Loving You
part 3
Title : Loving You
Author : Lilian Nay Clouds
Lenght : Chaptered
Cast : Nara
Yesung
Eunhyuk
Hyuna
Leeteuk
“duduklah
kau pasti…”
“BRENGSEK,
HARI INI KITA BERAKHIR” teriak Nara dengan sangat jeras membuat siapa saja yang
mendengarnya terlonjak kaget. Begitu juga dengan Yesung. Bahkan kini beberapa
orang yang mendengarnya langsung ingin melihat apa yang terjadi. Bahkan Kyuhyun
dan Eunhyuk sampai melongo tidak percaya, seorang Nara bisa berkata seperti
itu. sungguh kejadian langka.
Bagaiamana
dengan Yesung?
Ia
mematung mendengarkannya. Tidak berbuat apa-apa. Hanya menatap Nara dengan
tatapan sulit diartikan.
Nara
tak bisa lagi menahan air matanya. Ia meremas ujung bajunya sangat erat.
Menahan getaran hatinya. Ia sendiri bahkan juga tidak percaya apa yang baru
saja ia katakan. Nara mengambil jaket milik Yesung yang Yesung pakai saat
mereka jalan jalan bersama di hari ultah Yesung. Jaket itu kini sudah bersih.
Tana sopan, Nara melemparkan jaket itu ke arah Yesung.
“aku
membencimu”
Nara langsung
berlari keluar. Menerobos kerumanan orang orang yang melihat pertengkarannya
dengan Yesung. Persetan dengan rasa malu. Ia tidak peduli.
Yesung
menatap Nara sampai tidak terlihat lagi. Ia masih mematung. Tak bergerak
sedikitpun, bahkan ia tak mengejar Nara. bodoh.
Eunhyuk
mendekati Yesung.
“cukkae,
kalian sudah putus. Orang yang kau cintai sekarang membencimu” kata Eunhyuk dengan
nada menyindir.
****************************
part 3
1
tahun kemudian...
Nara berdiri
di sebuah jembatan kayu kecil. Kayu yang terbuat dari bambu, dengan tali
sebagai pegangannya. Jembatan kecil itu mungkin hanya muat untuk 3 orang jika
berjajar. Cukup panjang dan sangat indah. Di bawahnya terdapat sungai yang
mengalir secaa teratur.
Nara
berhenti untuk menikmati pemandangan di sana. Angin berhembus pelan
menerbangkan rambut Nara. Udara segar di sana membuat Nara betah berlama lama
berdiam diri di tempat itu. Di tempat itu memang berbeda dengan kota Seoul yang
ramai. Di sini nyaman. Sudah 1 tahun Nara berada di Gwancheon provinsi
Gyeonggi. Tidak jauh memang dari Seoul. Tapi ia bisa menenangkan diri di sini
bersama ibunya.
Ia
memang berbohong pada teman-temannya akan pindah ke Mokpo. Ia hanya tidak mau
ada yang tau terutama namja yang dulu memporak-porandakan hidupnya. Ia kadang
berpikir, walau Yesung tau mungkin ia tidak akan pedulikan. Ia malah berpikir
Yesung akan menjemputnya dan memohon mohon untuk kembali bersamanya. Ia
tersenyum geli mengingatnya.
Itu
tak mungkin terjadi. Setelah ia memutuskan panda, ia seperti menghilang begitu
saja. Tak ada yang bisa menghubunginya. Bahkan Eunji sekalipun. Ia ingin
melupakan semuanya. Semua penderitaannya di Seoul.
Kini
ia lebih nyaman menjadi seorang guru les anak-anak. Ia juga bekerja sebagai karyawan
di butik. Walau gajinya tidak besar seperti bekerja di perusahaan besar, tapi
gajinya sudah cukup untuk biaya hidupnya dan ibunya. Ibunya juga bekerja
sebagai penjahit di butik tempat ia bekerja. Ahh, senangnya. Mau tak mau kini
penampilannya sedikit berubah. Tidak seperti dulu yang acuh. Ia lebih feminine.
Salah
satu yang membuat ia senang adalah, Appanya jadi lebih perhatian. Sering
menghubunginya, menanyakan kabarnya. Bahkan sudah beberapa kali Appa dan Eomma
tirinya datang. Ia sudah dewasa sekarang, dan ia tidak boleh egois hanya karena
Appanya menikah lagi ia jadi sangat membencinya. Sedikit demi sedikit rasa
benci itu hilang.
“Nara
noona”
“Nara
noona” panggil seorang namja kecil yang berleri menghampiri Nara.
Nara
menoleh. Melihat siapa yang memanggilnya Nara langsung melambaikan tangannya. Tersenyum
senang menyambut namja kecil itu.
“Noona,
bogoshipo” kata anak itu membuat Nara ingin tertawa mendengarnya. Namja 7 tahun
itu seperti berkata pada yeojachingunya saja. Padahal baru kemarin ia dan
Sungjin bertemu.
“nado
Sungjin-ah. Noona juga merindukanmu” jawab Nara membuat namja yang dipanggil
Sungjin itu meringis senang. Nara dan Sungjin saling mengenal karena Sungjin
adalah salah satu murid bimbingannya.
