ia tersenyum geli mengingatnya.
Itu tak mungkin terjadi. Setelah ia memutuskan panda, ia seperti menghilang begitu saja. Tak ada yang bisa menghubunginya. Bahkan Eunji sekalipun. Ia ingin melupakan semuanya. Semua penderitaannya di Seoul.
Kini ia lebih nyaman menjadi seorang guru les anak-anak. Ia juga bekerja sebagai karyawan di butik. Walau gajinya tidak besar seperti bekerja di perusahaan besar, tapi gajinya sudah cukup untuk biaya hidupnya dan ibunya. Ibunya juga bekerja sebagai penjahit di butik tempat ia bekerja. Ahh, senangnya. Mau tak mau kini penampilannya sedikit berubah. Tidak seperti dulu yang acuh. Ia lebih feminine.
Salah satu yang membuat ia senang adalah, Appanya jadi lebih perhatian. Sering menghubunginya, menanyakan kabarnya. Bahkan sudah beberapa kali Appa dan Eomma tirinya datang. Ia sudah dewasa sekarang, dan ia tidak boleh egois hanya karena Appanya menikah lagi ia jadi sangat membencinya. Sedikit demi sedikit rasa benci itu hilang.
“Nara noona”
“Nara noona” panggil seorang namja kecil yang berleri menghampiri Nara.
Nara menoleh. Melihat siapa yang memanggilnya Nara langsung melambaikan tangannya. Tersenyum senang menyambut namja kecil itu.
“Noona, bogoshipo” kata anak itu membuat Nara ingin tertawa mendengarnya. Namja 7 tahun itu seperti berkata pada yeojachingunya saja. Padahal baru kemarin ia dan Sungjin bertemu.
“nado Sungjin-ah. Noona juga merindukanmu” jawab Nara membuat namja yang dipanggil Sungjin itu meringis senang. Nara dan Sungjin saling mengenal karena Sungjin adalah salah satu murid bimbingannya.
“Noona jika kesini selalu saja sendiri. biasanya orang dewasa akan bersama dengan namja. Jadi dimana namja itu Noona?”
Nara berlutut mensejajarkan tingginya dengan Sungjin. Menatapnya lembut. Sungjin memang anak dengan pemikiran hebat. Seperti sekarang. Sungjin benar, ia bahkan belum pernah bersama seorang namja setelah ia berpisah dengan Yesung. Nara mengelus rambut Sungjin pelan dengan senyum.
“noona selarang bersama namja”
“mwo? Dimana?” Sungjin menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa siapa. Hanya mereka berdua.
“hey, tentu saja itu Sungjin”
Sungjin membulatkan matanya tidak mengerti.
“ahh, benar juga. Bagaimana jika Sungjin jadi namjachingu noona. Sungjin akan menjaga Noona. Uwaa, senangnya” Sungjin bersorak. Nara tertawa pelan. Ia mengangguk menanggapi SUngjin bagaimana bisa ia berpacaran dengan namja 7 tahun.
“jika noona ke sini, noona akan mengajak Sungjin biar tidak sendiri. sekarang kajja kita pulang, pasti Eomma sedang mencari Sungjin. cha”
Nara dan Sungjin bergandengan pulang. Ini lebih baik dari pada menggandeng namja dewasa yang kahirnya malah membuat Nara sakit hati. Benarkan?


*******************************


“uh, kenapa hari ini sangat melelahkan” keluh Nara yang merasakan pegal pada kakinya. Sesekali ia memijit kakinya. Ia duduk di sofa rumahnya, ani, lebih tepatnya rumah sewanya. Tidak terlalu mewah memang, tapi cukup untuk hidup berdua dengan ibunya.
“makanya jangan bekerja terlalu keras” tiba tiba ada suara namja yang mengejutkannya. Nara langsung menoleh ke sumber suara. Di lihatnya Leeteuk bersama dengan ibunya.
“yak Oppa, kenapa kau kemari? kata Nara ketus seperti tidak suka melihat Oppanya datang. ibunya hanya menggeleng pelan. Kedua anaknya itu kadang memang tak bisa akur.
Leeteuk mendekati Nara, dengan gemas ia mencubit pipi Nara.
“yak Oppa, appo” manja Nara pada Leeteuk. Ia langsung mengelus pipinya. Leeteuk pun tersenyum puas. Rasakan. Salah siapa Oppanya datang, bukannya disambut dengan baik malah seperti tidak suka.
“Eomma, Appo, lihatlah Oppa menyebalkan” adu Nara pada Eommanya.
Leeteuk mencibir pelan. Dasar tukang adu. Ya terus saja jadi anak kebanggaan Eommanya. Walaupun begitu Leeteuk tetap memaklumi, lagian Nara selama ini yang menjaga Eomma dengan baik. Selalu ada di sisi Eommanya. Bukan seperti dirinya yang memilih tinggal bersama Appanya, yah walau Leeteuk tetap sering tinggal dengan Nara dan Eomma.
cubit saja lagi adikmu itu Teukie, dia sangat manja”
Leeteuk tersenyum puas mendengar Eommanya kini membelanya. Tentu saja membuat Nara menggerutu. Menggembungkan pipinya tidak terima.
“Eomma dan Oppa sama saja” gerutu Nara pelan tapi tetap saja didengar oleh keduanya.
“cihh, adik kecik, kemarilah, mian mencubitmu, sebagai balasannya Oppa akan memelukmu” Leeteuk menarik Nara ke dalam pelukannya. Sudah lama ia tidak melakukan ini pada adiknya. Tugas kuliahnya benar benar mengganggu hingga ia jarang menemui adiknya.
Nara tersenyum membalas pelukan Leeteuk. Ia sangat nyaman seperti ini.
“Oppa merindukanmu”
“nado”