“Noona
jika kesini selalu saja sendiri. biasanya orang dewasa akan bersama dengan
namja. Jadi dimana namja itu Noona?”
Nara berlutut
mensejajarkan tingginya dengan Sungjin. Menatapnya lembut. Sungjin memang anak
dengan pemikiran hebat. Seperti sekarang. Sungjin benar, ia bahkan belum pernah
bersama seorang namja setelah ia berpisah dengan Yesung. Nara mengelus rambut
Sungjin pelan dengan senyum.
“noona
selarang bersama namja”
“mwo?
Dimana?” Sungjin menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa siapa. Hanya
mereka berdua.
“hey,
tentu saja itu Sungjin”
Sungjin
membulatkan matanya tidak mengerti.
“ahh,
benar juga. Bagaimana jika Sungjin jadi namjachingu noona. Sungjin akan menjaga
Noona. Uwaa, senangnya” Sungjin bersorak. Nara tertawa pelan. Ia mengangguk
menanggapi SUngjin bagaimana bisa ia berpacaran dengan namja 7 tahun.
“jika
noona ke sini, noona akan mengajak Sungjin biar tidak sendiri. sekarang kajja
kita pulang, pasti Eomma sedang mencari Sungjin. cha”
Nara
dan Sungjin bergandengan pulang. Ini lebih baik dari pada menggandeng namja
dewasa yang kahirnya malah membuat Nara sakit hati. Benarkan?
*******************************
“uh, kenapa hari ini sangat
melelahkan” keluh Nara yang merasakan pegal pada kakinya. Sesekali ia memijit
kakinya. Ia duduk
di sofa rumahnya, ani, lebih tepatnya rumah sewanya. Tidak terlalu mewah
memang, tapi cukup untuk hidup berdua dengan ibunya.
“makanya jangan bekerja
terlalu keras” tiba tiba ada suara namja yang mengejutkannya.
Nara langsung menoleh ke sumber suara. Di lihatnya Leeteuk
bersama dengan ibunya.
“yak Oppa, kenapa
kau kemari?” kata Nara ketus
seperti tidak suka melihat Oppanya datang. ibunya hanya menggeleng pelan. Kedua
anaknya itu kadang memang tak bisa akur.
Leeteuk
mendekati Nara, dengan gemas ia mencubit pipi Nara.
“yak Oppa, appo” manja Nara
pada Leeteuk. Ia langsung mengelus pipinya. Leeteuk pun tersenyum puas.
Rasakan. Salah siapa Oppanya datang, bukannya disambut dengan baik malah seperti
tidak suka.
“Eomma,
Appo, lihatlah Oppa menyebalkan” adu Nara pada Eommanya.
Leeteuk
mencibir pelan. Dasar tukang adu. Ya terus saja jadi anak kebanggaan Eommanya. Walaupun
begitu Leeteuk tetap memaklumi, lagian Nara selama ini yang menjaga Eomma
dengan baik. Selalu ada di sisi Eommanya. Bukan seperti dirinya yang memilih
tinggal bersama Appanya, yah walau Leeteuk tetap sering tinggal dengan Nara dan
Eomma.
“cubit
saja lagi adikmu itu Teukie, dia sangat manja”
Leeteuk
tersenyum puas mendengar Eommanya kini membelanya. Tentu saja membuat Nara menggerutu.
Menggembungkan pipinya tidak terima.
“Eomma
dan Oppa sama saja” gerutu Nara pelan tapi tetap saja didengar oleh keduanya.
“cihh,
adik kecik, kemarilah, mian mencubitmu, sebagai balasannya Oppa akan memelukmu”
Leeteuk menarik Nara ke dalam pelukannya. Sudah lama ia tidak melakukan ini
pada adiknya. Tugas kuliahnya benar benar mengganggu hingga ia jarang menemui
adiknya.
Nara
tersenyum membalas pelukan Leeteuk. Ia sangat nyaman seperti ini.
“Oppa
merindukanmu”
“nado”
******************************
1 minggu kemudian...
Nara POV
Malam ini hujan turun dengan
derasnya. Aku masih berada di rumah tetanggaku. Baru saja aku menyelesaikan
mengajarkan matematika pada seorang yeoja imut yang masih duduk di kelas 2 SMP. Aku
cukup dekat dengannya, makanya, menunggu hujan terang, aku masih duduk di
ruangan santai rumah besar ini.
Sesekali
aku melihat jam. Sudah pukul setengah 9 malam. Aku sebenarnya ingin pulang. Aku
ingin langsung tidur. Lagian Eomma sedang menginap di rumah ahjumma. Jarang
sekali aku tidur jam 9, pasti aku akan membantu Eomma menyelesaikan jahitannya.
Karena Eomma terkadang membawa pulang bahan pakaian yang akan di buat baju.
Jangan remehkan kemampuanku, aku sedikit bisa menjahit. Hanya sedikit.