******************************

1 minggu kemudian...
Nara POV
Malam ini hujan turun dengan derasnya. Aku masih berada di rumah tetanggaku. Baru saja aku menyelesaikan mengajarkan matematika pada seorang yeoja imut yang masih duduk di kelas 2 SMP. Aku cukup dekat dengannya, makanya, menunggu hujan terang, aku masih duduk di ruangan santai rumah besar ini.
Sesekali aku melihat jam. Sudah pukul setengah 9 malam. Aku sebenarnya ingin pulang. Aku ingin langsung tidur. Lagian Eomma sedang menginap di rumah ahjumma. Jarang sekali aku tidur jam 9, pasti aku akan membantu Eomma menyelesaikan jahitannya. Karena Eomma terkadang membawa pulang bahan pakaian yang akan di buat baju. Jangan remehkan kemampuanku, aku sedikit bisa menjahit. Hanya sedikit.
“Eonni, pakai payungku saja jika mau pulang. Sepertinya dari tadi Eonni melihat jam, apakah ingin segera pulang?” kata Jaena, yeoja yang menjadi muridku. Aku tersenyum mengangguk. Sepertinya tawaran yang bagus. Ahh, aku sudah tidak sabar bertemu dengan kasurku.
Ia memberikan payung miliknya.
“gomawo Naya” kataku lembut. Akupun pamit pulang.
Aku berjalan sedikit cepat karena cuacannya sangat dingin. Memang rumahku tak jauh, hanya melewti kira kira 7 rumah saja. Aku melangkahkan kakiku sesekali menggesekkan tanganku agar tetap hangat. Uhh, sangat dingin. Padahal aku sudah memakai pakaian hangat.
Hampir sampai. Aku mengerutkan dahiku. Menajamkan tatapan mataku. Aku melihat namja yang sudah ada di depan rumahku. Hey, ini sudah malam. Siapa namja itu? Sepertinya bukan Leeteuk Oppa, jika memang dia, pasti dia sudah masuk dari tadi karena ia punya duplikat kunci rumahku. Tunggu, sepertinya namja itu tak asing lagi.
Tidak tidak, mungkin hanya halusinasiku saja. Mungkin hanya orang yang kehujanan dan berteduh. Ckk, itu tidak mungkin lagi karena aku melihat ada mobil di depan.
Aku jadi semakin penasaran. Aku mempercepat langkahku.
Aku terus mendekat ke arahnya.
Aku membulatkan mataku sempurna. Benar saja dia... dia...
Apakah aku mimpi? Dia Yesung. Apa yang dilakukannya di sini?
“nugu-ya?” tanyaku saat sudah di dekatnya. Aku meletakkan payung di sisiku. Dia menoleh.
DEG
Aku tak salah lagi, dia benar benar Yesung. Namja yang sangat aku cintai. Tapi kenapa ia bisa berada di sini? Seharusnya ia ada di rumahnya. Lihatlah? Bahkan wajahnya sangat pucat, apakah dia sudah dari tadi berdiri di sini? Bajunya juga terlihat basah.
Ada yang berbeda saat aku melihatnya. Jantungku berdenyut dengan cepat. Bahkan kini tubuhnya kurus beda dengan dulu. Apa yang sebenarnya terjadi? Pipinya tak lagi berisi seperti dulu. Ia terlihat kacau dengan baju yang basah dan berantakan.
Dia hanya diam dan menatapku. Aku juga menatapnya. Kenapa jantungku terus berdetak kencang. Sama seperti yang dulu aku rasakan saat di dekatnya. Ya Tuhan, ini tak boleh terjadi.
“kau, kau Nara?” tanyanya sedikit gemetar. Apakah dia sangat kedinginan? Aku tak boleh seperti ini padanya. Bukankah aku, aku membencinya. Ya aku membencinya, ingat Nara, dia selalu menyakitimu. Aku menautkan alisku. Ada yang salah dengan perkataannya. Apakah wajahku berbeda hingga ia sampai bertanya seperti itu.
Grepp
Dia memelukku. Apa aku mimpi? Tidak, ini tidak mimpi. Ini nyata. Aku terus berontak agar dia melepaskan pelukannya. Tapi sepertinya dia enggan melepaskannya. Yesung malah mempererat pelukannya. Tak mau jika aku menjauh. Aku mohon jangan seperti ini.
“Yesung-ssi lepaskan aku”
Dia masih tak bergeming.
shireo, shireo” lirihnya.
Kini aku bisa merasakan hangat tubuhnya. Sepertinya ia sakit. Tubuhnya tak lagi hangat. Panas.bahkan saat mengatakan itu bibirnya seperti bergetar.
“tak akan lagi, aku tak mau kehilanganmu lagi, jangan pergi lagi Nara, kau tau bagaimana aku tanpamu? Kenapa kau tega Raya? Aku sangat tersiksa, aku tersiksa”
Aku mendengarnya. Sangat mendengarnya. Aku tidak tuli. Tapi apa maksud perkataannya itu. Aku menerjabkan mataku. Apa aku tak salah dengarkan? Benarkah Yesung mengatakan itu. Aku yakin iya. Setelah dia mengatakan itu entah kenapa aku berhenti berontak. Membiarkannya memelukku. Tubuhnya semakin bergetar. Apakah dia menangis? Kenapa hatiku terasa sesak mengetahuinya menagis dipelukanku?
Aku tak mengerti dengan semuanya ini, apa yang sebenarnya terjadi?
Tiba tiba tubuhnya melemas. Tubuhnya sangat berat kurasakan. Dia bahkan tak bergerak sedikitpun.
hey” panggilku.
Tak ada jawaban. Aku hanya mendengar suara hujan deras.
BRUK
Yesung jatuh???
“Yesung Yesung” aku menggoyang goyangkan tubuhnya. Tiba tiba rasa khawatir mendatangiku. Dia pingsan.
“Yesung…”
“bogoshipo” aku mendengarkannya. Ya tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?


TBC --

0 komentar:

Posting Komentar