“Eonni, pakai payungku saja jika
mau pulang. Sepertinya dari tadi Eonni melihat jam, apakah ingin segera pulang?” kata Jaena, yeoja yang
menjadi muridku. Aku tersenyum mengangguk. Sepertinya
tawaran yang bagus. Ahh, aku sudah tidak sabar bertemu dengan kasurku.
Ia memberikan payung
miliknya.
“gomawo Naya” kataku lembut.
Akupun pamit pulang.
Aku berjalan sedikit cepat
karena cuacannya sangat dingin. Memang rumahku tak jauh, hanya melewti kira
kira 7 rumah saja. Aku melangkahkan kakiku
sesekali menggesekkan tanganku agar tetap hangat. Uhh,
sangat dingin. Padahal aku sudah memakai pakaian hangat.
Hampir
sampai. Aku mengerutkan dahiku. Menajamkan tatapan mataku. Aku melihat namja yang sudah
ada di depan rumahku. Hey, ini sudah malam.
Siapa namja itu? Sepertinya bukan Leeteuk Oppa, jika memang
dia, pasti dia sudah masuk dari tadi karena ia punya duplikat kunci rumahku.
Tunggu, sepertinya namja itu tak asing lagi.
Tidak
tidak, mungkin hanya halusinasiku saja. Mungkin hanya orang yang kehujanan dan
berteduh. Ckk, itu tidak mungkin lagi karena aku melihat ada mobil di depan.
Aku
jadi semakin penasaran. Aku mempercepat langkahku.
Aku terus mendekat ke
arahnya.
Aku
membulatkan mataku sempurna. Benar saja dia... dia...
Apakah aku mimpi? Dia Yesung.
Apa yang dilakukannya di sini?
“nugu-ya?” tanyaku saat sudah di
dekatnya. Aku meletakkan payung di sisiku. Dia menoleh.
DEG
Aku tak salah lagi, dia benar
benar Yesung. Namja yang sangat aku cintai. Tapi kenapa ia bisa berada di sini?
Seharusnya
ia ada di rumahnya. Lihatlah? Bahkan wajahnya sangat pucat, apakah
dia sudah dari tadi berdiri di sini? Bajunya juga terlihat basah.
Ada
yang berbeda saat aku melihatnya. Jantungku berdenyut dengan cepat. Bahkan kini tubuhnya kurus
beda dengan dulu. Apa yang sebenarnya terjadi? Pipinya tak lagi berisi
seperti dulu. Ia terlihat kacau dengan baju yang basah dan berantakan.
Dia hanya diam dan menatapku.
Aku juga menatapnya. Kenapa jantungku terus berdetak kencang. Sama seperti yang
dulu aku rasakan saat di dekatnya. Ya Tuhan, ini tak
boleh terjadi.
“kau, kau Nara?” tanyanya
sedikit gemetar. Apakah dia sangat kedinginan? Aku tak boleh seperti ini
padanya. Bukankah aku, aku membencinya. Ya aku membencinya, ingat Nara, dia
selalu menyakitimu. Aku menautkan alisku.
Ada yang salah dengan perkataannya. Apakah wajahku berbeda hingga ia sampai
bertanya seperti itu.
Grepp
Dia memelukku. Apa aku mimpi?
Tidak, ini tidak mimpi. Ini nyata. Aku terus berontak agar dia melepaskan
pelukannya. Tapi sepertinya dia enggan melepaskannya.
Yesung malah mempererat pelukannya. Tak mau jika aku
menjauh. Aku mohon jangan seperti ini.
“Yesung-ssi lepaskan aku”
Dia
masih tak
bergeming.
“shireo,
shireo” lirihnya.
Kini
aku bisa merasakan hangat tubuhnya. Sepertinya ia sakit. Tubuhnya tak lagi
hangat. Panas.bahkan saat mengatakan itu bibirnya seperti bergetar.
“tak
akan lagi, aku tak mau kehilanganmu lagi, jangan pergi
lagi Nara, kau tau bagaimana aku tanpamu? Kenapa kau tega Raya? Aku sangat
tersiksa, aku tersiksa”
Aku
mendengarnya. Sangat mendengarnya. Aku tidak tuli. Tapi apa maksud perkataannya
itu. Aku menerjabkan mataku. Apa aku tak salah dengarkan? Benarkah Yesung mengatakan
itu. Aku
yakin iya. Setelah dia mengatakan itu entah kenapa aku
berhenti berontak. Membiarkannya memelukku. Tubuhnya
semakin bergetar. Apakah dia menangis? Kenapa hatiku
terasa sesak mengetahuinya menagis dipelukanku?
Aku tak mengerti dengan
semuanya ini, apa yang sebenarnya terjadi?
Tiba tiba tubuhnya melemas. Tubuhnya sangat berat
kurasakan. Dia bahkan tak bergerak sedikitpun.
“hey” panggilku.
Tak
ada jawaban. Aku hanya mendengar suara hujan deras.
BRUK
Yesung
jatuh???
“Yesung Yesung” aku
menggoyang goyangkan tubuhnya. Tiba tiba rasa khawatir
mendatangiku. Dia pingsan.
“Yesung…”
“bogoshipo”
aku mendengarkannya. Ya tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?
TBC --
0 komentar:
Posting Komentar